Cari Blog Ini

Jumat, 25 November 2016

SIAPA INGIN BUBARKAN FPI...?

HABIB RIZIEQ SHIHAB: "INILAH EMPAT KELOMPOK YANG INGIN FPI BUBAR!"

Konspirasi pembubaran FPI
Ada Empat Kelompok yang Berkonspirasi Ingin Membubarkan FPI

Sebagai salah satu kekuatan massa umat Islam Indonesia, Front Pembela Islam (FPI) yang beranggotakan 7 juta orang dianggap paling berbahaya bagi musuh-musuh Islam.

Pasalnya, FPI dinilai paling keras dalam memberantas kemaksiyatan sebagai wujud dari pelaksanan amar makruf nahi mungkar di Indonesia. Maka tidaklah mengherankan jika mereka bersatu dan melakukan konspirasi dengan menghalalkan segala cara untuk membubarkan FPI.

Sejak tahun 2006, FPI berusaha diadu domba dan difitnah, agar pemerintah memiliki dalih untuk membubarkan FPI. FPI berusaha dibenturkan dengan Banser dan terakhir dengan Satgas PDIP. Namun perilaku jahat kelompok Liberalis itu selalu mengalami kegagalan.

Berikut ini wawancara dengan Imam Besar DPP FPI, Habib Rizieq Syihab, seputar konspirasi jahat untuk membubarkan FPI. Jika sampai berhasil, maka akan menjadi langkah awal untuk membubarkan ormas-ormas Islam di Indonesia yang dinilai keras menentang kezholiman dan ketidakadilan.

Apakah ada konspirasi untuk membubarkan Front Pembela Islam (FPI) pasca peristiwa Banyuwangi atau sebelumnya?

Sebetulnya konspirasi sejumlah pihak untuk pembubaran FPI sudah berlangsung sejak lama. Kita juga sudah mengidentifikasi pihak-pihak yang melakukan konspirasi untuk membubarkan FPI.

Pertama, kelompok mafia, yang memang selama ini FPI dianggap sebagai momok yang sangat menakutkan sekaligus menganggu bisnis haram mereka.

Adapun yang saya maksud mafia disini, apakah mereka yang terlibat dalam sindikat narkoba, film-film porno, perjudian, pelacuran dan sebagainya. Ini semua sudah menjadi sindikat dan bukan kejahatan biasa, sementara FPI sejak lahir sangat concern dalam persoalan tersebut.

FPI banyak mengungkap, menguak bahkan memejahijaukan mereka sehingga sudah jelas mana kelompok mafia ini menjadikan FPI sebagai musuh. Mereka mempunyai kepentingan untuk membubarkan FPI.

Kedua, yang masuk dalam konspirasi adalah kelompok liberal. Karena mereka melihat FPI secara fulgar melakukan konfrontasi terhadap gerakan-gerakan kaum liberal.

Artinya FPI tidak lagi sembunyi-sembunyi bahkan perang pemikiran maupun perang di lapangan sekalipun. Karena kalau kita lihat peristiwa perjuangan RUU Pornografi dan Pornoaksi, bagaimana kelompok liberal memanfaatkan preman-preman untuk menyerang posko FPI di berbagai daerah. Jadi artinya mulai perang pemikiran sampai perang otot.

Belakangan kita lihat banyak usaha kaum liberal yang kandas, apakah itu judicial review UU Pornografi, UU Penistaan Agama. Termasuk juga upaya mereka memanfaatkan Gus Dur untuk membatalkan TAP MPRS No XXV/MPRS/ 1966 soal PKI, tetapi kan usaha mereka kandas.

Sebetulnya kandasnya mereka bukan hanya karena perjuangan FPI, tetapi semua ormas Islam. Cuma karena FPI dianggap terlalu fulgar, mungkin lebih meninju atau mungkin konfrontasinya lebih terbuka, sehingga mereka melihat FPI sebagai musuh utama. Jadi kelompok liberal ini masuk dalam konspirasi tersebut.

Ketiga, kelompok Kristen radikal. Radikalisme ada di semua kelompok. Kelompok Kristen radikal mempunyai catatan tersendiri terhadap laskar-laskar Islam, mulai dari peristiwa Ambon hingga Poso. Dimana salah satu diantaranya adalah FPI.

