Cari Blog Ini

Rabu, 14 Desember 2016

JAYA SUPRANA : INDONESIA BUKAN NEGERI RASIS

Indonesia Tanah Air Beta
Oleh : Jaya Suprana (Budayawan)

Opini masyarakat mancanegara terbentuk oleh pemberitaan pers mancanegara maka mereka meyakini bahwa kasus dugaan penistaan agama di belahan akhir 2016 sebagai bukti bahwa bangsa Indonesia adalah rasis dan penindas kaum minoritas.

Demi meluruskan anggapan keliru terhadap bangsa saya, maka saya menulis naskah berdasar fakta yang saya alami dan amati dalam kehidupan pribadi saya.

Jika Anda kebetulan setuju dengan anggapan bahwa bangsa Indonesia rasis dan penindas kaum minoritas,maka sebaiknya jangan baca naskah ini karena pasti akan tidak berkenan bagi Anda.

Saya dilahirkan di Pulau Bali yang berada di dalam wilayah negara Republik Indonesia. Semula saya tidak sadar bahwa secara etnis-biologis ternyata saya tergolong keturunan Cina dengan nenek moyang saya (yang tidak saya kenal) dilahirkan di negara Cina.

Pertama saya sadar bahwa saya keturunan Cina pada masa pasca G-30-S di mana sekolah saya dibakar dan warga keturunan Cina termasuk ayah kandung saya ikut dibantai.

Lalu saya mengalami huru-hara rasialis di kota Semarang pada awal dekade 1980-an abad XX di mana kantor di mana saya bekerja dilempari batu, mobil saya dibakar dan rumah saya nyaris dijarah kaum kriminal.

Kemudian saya dihajar kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Banyak pihak menganggap bahwa huru-hara rasialis di Indonesia sebagai manifestasi antietnis Cina. Namun saya tidak setuju berdasar fakta pada justru tiga kali huru-hara yang saya alami selalu saya diselamatkan bukan oleh warga keturunan Cina yang masing-masing tentu saja lebih berusaha menyelamatkan diri sendiri.

Saya selalu diselamatkan oleh teman-teman yang kebetulan warga bukan keturunan Cina yang lazim disebut sebagai pribumi. Jika bangsa Indonesia rasis maka mustahil almarhum kakek saya diberi kesempatan mendirikan Jamu Jago sebagai perusahaan obat tradisional bukan Cina namun Indonesia yang Insya Allah, pada tahun 2018 akan mendirgahayu usianya yang ke-100.

Jika bangsa Indonesia rasis maka mustahil Kwik Kian Gie, Marie Pangestu, Ignatius Jonan, Enggariasto Lukita, Thomas Lembong bisa menjadi menteri.

Jika bangsa Indonesia rasis maka mustahil Tan Joe Hok, Rudy Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, Alan Budikusuma dan lain-lain bisa mengembangkan bakat masing-asing sehingga bisa menjadi juara-juara dunia.

Jika bangsa Indonesia rasis, mustahil sukma saya tergerak menciptakan komposisi-komposisi musik bersuasana kebudayaan Indonesia di panggung gedung kesenian terkemuka Esplanade Singapura, Sydney Opera House, dan Carnegie Hall.

Jika bangsa Indonesia rasis maka mustahil saya bisa bersahabat dengan teman-teman saya yang bukan keturunan Cina seperti Gus Dur, Cak Nur, Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Sukarnoputeri, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Boediono, Prabowo Subianto, Hashim Joyohadikusumo, Moeldoko, Gatot Nurmantyo, Agus Wijoyo, Hidayat Nur Wahid, Gus Mus, Din Syamsuddin, Emil Salim, Salim Said, Harjono Kartohadiprojo.

Selanjutnya HS Dillon, Kobalen, Frans Magnis Suseno, Idwan Suhardi, Mahfud MD, Ninok Leksono, Laode Kamaruddin, Purnomo Yusgiantoro, Siti Musdah Mulia, Wardah Hafids, Sandyawan Sumardi, Ilarius Wibisono, Habib Rieziq, Daeng Mansur, Aa Gym, Titiek Puspa, Suka Harjana, Iravati Sudiarso.

Selain itu, para jamu gendong , pengojek, seniman wayang orang Bharata, Swiwedari, Swargaloka, para pemusik angklung, sasando, kolintang Minahasa, warga Luar Batang, Kalijodo, Kampung Pulo, Bukit Duri, dan lain-lain warga Indonesia bukan keturunan Cina, tanpa pernah timbul masalah berbau rasis.

Toleran beradab

Berdasar pengalaman dan pengamatan selama 68 tahun hidup di Indonesia, maka saya meyakini bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, santun, toleran, beradab, halus budi-pekerti yang selalu siap menjalin keBhinneka-Tunggal-Ikaan dengan semangat saling mengerti, saling menghormati dan saling menghargai.

Maka saya pribadi berani mengambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya di Indonesia tidak ada masalah rasialisme. Yang ada adalah masalah kecemburuan sosial akibat kesenjangan sosial terlalu lebar antara yang kaya dengan yang miskin.

Selama kesenjangan sosial masih hadir secara terlalu menganga di Indonesia maka sentimen SARA selalu siap terpicu untuk membara bahkan meledak menjadi kekerasan.

Sebagai warga Indonesia yang dilahirkan di Indonesia, maka saya wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat bukan Tanah Leluhur saya nun jauh di Cina namun Tanah Air saya yaitu Indonesia demi mengejawatahkan makna peribahasa Di Mana Bumi Dipijak, Di Sana Langit Dijunjung.

Mohon dimaafkan apabila keyakinan berdasar pengalaman hidup saya pribadi terkesan naif serta terlalu sederhana akibat sanubari saya memang naif dan sederhana.

Sanubari saya selalu menghayati syair lagu Indonesia Pusaka mahakarya Ismail Marzuki : "INDONESIA TANAH AIR BETA, PUSAKA ABADI NAN JAYA. INDONESIA SEJAK DAHULU KALA. SELALU DIPUJA-PUJA BANGSA. DI SANA TEMPAT LAHIR BETA. DIBUAI DIBESARKAN BUNDA. TEMPAT BERLINDUNG DI HARI TUA. TEMPAT AKHIR MENUTUP MATA"

Sumber : Kantor Berita ANTARA (14-12-2016)

Sabtu, 03 Desember 2016

AKSI BELA ISLAM III / 212 BIKIN MALU...!!!

Aksi 212 itu bikin malu yang ngelarang bus ngangkut jama’ah peserta Aksi 212, para umat memilih latertanif lain. Memangnya tanpa bus gak ada kendaraan lain, gak ada kendaraan kan masih ada kaki. Yang merangkak aja ada yang datang.

Aksi 212 itu bikin malu ulama yang fatwanya tidak laku, karena umat  lebih yakin kullu ardhin masjid. Lagian akan bertambah malu kalau ikuti ulama yang membela orang kafir penista Al Qur’an.

Aksi 212 itu bikin malu orang-orang yang nyumpahi supaya Aksi 212 diguyur hujan, para jama’ah malah bersyukur mendapat berkah berlipat, yakin do’a lebih mustajab di hari jum’at plus mustajab di waktu hujan, malah hujan jadi sarana wudhuk praktis, Kebayangkan 7 juta orang antri untuk wudhuk. Hujan memang berkah Allah.

Aksi 212 itu bikin malu orang yang bilang jumlah jama’ah hanya 200.000 atau 50.000. Apalagi yang bilang Cuma 1000 makin malu, karena yang bilang seribu itu harus tahan diludahi1 7 juta peserta jama’ah aksi 212.

Aksi 212 bikin malu orang yang nunggu Monas rusak dan kotor, karena Aksi 212 tak meninggalkan sehelai sampah pun, apalagi rusak. Rumput Monas aja gak terinjak.

Aksi 212 itu bikin malu Penyebar fitnah kalau Aksi 212 jam’ahnya dibayar, malah ibu-ibu sepanjang jalan menyediakan makanan gratis, banyak pedagang asongan gratisin dagangan. Ada selebritis dan sosialita kaya raya ikutan, masak mereka mau hujan-hujanan  hanya untuk 500 ribuan.