Ditambah lagi gerakan Kristen radikal ini yang mencoba mendirikan gereja-gereja liar di berbagai tempat. Jadi bukan gereja resmi yang mempunyai ijin resmi dan sesuai dengan peruntukannya, no problem.

Markas FPI di Petamburan Jakarta Pusat ini sekitarnya ada 5 gereja, hubungannya dengan FPI saat ini baik-baik saja. Bahkan para pendetanya suka sowan kemari dan kita diskusi, no problem. Kenapa, karena gereja-gereja ini resmi punya ijin dan sesuai dengan peruntukannya. Sementara kalau ruko jadi gereja, kan lain cerita. Berarti peruntukannya untuk rumah tinggal dan toko, kok tiba-tiba berubah jadi gereja.

Sebetulnya penutupan gereja-gereja liar ini merupakan gerakan masyarakat, tetapi lagi-lagi FPI yang dituduh. Mungkin dalam gerakan tersebut ada warga FPI yang ikut bersama masyarakat. FPI kan sekarang dimana-mana ada, warganya juga dimana-mana ada. Tidak selalu perbuatan mereka mengatasnamakan organisasi FPI.

Ada kalanya mereka bergerak atas nama organisasi tetapi ada kalanya atas nama masyarakat, jadi mereka tidak sendiri. Kalau mereka bersama masyarakat setempat, jangan salahkan FPI. Tetapi walau bagaimanapun juga, keterlibatan warga yang berafiliasi kepada FPI ini akhirnya membuat FPI terseret juga, Sehingga bagi kelompok Kristen radikal, FPI menjadi musuh utamanya.

Jadi ada kelompok mafia yang merasa bisnis haramnya terganggu, ada kelompok liberal yang aqidah sesatnya juga terganggu dan ada kelompok Kristen radikal yang gerakan Kristenisasinya juga terganggu.

Keempat, adanya konspirasi politik. Kelompok-kelompok politik melihat banyak kepentingan politik mereka yang terganggu dengan gerakan-gerakan ormas Islam.

Sekarang ada konspirasi, dimana kelompok politik ingin mengoalkan suatu UU, tiba-tiba UU ini berbenturan dengan Syariat Islam. Secara otomatis akan berhadapan dengan gerakan Islam dan salah satunya adalah FPI.

Mungkin dimata mereka FPI dilihat terlalu fulgar melakukan konfrontasi, sehingga dianggap menganggu agenda politik mereka. Jadi konspirasi antara kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan politik. Mereka bersatu untuk menjadikan FPI sebagai musuh bersama.

Berarti mereka mencari momentum yang tepat untuk membubarkan FPI?

Akhirnya mereka mencoba mencari momentum untuk pembubaran FPI. Momentum apa saja yang mereka dapat, apakah momentum peristiwa Depok, dimana ada kontes waria yang dibubarkan warga yang didalamnya juga ada FPI.

Bagaimana dengan peristiwa Bekasi, dimana ada patung yang dirubuhkan, walaupun sebetulnya yang merubuhkan patung adalah Walikota Bekasi, bukan FPI atas desakan masyarakat. Tetapi di media massa yang dituduh kan FPI.

Kenapa peristiwa Banyuwangi dianggap momentum, karena memang lebih dahsyat daripada Bekasi, Singkawang dan Depok. Persoalannya ada tiga anggota DPR RI yang katanya sedang melakuan kunjungan kerja.

Artinya, kalau melibatkan anggota DPR RI berarti bersingungan dengan lembaga tinggi negara. Ini berarti bisa dikatakan subversib kalau membubarkan acara negara. Meraka lihat ini momentum penting untuk dibenturkan dengan berita FPI telah membubarkan kunjungan kerja anggota DPR RI dan FPI mengusir anggota DPR RI.