Aksi 212 itu bikin malu yang parno sama kerusuhan yang ditimbulkan Aksi 212, yang ada malah orang jadi nangis tersedu-sedu ingat dosa n kesalahan efek zikir dan tausiah para ulama.

Aksi 212 itu bikin malu yang bilang Aksi 212 bermuatan politik, karena Aksi 212 diikuti oleh semua orang dari seluruh Indonesia, si penista agama itu kan ikut pilkada DKI, ngapai juga oang dari seluruh pelosok nusantara n lain-lain ikut-ikutan, itu karena mereka 1 agama, 1 iman.

Aksi 212 itu bikin malu yang bilang aksi 212 sia-sia gak akan ada efek apapun, yang ada semua mata jadi saksi betapa ghirah islamiyah itu tertanam di dalam dada-dada para umat yang mencintai agamanya, bergetar hati para munafikun dan kafirun. Itu yang di Monas aja, belum dihitung yang mendukung di daerah yang melakukan hal yang sama, yang mendukung dengan do’a dan hartanya di sepanjang jalan menuju monas, logistic melimpah, akan bertambah dengan ghirah yang ada di dalam dada orang beriman yang tidak ikut, apalagi di medsos.

Aksi 212 itu bikin malu para pengamat, karena terlalu banyak membalikkan logika, prediksi, teori, agitasi, provokasi, dan apalah namanya. Karena Allah meridhoi. Kata Rasulullah la tajtami’ ummati ‘ala al dhalalah. Yadullah fauq al jam’ah.

Sumber : Status FB Joko Susilo

SAYA CUMA BUIH DALAM AKSI SUPER DAMAI 212

*AKSI BELA ISLAM III
*

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

*Catatan Dr. Iswandi Syahputra.*
(Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta)

*Bagus dan Mengharukan*
🙏😭😭😭🙏


*Ada istilah baru “nyinyiers”*


Demi Allah....
Baru kali ini saya melihat aksi demo hingga menangis. Saya tidak kuat menahan rasa haru, bahagia, bangga, gembira, dan sedikit amarah semua berbaur menjadi satu.

Awalnya saya ke Jakarta untuk wawancara narasumber riset saya. Tapi sebuah penerbit juga mengusulkan saya menulis buku tentang aksi 411 dan 212, lebih kurang membahas 'Media Soslial dan Aksi Damai 4/212'. Karena kebetulan itu, saya bergerak hadir ke Monas pusat lokasi aksi 212.

Sambil menangis tersedu melihat aksi 212 saya telpon isteri untuk mengabarkan situasinya. Luar biasa, persatuan, kesatuan, kekompakan, persaudaraan, silaturrahmi umat Islam demikian nyata.

Pukul 07.00 WIB saya bergerak dari Cikini menuju Monas, ojeg yang saya tumpangi harus muter mencari jalan tikus. Semua jalan dan lorong mengarak ke Monas macet total. Perjalanan saya terhenti di Kwitang, dari Kwitang saya jalan kaki menuju Monas, hingga ke perempatan Sarinah.

Saat sampai di Tugu Tani, dada saya mulai bergetar tak karuan. Seperti orang takjub tidak terkira. Umat Islam yang hadir saling mengingatkan untuk hati-hati, jangan injak taman, buang sampah pada tempatnya, segala jenis makanan sepanjang jalan gratis. Tidak ada caci maki seperti yang terjadi di sosial media. Saat itu sudah mulai perasaan berkecamuk, tapi masih bisa saya tahan.

Tepat di depan Kedubes AS, dada saya meledak menangis haru saat seorang kakek renta menawarkan saya buah Salak, gratis. Saya tanya, "Ini salak dari mana Kek?" "Saya beli sendiri dari tabungan", jawabnya. Saya haya bisa terdiam dan terpaku menatapnya.

Di sebelahnya, ada juga seorang Ibu tua juga menawarkan makanan gratis yang dibungkus. Sepertinya mie atau nasi uduk. Bayangkan, Ibu itu pasti bangun lebih pagi untuk memasak makanan itu. Saya tanya, "Ini makanan Ibu masak sendiri?" "Iya", jawabnya. "Saya biasa jualan sarapan di Matraman, hari ini libur. Masakan saya gratis untuk peserta aksi". Masya Allah... Saya langsung lemes, mes, messss... Saya senakin lemes sebab obrolan kami disertai suara sayup orang berorasi dan gema suara takbir.

Dan., sepanjang jalan yang saya lalui, saya menemukan semua keajaiban Aksi Super Damai 212. Pijat gratis, obat gratis, klinik gratis, makan dan minum gratis. Perasaan lain yang bikin saya merinding, tidak ada jarak dan batas antara umat Islam yang selama ini kena stigma sosial buatan mereka para nyinyiers dan haters sebagai 'Islam Jenggot', 'Islam Celana Komprang', 'Islam Kening Hitam', 'Islam Cadar', 'Islam Berjubah' dan stigma negatif lainnya. Semuanya bersatu dalam: Satu Islam, Satu Indonesia, dan Satu Manusia!

Sepanjang perjalanan, saya mendengar antara peserta bicara menggunakan bahasa daerah Sunda, Jawa, Madura, Bugis, Aceh, Minang bahkan ada juga yang berbahasa Tionghoa. Mungkin mereka saudara kita dari kalangan non muslim.
Melihat itu semua, “saya menyerah’, lagi-lagi saya menyerah!

Saya tidak kuasa menahan gejolak rasa yang bergemuruh dalam dada. Saya putuskan menepi, mencari kafe sekitar lokasi. Kebetelun saya punya sahabat baik yang pengelola "Sere Manis Resto dan Cafe". Lokasinya strategis, pas di pojok Jl. Sabang dan Jl. Kebon Sirih. Tidak jauh dari bunderan BI dan Monas. Saya putuskan menyendiri masuk cafe itu untuk memesan secangkir kopi dan menyaksikan semua peristiwa dari layar TV dan Gadget yang terkadang diacak timbul tenggelam kekuatan sinyalnya.

Tapi di Resto/Cafe 'Sere Manis' itu juga saya temui umat Islam berkumpul membludak. Rupanya mereka antri mau mengambil wudhu yang disiapkan pengelola restoran. Tidak cuma itu, saya menemukan ketakjuban lain. Di dalam resto/cafe saya bertemu teman baru, seorang Scooter yang tinggal di daerah Cinere. Dia dan teman-temannya memilih berjalan kaki dari Cinere ke Monas (sekitar 40 KM) untuk merasakan kebahagiaan para santri yang berjalan dari Ciamis ke Jakarta.

Masya Allah.... Saya semakin sangat kecil rasanya dibanding mereka semua. Ini kisah dan kesaksian saya tentang Aksi Super Damai 212. Mungkin ada ratusan atau ribuan orang seperti saya yang tidak terhitung atau tidak masuk dalam gambar aksi yang beredar luas. Kami orang yang lemah, tidak sekuat saudara kami yang berjalan kaki di Ciamis atau Cinere.

Maka, janganlah lagi menghina aksi ini. Apalagi jika hinaan itu keluar dari kepala seorang muslim terdidik. Tidak menjadi mulia dan terhormat Anda menghina aksi ini. Terbuat dari apa otak dan hati Anda hingga sangat ringan menghina aksi ini? Atau, apakah karena Anda mendapat beasiswa atau dana riset dari pihak tertentu kemudian dengan mudah menghina aksi ini?

Jika tidak setuju, cukuplah diam, kritik yang baik, atau curhatlah ke isteri Anda berdua. Jangan menyebar kebencian di ruang publik. Walau menyebar kebencian, saya tau kalian tidak mungkin dilaporkan umat Islam. Sebab umat Islam tau persis kemana hukum berpihak saat ini.

Terlepas ada kebencian dari para ‘nyinyiers’, saya bahagia bisa tidak sengaja ikut aksi damai 212 ini. Setidaknya saya bisa menularkan kisah dan semangat ini pada anak cucu saya sambil berkata: "Nak, saat kau bertanya ada dimana posisi Bapak saat aksi damai 2 Desember 2016? Bapak cuma buih dalam gelombang lautan umat Islam saat itu.