Peristiwa Banyuwangi mereka jadikan momentum untuk membubarkan FPI. Cuma mereka kecelek, mereka salah fakta, karena ternyata di Banyuwangi, subhanallah nasrullah. Tepatnya pada 25 April 2010 lalu, DPW FPI Banyuwangi dibekukan karena ada konflik internal diantara mereka yang terkait Pilkada. Kemudian sikap politik dari para pengurus FPI berbeda, yang membuat mereka ada sedikit konflik.

Kemudian kita tugaskan Sekjen FPI untuk menyelesaikannya dan akhirnya disepakati supaya tidak ada fihak yang dimenangkan dan dikalahkan, maka dibekukan dulu. Berarti, kalau sudah dibekukan tidak boleh ada pergerakan apapun atas nama FPI. Tahu-tahu mereka mengkaitkannya dengan FPI, kan salah fakta dan mereka kecelek.

Pada peristiwa ini kan tidak ada yang memakai seragam FPI. Jadi kesimpulannya, mereka salah fakta. Mereka sudah ramai-ramai ingin membubarkan FPI, ternyata salah fakta.

Begitu Munarman, Ustad Awit dan Ustad Khathath tampil di televisi, dengan debat terbuka dan kita ungkapkan fakta-faktanya, akhirnya mereka malu sendiri. Karena mereka malu, maka mereka lari ke berbagai peristiwa sebelumnya seperti insiden Monas.

Sekarang semua film yang ditayangkan Metro TV, RCTI atau televisi swasta lainnya, itu peristiwa yang sudah diadili, sudah divonis dan pelakunya sudah dipenjara, artinya sudah inkracht dan sudah selesai.

Tidak ada satu persoalan hukum yang diadili sampai dua kali. Kalau persoalan hukumnya telah selesai, kok televisi mengadili lagi. Pengadilan saja tidak berhak untuk mengadili lagi, apalagi televise. Jadi kesimpulannya, mereka kecelek.

Mengapa selama ini media massa terutama televisi dan koran selalu memojokkan FPI, bagaimana tanggapan Habib?

Kalau media massa memojokkan FPI, memang ada beberapa asumsi. Pertama, kelompok-kelompok yang memusuhi FPI adalah kelompok beruang seperti kelompok mafia, liberal, Kristen radikal dan kelompok politik. Meraka bisa dengan mudah untuk membeli siaran televisi. Jadi ini hanya persoalan duit, siapa yang bisa bayar itu yang mereka beritakan dengan senang hati.

Saya kasih contoh, pada saat Ustad Awit tampil di salah satu televisi dengan menyerahkan salah satu film ceramah Ribka Tjiptaning di Banyuwangi, mereka kita tantang untuk berani setel ini karena isinya soal PKI, ternyata mereka tidak berani.

Adapun yang disetel lagi ribut-ributnya. Tetapi ceramah Ribka soal PKI di Banyuwangi selama 20 menit, kok tidak berani mereka setel. Apa karena FPI tidak bayar, kalau disuruh bayar nanti dulu. Tadi itu asumsi pertama, tetapi indikasinya kan kuat siapa punya duit bisa menguasai media massa.

Kedua, jangan lupa, hampir semua stasiun televisi tidak ada yang luput dari protes FPI. Hampir semua televisi pernah didemo oleh FPI. Biasalah, mungkin mereka tersinggung karena pernah didemo FPI. Jadi mereka enggan untuk menyiarkan berita-berita yang menurut mereka dapat mengangkat citra FPI.

Jadi sepertinya ada sakit hati dan dendam kepada FPI yang pernah mendemo mereka. FPI tidak peduli kalau mereka salah kita demo. Metro TV, SCTV, RCTI dan Indosiar pernah kita demo, bahkan TVRI pernah kita demo. Televisi mana yang tidak pernah kita demo. FPI tidak peduli mendemo televisi, yang penting kalau salah ya kita protes.

FPI tidak peduli apakah beritanya akan dimuat atau tidak dimuat di televisi. Itu asumsi kedua, artinya indikasinya kan ada.

Ketiga, ini yang paling kuat. Sesuai dengan dokumen Rand Corporation, disitu ditulis donasi-donasi AS dan sekutunya memang berupaya dengan segala kekuatan finansialnya untuk membeli media massa. Paling tidak, kalau tidak beli ya mereka kuasai.