Walau cuma buih, Bapak jelas ada pada posisi membela keimanan, keyakinan dan kesucian agama Islam. Jangan ragu dan takut untuk berpihak pada kebenaran yang kau yakini benar. Beriman itu harus dengan ilmu. Orang berilmu itu harus lebih berani. Dan mereka yang hadir atau mendukung aksi 212 adalah mereka yang beriman, berilmu dan berani. Maka jadilah kau mukmin yang berilmu dan pemberani anakku".

 *DR Iswandi Syahputra.*

[Dosen IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta]

Jumat, 02 Desember 2016

AKSI BELA ISLAM III, KODE 212 ADALAH NORAK...???

Saya anggap dunia adalah soal cara hidup
dan cari kehidupan. Bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apa yg dipunya dan sedikit jalan-jalan menikmati dunia.

Saya anggap orang yang maju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool. Janganlah sesekali dan ikut-ikutan jadi orang norak. Ikut kelompok cingkrang-cingkrang dan entah apalah itu namanya.

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu kalian jangan usil, jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak ! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal. Saya bantu orang-orang, bantu saudara-saudara saya juga, jgn kalian tanya soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang-orang respek pada saya, temanpun aku banyak, tiap kotak sumbangan aku isi.

Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai apa yang sudah dia buat bagi Jakarta. Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada pilkada, saya tak mau terbawa arus seperti teman-teman kantor yang tiba-tiba juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari sensasi, paling juga mau selfie-selfie.

Sampai satu saat....

Sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat meeting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih2, rompi hitam dan hanya beralas sendal, muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu. Mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas, tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yang ugal-ugalan.

Ini aneh, biasanya kalau sudah bertemu orang ramai-ramai di jalan aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif. Sore ini, di jalan aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan kurasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yg basah terkena gerimis.

Papasan berlalu, aku setel radio lain, ada berita rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota, ada nama jalan yang mereka lalui. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang aku berpapasan tadi adalah rombongan itu. Aku tertegun...

Lama aku diam, otakku serasa terkunci, analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak kutemukan apa pun yg sesuai dengan pemikiranku, apa yg membuat mereka rela melakukan itu semua ? Apa kira-kira? Aku makin sibuk berfikir. Apa menurutku mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka-muka ikhlas itu. Apa mereka ada tujuan politik? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang mencapai tujuan bukan dengan cara-cara itu.

Apakah orang dengan tujuan politik yang gerakkan mereka itu? Aku hitung-hitung, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi, berapa biaya yg harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yang mau ongkosi karena nilainya sangatlah besar.

Aku berfikir di dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga. Terlihat di pinggir jalan anak-anak sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue-kue warung ke mereka, sepertinya itu dari uang jajan mereka yg tak seberapa.

Aku terdiam makin dalam. Ya Allah. Kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini ? Kenapa hanya hal jelek yang mau aku lihat tentang agamaku. Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku ?

Aku mampir ke masjid, mau sholat ashar. Aku lihat sendal-sendal jepit lusuh banyak sekali berbaris, aku ambil wudhu.

Kembali, di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercece,, muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yg minum, ada yg rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca Al Qur'an...  Hmmm

Aku sholat sendiri, tak lama punggungku dicolek dari belakang, tanda minta aku jadi imam, aku cium aroma tubuh dan baju basah dari belakang. Aku takbir sujud, ada lagi yang mencolek.

Nahh, kali ini hatiku yang dicolek, entah kenapa? Hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam. Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku.

Ya Allah... Aku tak pantas jadi imam mereka. Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka. Bagiku agama hanya hal-hal manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style, bla bla bla.

Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka, Tuhan tidak perlu dibela, Al Qur'an tidak perlu dibela, Islam juga tidak perlu dibela.  Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah, kenapa aku Kau jadikan aku imam sholat mereka? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku ?

Hanya 3 rakaat aku imami mereka, hatiku luluh ya Allah. Mataku merah menahan haru. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum. Agak malu-malu aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali. Ini bisa jadi dia anakku juga.

Apa yg telah kuajarkan anakku soal Islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini ? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh. Dia demam sedikit aku panik. Aku nangis dalam hati.

Di baju putihnya ada tulisan nama sekolah, SMP Ciamis. Ratusan kilometer dari sini. Kakinnya bengkak karena berjalan sejak dari rumah, dia cerita bapaknya tak bs ikut krn sakit dan hanya hidup dr membecak, bapaknya mau bawa becak ke jakarta bantu nanti kalau ada yang capek, tapi dia larang. Aku dipermalukan berulang-ulang di masjid ini.

Aku sudah tak kuat ya Allah. Mereka bangkit, ambil tas dan kresek putih dari sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid, rasanya melihat punggung-punggung putih itu hilang dari pagar masjid aku seperti sudah ditinggal mereka yg menuju syurga. Kali ini aku yg norak, aku sujud, lalu aku sholat sunat dua rakaat, air mataku keluar lagi. Kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian.

Sudah jam 5an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini. Meeting dengan klien sepertinya batal. Aku mikir lagi soal ke-Islamanku, soal komitmenku ke Allah, Allah yg telah ciptakan aku, yg memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini. Dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini? Ada dimana? Imanku sudah aku buat nyasar di mana?

Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yg telah lepas dalam benakku selama ini. Ada satu kata. Sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu. Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada.

Aku mampir di minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional. Ini kebangganku yang pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali. Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalanMu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati.

Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jumat dan berdoa bersama saudara-saudaraku yang sebenarnya. Orang-orang yang sangat ikhlas membela-Mu. Besok, tak ada jarak mereka denganMu ya Allah. Aku juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini. Tak ada penghargaan dari manusia yang kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku. Mohon Kau terima dengan sangat. Bismilahirahmanirahiim.

#Jakarta, 1 Desember 2016
Diceriteratakan oleh Joni A Koto, Arsitek, Urban.

Jumat, 25 November 2016

SIAPA INGIN BUBARKAN FPI...?

HABIB RIZIEQ SHIHAB: "INILAH EMPAT KELOMPOK YANG INGIN FPI BUBAR!"

Konspirasi pembubaran FPI
Ada Empat Kelompok yang Berkonspirasi Ingin Membubarkan FPI

Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front Pembela Islam (FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling berbahaya bagi musuh-musuh Islam.

Pasalnya, FPI dinilai paling keras dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud dari pelaksanan amar makruf nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika mereka bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan segala cara untuk membubarkan FPI.

Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami kegagalan.

Berikut ini wawancara dengan Imam Besar DPP FPI, Habib Rizieq Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras menentang kezholiman dan ketidakadilan.

Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?

Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.

Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram mereka.

Adapun yang saya maksud mafia disini, apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut.

FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI.

Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap gerakan-gerakan kaum liberal.

Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai perang otot.

Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka kandas.

Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih meninju atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk dalam konspirasi tersebut.

Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI.

Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan gereja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan peruntukannya, no problem.

Markas FPI di Petamburan Jakarta Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi gereja.

Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi FPI.

Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya.

Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan Kristenisasinya juga terganggu.

Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu dengan gerakan-gerakan ormas Islam.

Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI.

Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI sebagai musuh bersama.

Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI?

Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI.

Bagaimana dengan peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI.

Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja.

Artinya, kalau melibatkan anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.

Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka ada sedikit konflik.

Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu. Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek.

Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan FPI, ternyata salah fakta.

Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti insiden Monas.

Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV, RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya sudah inkracht dan sudah selesai.

Tidak ada satu persoalan hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek.

Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?

Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk membeli siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.

Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak berani.

Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media massa.

Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI.

Jadi sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau salah ya kita protes.

FPI tidak peduli apakah beritanya akan dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada.

Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka kuasai.

Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan, kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.

Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang.

Berarti apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.

Apa isi dokumen Rand Corporation?

Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya, pokoknya disebut namanya saja.

Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation.

Jadi dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI, dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil membubarkan FPI.

Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu.

Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI sampai dibubarkan?

Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan pembubaran.

Nanti kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.

Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI sebagai tujuan perjuangan.

Kita selalu mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain. Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan.

Tujuan kita hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.

Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI.

Tetapi memang kalau kita bicara secara umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka semakin surut.

Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita khawatirkan.

Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti FPI.

Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran, mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya.

Jadi kalau ada pembubaran suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.

Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960 lalu?

Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI, ini kan tuduhan dan fitnah, Masyumi kemudian dibubarkan.
Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat, Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan. Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.

Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang sendiri.

Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam, kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan mereka alasan untuk penghancuran.

Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan.

Pertanyaan kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan.
Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.

Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?

Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan.

Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita memakai logika pembubaran.

Jadi tidaklah adil jika ada massa FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai !

Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto.

Apa ada aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta.
Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar, termasuk negara ini juga bubar.

Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal?

Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya.

Kalau kita ingin bicara jujur, FPI ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing.

Bubarkan meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.

Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri, tidak mereka lihat.

Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk orang asing.

Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai kekuatan grass-roots.

Adapun yang mempunyai kekuatan grass-roots di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.

Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidak berhasil.

Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh Ulil dan kawan-kawan.

Karena itu ketika tersiar kabar di beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU, tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu domba.

Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahal Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal.

Karena Gus Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunggangi NU sudah tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi PDIP.

Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau ditunggangi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas diri.

Assalamualaikum
buletin FPI "suara-islam"

Sumber
http://www.spiritnkri.com/2016/11/Gus-Nuril-Bubarkan-FPI-Organisasi-Ini-Melenceng-Dari-Ajara-Islam-Sering-Melanggar-Hukum.html.

Tony dibayar untuk mencitrakan peserta demo 411 dibayar 500ribu/orang

*Benang merah*

Tony dibayar untuk mencitrakan peserta demo 411 dibayar 500ribu/orang

Benang Merah TV One malam kemaren 24 nov 2016, menghadirkan Tony (nama samaran), salah satu anggota tim profesional yang menerima pesanan dari siapa saja untuk menyebarkan informasi (hoax atau kebenaran) via media sosial sesuai keinginan pemesan.

Salah satunya, Tony menceritakan aksi mereka dalam demo 411 kemarin, timnya dibayar untuk mencitrakan bahwa demo tersebut demo bayaran.

Tim mereka menghadirkan sejumlah orang, dan orang-orang tersebut diberikan masing-masing 500ribu. Total uang yang diberikan oleh pemesan utk dibagi2 sebanyak 1 Milyar.

Targetnya ketika mereka bagi2 uang media meliputnya. Padahal menurut Tony, peserta aksi yang asli tidak ada yang dibayar.

Tony juga mengatakan pengguna jasanya tersebut adalah orang yang sering dilihat di TV.

Selalu ada jalan terungkapnya kebenaran.
Terima kasih TV One.


Siasat penyebar info sesat. Tv one. 24 nov 2016
http://youtu.be/o7UEZdV62Jo

Selasa, 22 November 2016

Menhan: Saya tak Dengar Ada Makar di Balik Demo 2 Desember

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan belum menerima laporan adanya upaya makar di balik rencana unjuk rasa 2 Desember 2016 yang dikaitkan dengan dugaan penistaan agama yang disangkakan kepada Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Saya tidak dengar itu (makar) ya. Intelijen saya
tidak dengar itu," kata Menhan Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (22/11).
Dia mengatakan makar merupakan tindakan melawan hukum. Setiap orang harus mematuhi peraturan berlaku dan diharapkan tidak melakukan aksi yang mengganggu ketertiban.

"Siapa pun yang makar itu tidak boleh terjadi di negara ini, tidak ada sejarah kita makar, kita negara hukum taat hukum. Jika memang terjadi, tindak tegas, Kementerian Pertahanan siap berhadapan dengan makar makar itu, siapa pun," ujarnya.

Dia mengatakan sejauh ini tidak ada informasi tentang makar di balik rencana unjuk rasa 2 Desember 2016. "Belum (ada laporan tentang makar), kita kalau ngomong yang pasti benar, jangan sampai yang kata orang, fitnah nanti kan," kata Ryamizard.

Sebelumnya, terkait pernyataan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang menyebutkan ada dugaan upaya makar pada aksi demonstrasi pada 25 November 2016, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Kombes Rikwanto mengatakan pernyataan itu berdasarkan kajian internal kepolisian.

"Itu informasinya dari bentuk kajian kepolisan. Kami enggak bisa sampaikan informasinya seperti apa, kapan dan siapa. Itu kajian internal," kata Rikwanto, Jakarta, Selasa (22/11).

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Iriawan, pada Selasa, menerbitkan surat maklumat terkait rencana aksi unjuk rasa pada 25 November dan 2 Desember 2016.

Berdasarkan Surat Maklumat Nomor: Mak/04/XI/2016 tertanggal 21 November 2016, Irjen Polisi M Iriawan mengingatkan agar agenda unjuk rasa tidak mengarah kepada tindakan makar.

Melalui surat maklumat, Irjen Iriawan menekankan penanggung jawab dan peserta penyampaian pendapat di muka umum diwajibkan mematuhi ketentuan.

Red: Bilal Ramadhan
Source: Antara

TUDUHAN MAKAR TERTUJU PADA WAPRES JK...?

Nah lho! Di Balik Aksi 2 Desember, Makar yang Disebut Kapolri Tertuju pada Wapres JK?

Belakangan muncul kata’ makar’ dari mulut Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Presiden Jokowi pun merespon dengan memberi instruksi kepada Polri dan TNI untuk mewaspadai upaya makar di balik aksi 2 Desember nanti.

Hal ini menimbulkan berbagai asumsi sementara kalangan tentang aktor makar yang dimaksud Jokowi dan Kapolri itu.

“Pertanyaan saya, kesimpulan makar yang didapat Presiden itu datang dari sumber resmi negara atau lagi-lagi berdasarkan laporan konsultan?” kicau Andi Arief melalui akunnya di twitter @AndiArief_AA, Selasa (22/11/2016).

Menurut Andi, jika benar ada rencana makar terhadap kekuasaan Jokowi, maka orang pertama yang dimaksud Jokowi pasti Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

“Padahal JK tidak kuasai parlemen. Kenapa Pak JK diduga dimaksud Jokowi Makar? Karena hanya Pak JK yang sangat berpeluang secara konstitusional seperti Habibie era Soeharto,” jelasnya.

Andi mengatakan, sebaiknya Jokowi dan Kapolri segera mengklarifikasi pernyataan ‘makar’ tersebut.

“Kasihan Pak JK yang secara tidak langsung tertuduh atas wacana makar. Siapa tertuduh tidak langsung pelaku makar yang dituduh Jokowi selain Pak JK?” twitnya lagi.

Tembakan makar bisa saja diarahkan ke Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang secara teknis dinilainya paling siap. Nama Panglima TNI menjadi buah bibir sejak kata makar dikemukakan Kapolri dan Jokowi.

Namun jika belajar dari pengalaman yang sudah pernah ada, Andi berpendapat, justru kepentingan atas wacana makar, tak lain Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan yang menjadi motor penggulingan pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

“Tetapi gagal menggulingkan SBY-Boediono dengan kekuatan parlemen dan jalanan,” ulasnya.
Di tangan Megawati dan PDIP sebetulnya makar terhadap Jokowi bisa dilakukan baik mengingat posisi Megawati bukan hanya ketua umum PDIP, tapi juga ketua koalisi dan orangtua Puan Maharani.

“Jika Pak JK, Panglima TNI, dan PDIP/Megawati ternyata tidak ditemukan fakta mau makar, maka kata makar hanya untuk selamatkan Ahok,” simpulnya.

Sebetulnya, lanjut Andi menekankan, wacana makar atau penggulingan kekuasaan Jokowi bukan bisa dilakukan atau tidak. Tapi beralasan atau tidak, apalagi sudah banyak kekecewaan terhadap Jokowi yang terkesan melindungi Ahok dari kasus-kasus hukum.

“Perlindungan khusus Ahok akhirnya menjadi kemarahan konkrit rakyat pada kasus Al-Maidah. Teriakan aksi: bertindak adil atau mundur,” tambahnya.

Andi pun mengingatkan, jika rakyat sudah melakukan protes luas secara konsisten maka sudah hukumnya mendorong perpecahan di elit.
“Jadi bukan makar tapi perpecahan elit,” cetus mantan staf khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial ini. [ beritaislam24h.net / psi ]

Senin, 21 November 2016

NEGERI INI TAK AKAN RUNTUH JIKA AHOK DITAHAN

AKHIR-AKHIR ini saya merasa asing di negeriku. Setelah memasuki tahun ketiga pensiun dari pengabdian di TNI, ada penistaan Alquran begitu sulit untuk ditersangkakan.

Bahkan karena sulitnya membuat negeriku banyak
mengeluarkan energi harus melibatkan banyak pakar, banyak modal yang sebenarnya bukan hal yang harus jika kesamaan hak warga negara di mata hukum diterapkan secara adil.

Lalu saya bertanya benarkah reaksi umat Islam terhadap penistaan Alquran ada kaitannya dengan politik, ternyata tidak benar. Sebab kalau hanya soal politik, umat Islam tidak akan menyatu.

Apakah karena pelaku non-muslim juga ternyata tidak, sebab banyak kawan saya non muslim memahami perasaan umat Islam dan mengakui bahwa patut jika umat Islam tidak dapat menerima penistaan Alquran. Lalu apakah karena pelaku penistaan dari etnis tionghoa ternyata juga kurang benar karena banyak dari kalangan etnis tionghoa pun merasa bahwa tindakan penistaan Alquran memang tidak pantas dilakukan.

Lalu dengan berbagai disiplin ilmu dilakukan pengkajian apakah dalam ucapan ahok terjadi penistaan Alquran (surat Al Maidah: 51), terbukti?
Lebih jauh dari itu saya semakin bingung, apa benar negeri dalam keadaan bahaya?????? Karena tiba tiba saja banyak kalangan meneriakkan slogan persatuan, kebhinekaan harus dijaga. Dijaga karena apa dan siapa yang akan merusaknya?

Tuan-tuan penguasa buka mata dan telinga dengar kata rakyat. Permintaan kami sangat sederhana, jangan biarkan penistaan terhadap Alquran juga terhadap kitab suci lainnya, hentikan menyebar kebencian antar sesama anak bangsa. Lakukan dengan kekuasaan kalian, tapi jangan pilih kasih, jangan lagi menganggap pribumi ini tidak paham.

Jika Ahok ditahan untuk mempertanggungjawabkan ucapannya, saya tidak percaya kalau Indonesia akan runtuh. Ini bukan soal politik tapi ini soal penistaan terhadap keyakinan umat Islam.

Ingat kami juga punya hak dan kewajiban atas NKRI. Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami. [***]

Letjen TNI (Purn) H. Andi Geerhan Lantara
Jabatan terakhir penulis sebelum pensiun adalah Letnan Jenderal TNI. Sebelumnya juga pernah menjabat Pangdam XII/Tanjungpura, Komandan Korem 012/Teuku Umar dan Wakil Komandan Batalyon Linud 700

Sumber: RMOL

Jumat, 18 November 2016

MENENGOK SEJARAH HANCURNYA ISLAM DI ANDALUSIA

Pelajaran penting bhagi generasi muda Indonesia:

*AL QUR'AN :*Bermuatan:
MELARANG...................
MEMVONIS....................
MENGANCAM................

*Pemimpin muslim terakhir di Andalusia (Spanyol), Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina.*

*Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun!!*

Kini, *ia tinggalkan istana dengan hati pilu, dadanya sesak.*

Hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi.

Dari sana ia menatap *Istana Al Hambra*,  *Ia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata*.

Melihat hal itu, ibu nya berkata,
Menangislah!
Menangislah seperti perempuan!, karena *kau tidak mampu menjaga kerajaanmu sebagaimana laki-laki perkasa!!*.

*Kekuasaan Islam berakhir di Andalusia...*

Dan *belum pernah bangkit lagi hingga detik ini!!*.

*Umat Islam disana diberi pilihan :*
1) *Masuk kristen*, atau,
2) *Dibunuh*, atau
3) *Diusir*.

*Tahu apa penyebab jatuhnya Andalusia!?*
Karena:
1. *Cinta dunia*.
2. *Meninggalkan jihad*,
3. *Berkubang kemaksiatan*,
4. *Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya*,
5. *Bodoh dalam hal agama*.

*Bayangkan jika Indonesia nanti telah jatuh total ke tangan orang kafir*........

*pemuda Islam menangis* dan *ibu2 mereka berkata, Menangislah seperti perempuan menangis*,

Karena *kau tidak bisa menjaga bangsa ini sebagaimana seorang laki2 perkasa!!!*,

Maka *bersiaplah wahai pemuda Islam*......

*Pelajari baik-baik 5 faktor di atas*, Karena *sebab-sebab kejatuhan itu akan selalu sama*.....

*MENGINGATKAN BUAT SAUDARA2 MUSLIM DAN MUSLIMAH*!!!

1. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai PEMIMPIN*
QS.Ali Imraan: 28,
QS.An-Nisaa’: 144,
QS.Al-Maa-idah: 51 dan 57

2. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai PEMIMPIN Walau KERABAT Sendiri*.
QS.At-Taubah: 23,
QS.Al-Mujaadilah: 22,

3. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai TEMAN SETIA*.
QS.Ali Imraan: 118,
QS.At-Taubah: 16.

4. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*SALING TOLONG dengan kafir yang akan MERUGIKAN umat islam*.
QS.Al-Qasshash: 86,
QS.Al-Mumtahanah: 13.

5. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*MENTAATI orang kafir untuk MENGUASAI Muslim*
QS.Ali Imraan: 149–150.

6. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Memberi PELUANG kepada orang kafir sehingga MENGUASAI Muslim*.
QS.An-Nisaa’: 141.

7. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS MUNAFIQ*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.An-Nisaa’: 138–139.

8. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS ZALIM*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Maa-idah: 51.

9. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS FASIQ*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Maa-idah: 80–81.

10. *Al-Qur’an MEMVONIS SESAT, kepada muslim yang  menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Mumtahanah: 1.

11. *Al-Qur’an MENGANCAM AZAB, Bagi yang menjadikan Kafir cebagai Pemimpin / Teman setia*.
QS.Al-Mujaadilah: 14–15.

12. *Al-Qur’an* *MENGAJARKAN DOA*
*Agar Muslim Tidak Menjadi SASARAN FITNAH kaum Kafir*
QS.Al-Mumtahanah: 5.

*Ya Allah, Ya Robb, Ya Tuhan kami, sungguh telah kami sampaikan FirmanMu, Kami memohon ampun serta Berlindung hanya kepadaMu Ya Robbal Aalamiin*.

والله أعلم بالصواب

Silahkan share, guna Menyelamatkan Saudara2 kita yang belum Mengetahuinya.

*Bagi muslim semua sudah jelas aturannya sehingga urusannya tinggal ke Islaman kita lah yg diuji, apakah kita termasuk orang sesat, munafik, fasiq, zalim atau kafir****

Catatan dari pengirim :

*Ayat2 diatas bukan pesanan dari pihak tertentu demi menjegal calon tertentu tetapi sudah ada sejak lebih dari 1400 thn yang lalu.*

Rabu, 16 November 2016

GOTHAK GATHIK GATHUK; MISTERI ANGKA 51

JAKARTA- (16/11/2016) Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama. Penetapan status tersangka terkait pernyataan Ahok tentang surat Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Polri meningkatkan kasus tersebut dari penyelidikan ke penyidikan.
Hal tersebut disampaikan Kabareskrim Komjen Pol Ari Dono Sukmanto di Jakarta, Rabu (16/11).
Ahok dinilai melanggar Pasal 156a KUHP dan Pasal 28 Ayat (1) UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ahok juga dicegah bepergian ke luar negeri.
Pidato Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (alias Ahok) di Kabupaten Kepulauan Seribu pada hari Selasa, 27 September 2016 (kemudian videonya beredar) antara lain menyatakan, “…Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat al Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Jadi bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya..”
Allah Memberikan Petunjuk atau Kebetulan Belaka?
Kasus Penistaan Surat Al Maidah ayat 51 oleh Ahok pada 27 September 2016 lalu, hingga ditetapkan menjadi tersangka pada 16 November 2016, ternyata menempuh waku selama 51 hari.
Tanggal 27 ke 30 September (akhir bulan) = 4 hari
Tanggal 1 ke 31 Oktober (akhir bulan) = 31 hari
Tanggal 1 ke 16 November = 16 hari
4 + 31 + 16 = 51
Subhanallah... petunjuk apakah yang sedang Allah perlihatkan kepada hamba-hambanya-Nya. Semoga semakin menguatkan iman kita kepada Allah SWT dan membuka mata orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya.
Sebelumnya, masyarakat juga mengutak-atik angka saat aksi besar-besaran pada Jumat , 4 November 2016 lalu.
Yaitu, angka tanggal, bulan, dan tahun aksi Bela Islam II yang disebut-sebut diikuti lebih dari 1 juta orang tersebut, bila ditambahkan, 4+11+20+16, juga menjadi 51. (posmetro).