Itu memang ada dalam Rand Corporation, itu artinya terperinci betul. Adapun yang menarik disitu juga disebutkan, kalau ada perbuatan-perbuatan yang menaikkan citra yang dilakukan kelompok Islam manapun tidak boleh dimuat. Bukan hanya FPI, tetapi kelompok Islam manapun. Sebaliknya, kalau ada perbuatan-perbuatan yang sekiranya dapat menurunkan citra kelompok Islam, maka harus dimuat dan harus diulang-ulang.

Makanya jangan kaget, kita bisa lihat acara di Metro TV dan SCTV, peristiwa penyerangan tempat biliar yang dijadikan ajang judi oleh laskar FPI tahun 2002 atau sudah 8 tahun lalu. Tetapi film itu selalu diulang, kadang-kadang kalau diulang seperti peristiwa Banyuwangi filmnya selalu diulang.

Berarti apa yang dilakukan SCTV dan Metro TV serta beberapa televisi lain sesuai dengan dokumen Rand Corporation. Bukan saya mencoba mengkait-kaitkan, tetapi faktanya memang begitu.

Apa isi dokumen Rand Corporation?

Dalam dokumen itu juga disebutkan, kalau kelompok-kelompok Islam yang mereka anggap sebagai musuh, kalau menyebutkan identitas cukup nama saja, tidak perlu disebut titelnya seperti Prof Dr dan sebagainya. Kalau Kyai Haji dan Habib jangan disebut KH dan Habibnya. Kalau Ustad jangan disebut ustadnya, pokoknya disebut namanya saja.

Tetapi sebaliknya, kalau kelompok yang mendukung mereka harus disebut dengan lengkap titelnya, seperti Prof, Dr, PhD, MA, MSc dan sebagainya, itu tertulis dalam dokumen Rand Corporation.

Jadi dengan demikian, ini memang grand design mereka. Jadi tidak perlu kaget dan ini tidak akan menjadi yang terakhir. Besok pasti mereka akan mencari lagi momentum untuk membubarkan FPI, dan itu akan terus berlangsung sampai mereka berhasil membubarkan FPI.

Kita harapkan sekarang gerakan Islam semakin merapatkan barisan dan memperkokoh ukhuwan Islamiyah, karena sebetulnya yang ditarget itu bukan hanya FPI saja tetapi semua gerakan Islam. Mungkin FPI dianggap sebagai pintu gerbangnya untuk dibobol terlebih dahulu.

Apa kerugian yang akan dialami bangsa Indonesia seandainya FPI sampai dibubarkan?

Secara pribadi kalau FPI dibubarkan tidak ada masalah. Kalau hari ini Front Pembela Islam dibubarkan, maka besok akan saya bikin Front Pecinta Islam. Dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan wajah yang sama pula, kan UU tidak melarang. Jadi saya tidak pernah pusing dengan pembubaran.

Nanti kalau Front Pecinta Islam juga dibubarkan, maka akan saya bentuk Front Penyelamat Islam. Jadi mengapa pusing-pusing, saya tidak pernah pusing mengenai pembubaran ini, tidur saya tetap nyenyak.

Jadi saya bicara pribadi, artinya yang ingin saya tekankan, ada FPI atau tidak ada FPI amar makruf nahi mungkar tetap wajib dijalankan. Ada FPI atau tidak ada FPI, perjuangan para kader FPI yang ada dimana saja tetap berjalan. Artinya, saya dan kawan-kawan yang ada di FPI tidak pernah menjadikan FPI sebagai tujuan perjuangan.

Kita selalu mengingatkan, FPI cuma kendaraan. Jadi kalau kendaraan ini rusak ditengah jalau atau dibakar orang atau dicuri orang atau kendaraan terbalik dan tidak bisa dipakai lagi, kita ganti kendaraan yang lain. Kenapa susah-susah amat karena FPI bukan tujuan.

Tujuan kita hanya mencari ridha Allah, tujuan kita liilai kalimatillah subhanahu wa taala. Jadi bukan tujuan kita mencitrakan FPI, membaguskan FPI, membesarkan FPI. Itu hanya proses perjuangan, tujuannya liilai kalimatillah subhanahu wa taala.