Selasa, 15 November 2016

RIWAYAT SAKSI AHLI DARI MESIR

Ummat tersentak kaget, begitu Polisi mengumumkan bahwa saksi ahli yang bela si Penista didatangkan dari Mesir. Ulama dari Al Azhar Cairo, Syeikh 'Amr Wardhani, bukan main. Duit siapa yang dipakai untuk menerbangkan ulama tersebut? Uang negara?

Bukankah selama ini kelompok si Penista selalu memusuhi apapun yang berbau Arab? Kok sekarang malah undang ulama dari sana? Hebatnya lagi, ulama itu langsung dibawa ke istana untuk bertemu presiden. Hah...? Ketemu presiden?

Bukankah presiden harusnya berada pada posisi netral? Kok ketemu saksi pihak si Penista? Apa kata dunia? Yang menjadi pertanyaan, siapa yang membawa ulama dari Mesir? Kok bisa nemu? Begitu tiba2. Apakah Kemenlu terlibat?

Usut punya usut, rupanya yang membawa adalah Dubes RI yang ada di Mesir. Dialah yang melobi sang ulama untuk mau berkunjung ke Indonesia. Untuk apa? Rupanya dia bilang ke ulama untuk kasih kuliah tafsir di Indonesia. Mendadak.

Minta tolong karena hubungan baik dengan Indonesia, maulah sang ulama diajak mendadak terbang. Begitu tiba di Indonesia, hebohlah ummat !

Ini bisa membuat perpecahan ulama. Keretakan hubungan Indo-Mesir.

Bergeraklah jaringan alumni Al-Azhar Cairo yang ada di Indonesia. Mereka langsung kontak ke Al Azhar Cairo.

Menanyakan status sang ulama. Al-azhar kaget.
Tidak ada yang tau tentang keberangkatan sang ulama.

MUI bergerak cepat... MUI Langsung mengirim surat ke Prof Dr. Ahmad Thayyib selaku Grand Syaikh al-Azhar dan Mufti Republik Arab Mesir.

Oh, ternyata ulama MUI biasa aja tulis surat dalam bahasa Arab.

Grand Syaikh pun tak kalah cekatan. Langsung merespon surat tersebut.  Menghubungi ulama yang sudah ada di Indonesia yang rencananya akan bersaksi besok pagi (Selasa, 15/11-2016).

Instruksi Grand Syeikh jelas, SEGERA kembali ke Mesir dan JANGAN ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. Sang ulama, Syeikh 'Amr Wardhani, kaget setengah mati. Dia baru tau kalau dia hendak disuruh jadi saksi kasus untuk bela si Penista.

Oh Buyarlah rencana busuk kaum kafir yang hendak mengadu domba ulama Indonesia dengan Mesir.

Kembali ke Dubes Mesir. Siapa Helmy Fauzy? Ada yang tau?

Dia adalah relawannya Ahok, Dia ini orang PDIP.
Jadi dia menggunakan jabatan dubes-nya untuk mempengaruhi sang ulama, untuk melawan ulama di Indonesia. Itu termasuk kaum munafiqun??

Mereka terus hendak mengganggu kita, semoga kita selalu waspada.

Hasbunallohu wa ni'mal wakiil....

TUHAN TIDAK PERLU DIBELA...???

Dulu ada tokoh nasional, yang sekarang sudah wafat, mengatakan bahwa: “Tuhan tak perlu dibela”. Tokoh ini sangat dikagumi dan dipuja oleh anak-anak muda saat itu, dan tampaknya juga sampai sekarang. Anak-anak pesantren, jika belum mengidolakan dia, masih dianggap kuno, belum moderen, masih level syariat, masih fokus urusan dzahir, belum level hahikat (haqiqoh), dan lain sebagainya.

Saat ini, saat umat Islam melakukan pembelaan terhadap tuhannya, agamanya dan kitab sucinya, lagi-lagi banyak orang yang berkata bahwa: “Tuhan tak perlu dibela”. Saya tidak tahu, apakah pernyataan yang sekarang terinspirasi oleh tokoh yang sudah meninggal itu atau benar-benar pendapatnya sendiri?.

Salah seorang profesor di UI, misalnya mengatakan: Demonstrasi dalam rangka membela Tuhan makin banyak. Hal ini membuat saya bertanya, "Mungkinkah membela agama?". Pertanyaan selanjutnya, "Sebegitu lemahkah Tuhan dan Agama sehingga memerlukan pembelaan dari umatnya?"
Selanjutnya, dia mengatakan: "Pandangan saya mungkin tidak begitu populer, tetapi untuk saya, Islam dan Tuhan tidak perlu dibela. Anak-anak, perempuan, orang yang lemah dan tak berdaya, orang fakir dan yatim piatulah yang patut dibela, dan hal itulah yang sesuai dengan ajaran Islam"
Tulisan singkat ini hendak membahas pernyataan di atas dan menunjukkan betapa absurd-nya pernyataan tersebut.

****

Pernyataan tersebut tampak diucapkan oleh orang “pinter”, tetapi kenyataannya lebih tepat diucapkan oleh orang yang “keminter”. Itu sama dengan orang yang menertawakan sebuah pernyataan bahwa “kalau ingin pintar harus ke sekolah”. Dia mengejek orang sekolah dan mengatakan: “Yang membuat pintar itu belajar, bukan sekolah. Seratus tahun kamu pergi sekolah, kalau hanya pergi saja, dijamin tidak akan pintar”.

Pernyataan “kalau ingin pintar harus sekolah” itu tentu ada maksudnya. Sama dengan pernyataan “membela Allah, agama dan kitab suci”, semua itu ada maksudnya. Tidak bisa dipahami seperti anak SD saat memahami suatu bahasa.

Terkadang orang-orang memang lucu dalam memahami bahasa. Ini bukan hanya sekarang. Tetapi juga pada zaman Nabi Muhammad dulu. Sebelum kita membahas tentang “menolong Allah”, akan kita ulas dahulu sebuah kisah yang menggambarkan bahwa orang gagal paham dalam memahami bahasa itu memang benar-benar terjadi, termasuk pada zaman Rasulullah dahulu.

Ibnu Abu Hatim menyatakan bahwa sebab turunnya Ali Imran ayat 181, berdasarkan hadis Ibnu Abbas, adalah karena perkataan orang-orang Yahudi kepada Nabi saw. sewaktu Allah menurunkan ayat;

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah. Pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat-ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah 245).

Orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad saw, "Hai Muhammad! Rupanya Tuhanmu jatuh miskin, sehingga ia meminta pinjaman kepada hamba-Nya!"

Maka Allah pun menurunkan ayat, "Sungguh Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.'" (Ali Imran 181)

Menurut pendapat yang lain bahwa Ibnu Ishak dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahawa sebab turun surat Ali Imran ayat 181 ialah hadis dari Ibnu Abbas katanya, "Abu Bakar masuk ke rumah seseorang bernama Madras. Didapatinya di sana telah berkumpul orang-orang Yahudi sedang menghadap pemimpin mereka bernama Fanhas. Kata Fanhas kepada Abu Bakar, 'Demi Allah, wahai Abu Bakar! Sebenarnya kami ini tidak perlu Allah, sebaliknya Dialah yang perlukan kami! SEANDAINYA DIA KAYA, TENTULAH DIA TIDAK PERLU MEMINTA PINJAMAN DARI KAMI kami sebagaimana dikatakan oleh sahabatmu itu!' Abu Bakar pun marah lalu menampar mukanya.

Lalu Fanhas ini pergi menemui Nabi saw. katanya, 'Hai Muhammad! Lihatlah ini apa yang telah dilakukan oleh sahabatmu kepada saya!' Jawab Nabi saw., 'Hai Abu Bakar, apa yang menyebabkanmu melakukan itu?' Jawabnya, 'Wahai Rasulullah! Ia telah mengeluarkan kata-kata berat, dikatakannya bahwa Allah miskin sedangkan mereka kaya.' Fanhash menolak keterangan itu, tetapi Allah menurunkan ayat, 'Sungguh Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya...'" (Al-Imran 181)

Jadi, orang-orang Yahudi itu gagal paham terhadap al-qur’an yang mengatakan “memberi pinjaman kepada Allah”. Dikiranya Allah minta pinjaman atau hutangan, padahal maksudnya adalah Allah mendorong umat Islam untuk berinfaq dalam segala jenis kebaikan (diantaranya mendakwahkan Islam, jihad, membantu orang miskin dan lain sebagainya). Segala infaq yang dikeluarkan karena Allah (maksudnya dengan Ikhlas karena mengharap ridlo Allah), manfaatnya sama sekali bukan untuk Allah, tetapi manfaatnya itu kembali kepada manusia sendiri.

Allah sama sekali tidak butuh bantuan manusia, apalagi infaq dan sedekah manusia. Semua sedekah dan infaq itu akan kembali kebaikannya kepada manusia itu sendiri.

Jadi, contoh orang yang gagal paham pada zaman Nabi adalah orang-orang Yahudi.
Apakah mereka benar-benar gagal paham? Sebetulnya tidak. Mereka sebenarnya tahu maksud ayat tadi, tetapi mereka berkata seperti itu hanya ingin menertawakan umat Islam dan menghina Rasulullah saw. Bagi sebagian orang, melecehkan umat Islam, itu merupakan “KENIMATAN TERTINGGI”. Naudzu billah!. Tampaknya, orang seperti itu, jumlahnya sangat banyak pada zaman sekarang ini.

****

Sekarang, kita kembali kepada kalimat: “menolong Allah” atau “menolong agama-Nya”.
Benarkah ini kata-kata orang bodoh yang belum pernah “makan” sekolahan? Atau justru kalimat yang ada di dalam al-Quran? Tentu, jika ada di dalam al-qur’an ada maksud tertentu dari kalimat itu.
Jika kita mengkaji al-qur’an dengan seksama, maka kita akan dapati bahwa di dalam al-qur’an sendiri ada banyak ayat yang memerintahkan umat Islam untuk “menolong Allah”. 

Misalnya:

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.” (QS. Al Hajj 40)

وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: “Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid 25)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya: “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 7)

Jadi, kalimat tersebut memang terdapat di dalam al-qur’an. Bukan sekedar perkataan “teroris” atau orang “udik” yang tak pernah “makan” sekolahan.

Namun, untuk memahami ayat-ayat ini memang kita harus merujuk kepada para ulama ahli tafsir. Ulama yang benar-benar mengkaji al-qur’an. Bukan kepada sekedar profesor psikologi, profesor ekonomi, profesor sejarah dll, apalagi kepada politisi hitam yang tak percaya kepada Allah swt.

Terkait QS Al-hajj ayat 40, Imam Ath-Thabari mengatakan bahwa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya.” Yaitu Allah swt pasti meonolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat-Nya tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah bantuan-Nya kepadanya, sedangkan makna pertolongan hamba-Nya kepada Allah adalah JIHAD-NYA ORANG ITU DI JALANNYA untuk meninggikan kalimat-Nya.” (Tafsir At-Thabari juz XVII hal 651)

Sedangkan Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang menolong agama dan nabi-Nya. (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz XII hal 386)

Sedangkan tentang QS Al-Hadid ayat 25, Sayyid Qutb mengatakan bahwa “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.” Adalah isyarat untuk berjihad dengan menggunakan senjata. Permasalahan ini diletakkan dalam ayat yang berbicara tentang pengorbanan jiwa dan harta.

Tatkala berbicara tentang “Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” Kemudian Allah melanjutkannya dengan menjelaskan makna pertolongan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menolong manhaj dan da’wah-Nya. Adapun Allah swt tidaklah membutuhkan pertolongan dari mereka. 

“Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Fii Zhilalil Qur’an juz VI hal 4395)
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.” Orang yang menolong Allah swt dan Rasul-Nya dengan memiliki keinginannya membawa senjata. 

“Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” adalah Dia swt menolong orang yang menolong-Nya yang sebetulnya Dia swt tidak membutuhkan pertolongan dari manusia. Adapun disyariatkannya jihad adalah untuk menguji sebagian kalian dari sebagian yang lain.” (Tafsir Ibnu Katsir juz VIII hal 28)

Jadi, secara sederhana, menolong Allah maksudnya adalah menolong agama-Nya. Maksudnya adalah bahwa kita diperintah Allah untuk memperjuangkan Islam dan segala ajarannya. Jika ajaran Islam itu tegak, maka di dunia manusia akan mendapat segala kebaikan dan keadilan, sementara di akhirat nanti akan mendapat surga-Nya.

****

Allah Maha Segala-galanya, sama sekali tidak butuh pertolongan manusia. Ketika Allah berkata “menolong Allah”, maksudnya adalah perintah Allah agar kita melakukan semua kebaikan yang telah Allah perintahkan. Termasuk di dalamnya: mendakwahkan Islam, menolak demokrasi, menolak pemimpin kafir, menyantuni orang fakir miskin, menyantuni janda, menyantuni yatim-piatu, dan lain sebagainya.

Jadi, pernyataan Sarlito dan tokoh-tokoh lain, bahwa yang perlu dibela adalah orang-orang fakir, orang-orang lemah, dll, bukan Allah, adalah perkataan orang “samin”.

Jika ada yang menolong orang-orang lemah, orang-orang fakir karena Allah, maka itu termasuk dalam kategori “menolong Allah”. Jika ada orang berjuang agar orang kafir tidak jadi pemimpin, juga dalam kategori “menolong Allah”. Jika ada yang menghina al-qur’an, kemudian kita berjuang ahar mereka dihukum, juga dalam kategori “menolong Allah”. Jadi tak perlu dipertentangkan.

Sekarang kita coba uji, apakah orang-orang yang suka berkata nyinyir itu peduli kepada orang-orang lemah? Apakah mereka membela saat orang-orang miskin digusur dan diobrak-abrik Ahok? Apakah mereka peduli dengan para nelayan yang diputus mata pencariannya oleh Ahok? Apakah mereka mengkritisi sistem kapitalisme telah meyengsarakan oramg-orang lemah? Apakah mereka peduli dengan kekayaan alam yang dijarah oleh para kapitalis hitam?

Tidak saudara! Tidak! Orang-orang seperti itu justru mendukung pemusnahan orang-orang miskin dan lemah. Mereka justru menjadi broker saat keayaan rakyat dijarah dengan membabi buta.
Maka, jika sekarang mereka sok jadi jagoan dengan mengatakan yang perlu dibela adalah orang-orang lemah, bukan Allah, bukankah itu adalah pahlawan kesiangan?

Sebenarnya mereka hanya membela Ahok dan para konglomerat di belakangnya, yang saat ini sedang ketar-ketir di ujung tanduk, lalu mereka dengan berlagak lugu mengatakan: “Tuhan tak perlu dibela!!!”.


Wallahu a’lam.
Fukuoka, 15 Nov 2016

Oleh 
: Choirul Anam  (Dosen UNDIP, Studi di Jepang)

Sabtu, 12 November 2016

HILANGNYA JATI DIRI BANGSA

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Siapakah kita ini?
Muslim kah?
Nasrani kah?
Hindu kah?
Budha kah?
Koghuchu kah?
Kejawen kah?

Atau sekumpulan pecundang kah?
Yang dengan mudah mengeluarkan caci maki dan sumpah serapah.

Atau sekumpulan pengecut kah?
Yang menghasut dan menghujat dibalik akun-akun palsu dan sampah.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Bukankah Muhammad SAW mengajarkan kedamaian dan keselamatan?
Bukankah Isa Al Masih AS mengajarkan kasih dan pelayanan?
Bukankah Budha Gautama mengajak rendah hati dan kebijaksanaan?
Bukankah Syiwa menuntun manusia pada persaudaraan dan kesantunan?