Itu yang secara pribadi saya melihat wacana pembubaran FPI, bahkan saya katakan bukan wacana lagi. Sebab ini sudah merupakan gerakan sistimatis yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk membubarkan FPI.

Tetapi memang kalau kita bicara secara umum buat masyarakat kasihan. Kalau ormas Islam bukan hanya FPI yang concern terhadap amar makruf nahi mungkar terhadap penegakan keadilan melawan kedholiman. Kalau yang seperti ini sampai dibubarkan, kasihan umat Islam itu sendiri. Artinya kekuatan mereka semakin lemah, kekuatan pembelaan mereka semakin surut.

Bahkan kita khawatirkan begitu ada ormas Islam semacam FPI yang dibubarkan, jangan-jangan nanti ada masyarakat yang takut untuk berjuang. Itu yang kita khawatirkan.

Artinya mereka nanti akan menjadikan proyek percontohan. Jangan keras-keras, nanti nasibnya akan seperti FPI.

Nanti kita jadi takut melawan kedholiman, kemungkaran, mafia, bajingan dan takut melawan okum pejabat yang bejat akhlaknya, ini berbahaya.

Jadi kalau ada pembubaran suatu ormas Islam, ini kan melemahkan semangat juang umat Islam Indonesia. Walaupun secara pribadi kita tidak akan kendor, walaupun dibubarkan sepuluh kalipun kita tetap akan berjuang. Tetapi umat yang awam kan tidak begitu fikirannya.

Jadi kalau FPI dibubarkan, berarti akan mengulang sejarah ketika Soekarno meminta Masyumi membubarkan diri atau dibubarkan tahun 1960 lalu?

Kalau kita kembali kepada sejarah Sukarno, ini kan sejarah yang sangat ironis. Tatkala Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI, ini kan tuduhan dan fitnah, Masyumi kemudian dibubarkan.
Tetapi begitu PKI yang nyata-nyata berkhianat, Sukarno tidak membubarkannya. Ini fakta sejarah, ada apa ? Seharusnya Sukarno bersikap adil. Kalau Masyumi dibubarkan, PKI yang terlibat pemberontakan G30S seharusnya dibubarkan. Ini lebih berbahaya, tetapi nyatanya tidak dibubarkan Sukarno.

Sejak zaman kemerdekaan, terjadi pergulatan apakah itu ideologi, pertempuran fisik antara kelompok Islam dengan sekuler. Jadi kelompok sekuler ini memang selalu ingin menang sendiri.

Jadi segala yang jelek dari sekuler mereka maklumi, tetapi apapun yang kelihatannya jelek dari kelompok Islam, kalaupun tidak jelek mereka jelek-jelekkan. Itu akan dijadikan mereka alasan untuk penghancuran.

Sekarang kalau kita bicara soal pembubaran, kita lihat alasannya. Apa alasan mereka ingin membubarkan FPI, karena FPI melakukan sejumlah kekerasan. Saya tidak ingin membela diri. Katakanlah benar FPI melakuan kekerasan, itupun kekerasan harus kita diskusikan dulu. Apa betul itu kekerasan, apa betul itu kekerasan struktural yang dilakukan secara organisatoris atau bagaimana. Itu masih perlu diskusi dan pembuktian dulu, andaikata FPI dituduh keras dan musti dibubarkan.

Pertanyaan kita, bagaimana dengan berbagai kekerasan yang dilakukan partai politik. Berbagai pilkada di daerah sejak reformasi hingga sekarang ini selalu diwarnai kekerasan.
Ada pembunuhan, pembakaran gedung pemerintana, pembakaran mobil, pembakaran pom bensin, luar biasa. Itu yang tidak pernah dilakukan FPI. FPI tidak pernah bakar gedung pemerintah, FPI tidak pernah membunuh Ketua DPRD, ini kan massa partai.

Kalau FPI dibubarkan, Parpol harus juga dibubarkan?

Jadi kalau massa FPI melakukan kekerasan FPI nya harus dibubarkan, maka logikanya kalau massa partai melakuan kekerasan, maka partainya harus juga dibubarkan.