Lalu, siapakah kita?
Mengaku pengikut Muhammad tapi asyek menghujat.
Mengaku percaya Isa Al Masih tapi hati jauh dari bersih.
Mengaku penganut ajaran Budha tapi hobi menghina.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Sudah hilangkan jiwa kepahlawanan Pangeran Diponegoro?
Sudah musnahkah sikap rendah hati Kyai Haji Agus Salim?
Sudah lunturkah semangat juang Kyai Hasyim Asy'ari?
Sudahkah hanguskah jiwa pengorbanan Robert Wolter Monginsidi?

Yang tersisa hanya kumpulan bangsa pecundang.
Yang menganggap musuh bangsa sendiri hanya karena berbeda pendapat.
Yang tega menghujat hanya karena berbeda posisi.
Yang selalu merendahkan mereka yang berbeda pandangan.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Anda benci Ahok, silakan, itu hak Anda.
Anda benci Habib Rizieq, itu jg hak Anda.
Anda tidak suka Jokowi, boleh, itu utusan Anda.
Anda tdk suka Prabowo, boleh saja, itu pilihan Anda.
Anda benci Syafii Maarif pun boleh, pasti ada alasannya.
Anda kecewa dg Kapolri pun sah-sah saja, krn ada sebabnya.

Tapi Anda mencaci maki, menghina, menghujat dan melecehkan mereka semua, jelas itu bukan perbuatan mulia.

Bagaimana mungkin menegakkan keadilan dg cara tidak adil?
Bagaimana bisa melakukan perbaikan dg cara tidak baik?

Sapu yang kotor tdk bisa membersihkan,
Air najis tidak bisa mensucikan.

Janganlah kebencian mu pada suatu kaum membuat kalian berbuat tidak adil, bersikap adil-lah karena itu lebih dekat kpd taqwa.

Bapak Presiden yang terhormat...

Menurut saya, Anda telah bertindak tidak adil,
Anda bersedia menemui para pelawak tapi tidak bersedia menemui peserta Aksi Damai 4/11.
Anda mengundang para ulama tapi tdk mengundang tokoh yang memimpin Aksi Damai 4/11.
Anda mengunjungi pemimpin2 ormas Islam, tetapi Anda lupa mengunjungi pemimpin Aksi Damai 4/11.

Bukankah peserta Aksi Damai 4/11 dan para pemimpinnya adalah rakyatmu juga, Bapak Presiden...?

Bukankah mereka datang dengan cara damai dan baik-baik?
Mereka datang bukan meminta jabatan, bukan hendak merebut kepemimpinan, bukan hendak menggulingkan kekuasaan Anda...?

Mereka datang untuk mengadu. Mereka datang meminta ketegasan. Mereka datang menuntut keadilan.

Bapak Presiden yang terhormat...

Anda dipilih oleh rakyat yang sebagian besar adalah umat Islam.
Negeri didirikan oleh banyak lapisan masyarakat yang sebagian besar pejuang beragama Islam.
Tanpa umat Muslim, negara Indonesia tidak ada.
Tidak mungkin umat Islam akan menghancurkan negerinya sendiri.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...
Bapak Presiden yang terhormat...

Marilah kita jaga persatuan dan kesatuan.
Kita hilangkan curiga dan permusuhan.
Kita hentikan saling menghujat dan memprovokasi.

Kita bangsa yang besar.
Kita bangsa yang beradab.
Kita bangsa yang santun.
Kita bangsa yang terhormat.

Bangsaku, bangkit dan bersatulah.

Jakarta, 12 Safar 1438 H / 12 Nopember 2016 M
Salam Damai Indonesia Koe
Arief Luqman el Hakiem

BUYA SYAFI'I MA'ARIF "SOSOK GURU BANGSA YANG DICACI MAKI"

Kata-kata kasar pada Buya Syafii membuat J Piliang merasa miris, melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (10/11/2016) Indra Piliang mengungkapkan keprihatinanya, berikut Pernyataan Indra Piliang :

"Sedih sy melihat Buya Sjafii Maarif diberlakukan spt ini. Beliau setahu sy org yg tidak gila kuasa. Ditawari macam2, beliau tak mau,"

"Keberpihakan Buya SM thd pluralisme adlh bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dgn ibunya, hidup bersama eteknya".

"Sampai Buya Sjafii Maarif jd tokoh nasional, kampungnya pun blm dialiri listrik. Hampir sama dg kampung masa kecil sy, listrik ada thn 2002".

"Buya Sjafii Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jd Sarjana Muda, dll, krn membanting tulang sbg anak rantau. Ia mekanik jg".

"Riwayat hidup Buya Sjafii Maarif tdk dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, aplg perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya".

"Buya Sjafii Maarif tdk menghamba kpd konglomerat manapun. Ia lbh senang hidup sbg seorg guru, seorg pendidik, seorg pecinta ilmu".

"Apa stlh jd Ketum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jd warga DKI Jkt? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?".

"Kesederhanaan Buya Sjafii Maarif ini mirip dg almh Ketum DPP Partai Gerindra yg rmhnyapun tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya"

"Apa Buya Sjafii Maarif punya rmh di area2 elite Jkt? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil2 mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?"

"Meme2 yg dibuat u/ Buya Sjafii Maarif mnrt sy sangat tdk pantas, tdk etis, amoral! Meme2 itu spt serangan kaum thogut kpd org2 yg berprinsip"

"Sdh berapa ratus anak2 muda negeri ini yg dpt beasiswa atas tandatangan & rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok org2 loba & tamak?"

"Taburangsang jg sy dg cara2 buruk dan jauh lbh busuk dari berjenis serangan thd Buya Sjafii Maarif. Mau sj diadu domba org2 tak berakalbudi!".

"Buya Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia jg bukan tipikal saksi2 ahli yg dibayar ratusan juta di muka sidang2 sengketa pilkada!"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow2 di hotel2 mewah, dikawal org2 bersafari & perempuan2 berparfum menyengat hidung, bermewah2?"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dlm iklan2 utk bepergian ke tanah suci; dg biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima?"

"Apa kaki Buya Sjafii Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain, naik helikopter, dg manajemen eksekutif?"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tmpt?".

"Apa Buya Sjafii Maarif dg mudah menyimpan nmr2 tlp para pejabat pusat dan daerah, lalu dg mudah jg memenuhi undangan2 yg bukan tabligh ilmu?".

"Sjk kpn berbeda pendapat adlh bagian dari upaya membunuh karakter seseorg, menyatakan kebencian, hingga menghina seseorg di negeri ini?"

"Tirulah sikap Buya HAMKA yg sengit berdebat dg Mangaradja Onggang Parlindungan ttg Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mrk satu shaf!!!".

"Buya HAMKA & Mangaradja Onggang Parlindungan yg 'perang' dg nulis buku ttg Tuanku Rao itu, sering terlihat sholat ber2 di Mesjid Al Azhar!".

"Tirulah Buya M Natsir (Masyumi) & IJ Kasimo (Partai Katolik) yg saling mengantar pulang, saling menggendong cucu, stlh debat di Konstituante".

"Apa debat yg paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh2nya saling menghasut stlh debat seru di mimbar?".

"Singa2 podium yg muncul dlm sidang2 Dewan Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif ttg lawan2 debat yg berbeda dgnnya?".

"Jika almarhum Buya HAMKA msh hidup, saia yakin, beliau akan sangat resah dg cara2 tdk beradab yg digerakkan u/ memusuhi Buya Sjafii Maarif".

"Buya Sjafii Maarif tdk punya laskar, tdk punya pasukan berani mati, tdk punya pengawal bersenjata. Ia tak akan membalas cacian org2".

"Buya Sjafii Maarif tdk akan taburangsang, reaktif, dg langsung melaporkan pihak2 yg membuat hinaan2 yg disebarkan jd viral di medsos".

"Berkacalah di cermin, lalu lihat wajah anda sendiri, sblm dg mudah memberi sinyal ke publik betapa anda lbh baik dari Buya Sjafii Maarif".

Pernyataan Indra Piliang ini dikomentari oleh aktivis Akhmad Sahal. "Salut dgn kultwit pembelaan Bung @IndraJPiliang thdp Buya Syafii Maarif, Sosok Guru Bangsa yg dicacimaki oleh para pembencinya," ujarnya.

Sumber : http://www.berantai.com/detail/mengharukan-ini-pembelaan-untuk-buya-syafii-maarif-yang-dicaci-karena-bela-ahok.html