Sekarang massa PDIP, PKB dan Demokrat melakukan kekerasan. Kalau begitu PDIP, PKB dan Demokrat harus dibubarkan. Ini kalau kita memakai logika pembubaran.

Jadi tidaklah adil jika ada massa FPI melakukan kekerasan maka FPI dibubarkan. Tetapi kalau massa partai yang melakukan kekerasan, partainya tidak dibubarkan, enak betul ! Memang yang punya negara ini partai !

Kekerasan yang dilakukan massa partai lebih dahsyat, lebih keras bahkan biadab. Masak Ketua DPRD Sumatera Utara sampai dibunuh di dalam Gedung DPRD. Pembakaran gedung kabupaten seperti di Tuban dan pembakaran mobil di Mojokerto.

Apa ada aksi FPI semacam itu. Apa ada massa FPI seperti itu. FPI paling-paling memakai pentungan. Adapun yang dirusak cuma kaca biliar dan tidak lebih dari itu. Ini kalau kita bicara fakta.
Kalau pemerintah ingin membubarkan FPI, maka PDIP, PKB, Demokrat dan Golkar juga dibubarkan, jadi sama-sama bubar, termasuk negara ini juga bubar.

Selama ini kelompok liberal ingin membenturkan FPI dengan massa Gus Dur dan sekarang PDIP, tetapi usaha mereka selalu gagal?

Kelompok liberal ini tidak mempunyai massa, tidak mempunyai grass-roots. Mereka antek Barat dan hanya mampu membuat LSM-LSM komprador. Mereka dibantu dengan bantuan asing, ini mereka sendiri yang mengakuinya.

Kalau kita ingin bicara jujur, FPI ingin dibubarkan karena melangar UU No. 8 Tahun 1985 tentang Keormasan. Sekarang salah satu larangan dalam UU Keormasan adalah menerima bantua luar negeri atau asing. LSM yang dibuat kelompok liberal, semuanya menerima bantuan asing.

Bubarkan meraka dulu, FPI sudah siap untuk dibubarkan. Jadi kita bubar-bubaran, mereka ini tidak bercermin. Jadi kalau ada pepatah mengatakan kuman disebarang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.

Kesalahan FPI yang kecil jauh mereka lihat, tetapi kesalahan mereka yang besar dalam diri mereka sendiri, tidak mereka lihat.

Kelompok liberal memang tidak punya massa. Masyarakat mana yang mau jadi antek asing. Serendah-rendahnya pendidikan, pemikiran, status sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, secara umum mereka masih mempunyai ras cinta tanah air, cinta bangsa dan negara. Mereka tidak mau menjual negaranya untuk orang asing.

Sehingga kelompok liberal tidak mendapatkan tempat di tengah masyarakat dan mereka tidak mempunyai kekuatan grass-roots.

Adapun yang mempunyai kekuatan grass-roots di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah. Kalau partai politik seperti PDIP yang mengakar ke bawah.

Kelompok liberal melihat FPI sebagai ancaman dan FPI mempunyai kekuatan grass-roots kebawah. Bagaimana cara untuk menghadapi FPI, mereka berusaha untuk menunganggi NU tetapi tidak berhasil.

Karena waktu itu Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, beliau dikenal orang baik, cerdas dan tidak bisa ditunggangi oleh Ulil dan kawan-kawan.

Karena itu ketika tersiar kabar di beberapa daerah terjadi konflik antara massa FPI dengan NU, KH Hasyim Muzadi langsung klarifikasi. Itu ternyata bukan NU, tetapi massa preman yang dibayar suatu kelompok dan dipakaikan baju NU. Akhirnya kebongkar semua dan mereka cuma ingin mengadu domba.

Dikabarkan ada seorang tokoh yang kirim Banser palsu ke Pengadilan, tetapi ternyata itu preman yang diberi baju Banser. Padahal Banser sendiri tidak tahu menahu. Berbagai cara kotor seperti ini dilakukan kelompok liberal.

Karena Gus Dur sudah meninggal dunia dan mereka menunggangi NU sudah tidak ada pintunya, maka sekarang mereka mencoba menunganggi PDIP.

Kebetulan ada kasus Banyuwangi PDIP sedang marah, maka masuk Ulil ngipasin PDIP. Kebetulan Ulil pengurus Partai Demokrat. Maka kita sampaikan informasi itu ke PDIP, apa anda mau ditunggangi sama Partai Demokrat dan diadu dengan FPI, sehingga PDIP jadi mawas diri.

Assalamualaikum
buletin FPI "suara-islam"

Sumber
http://www.spiritnkri.com/2016/11/Gus-Nuril-Bubarkan-FPI-Organisasi-Ini-Melenceng-Dari-Ajara-Islam-Sering-Melanggar-Hukum.html.

Tony dibayar untuk mencitrakan peserta demo 411 dibayar 500ribu/orang

*Benang merah*

Tony dibayar untuk mencitrakan peserta demo 411 dibayar 500ribu/orang

Benang Merah TV One malam kemaren 24 nov 2016, menghadirkan Tony (nama samaran), salah satu anggota tim profesional yang menerima pesanan dari siapa saja untuk menyebarkan informasi (hoax atau kebenaran) via media sosial sesuai keinginan pemesan.

Salah satunya, Tony menceritakan aksi mereka dalam demo 411 kemarin, timnya dibayar untuk mencitrakan bahwa demo tersebut demo bayaran.

Tim mereka menghadirkan sejumlah orang, dan orang-orang tersebut diberikan masing-masing 500ribu. Total uang yang diberikan oleh pemesan utk dibagi2 sebanyak 1 Milyar.

Targetnya ketika mereka bagi2 uang media meliputnya. Padahal menurut Tony, peserta aksi yang asli tidak ada yang dibayar.

Tony juga mengatakan pengguna jasanya tersebut adalah orang yang sering dilihat di TV.

Selalu ada jalan terungkapnya kebenaran.
Terima kasih TV One.


Siasat penyebar info sesat. Tv one. 24 nov 2016
http://youtu.be/o7UEZdV62Jo

Selasa, 22 November 2016

Menhan: Saya tak Dengar Ada Makar di Balik Demo 2 Desember

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan belum menerima laporan adanya upaya makar di balik rencana unjuk rasa 2 Desember 2016 yang dikaitkan dengan dugaan penistaan agama yang disangkakan kepada Gubernur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Saya tidak dengar itu (makar) ya. Intelijen saya
tidak dengar itu," kata Menhan Ryamizard di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (22/11).
Dia mengatakan makar merupakan tindakan melawan hukum. Setiap orang harus mematuhi peraturan berlaku dan diharapkan tidak melakukan aksi yang mengganggu ketertiban.

"Siapa pun yang makar itu tidak boleh terjadi di negara ini, tidak ada sejarah kita makar, kita negara hukum taat hukum. Jika memang terjadi, tindak tegas, Kementerian Pertahanan siap berhadapan dengan makar makar itu, siapa pun," ujarnya.

Dia mengatakan sejauh ini tidak ada informasi tentang makar di balik rencana unjuk rasa 2 Desember 2016. "Belum (ada laporan tentang makar), kita kalau ngomong yang pasti benar, jangan sampai yang kata orang, fitnah nanti kan," kata Ryamizard.

Sebelumnya, terkait pernyataan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang menyebutkan ada dugaan upaya makar pada aksi demonstrasi pada 25 November 2016, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Kombes Rikwanto mengatakan pernyataan itu berdasarkan kajian internal kepolisian.

"Itu informasinya dari bentuk kajian kepolisan. Kami enggak bisa sampaikan informasinya seperti apa, kapan dan siapa. Itu kajian internal," kata Rikwanto, Jakarta, Selasa (22/11).

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Iriawan, pada Selasa, menerbitkan surat maklumat terkait rencana aksi unjuk rasa pada 25 November dan 2 Desember 2016.

Berdasarkan Surat Maklumat Nomor: Mak/04/XI/2016 tertanggal 21 November 2016, Irjen Polisi M Iriawan mengingatkan agar agenda unjuk rasa tidak mengarah kepada tindakan makar.

Melalui surat maklumat, Irjen Iriawan menekankan penanggung jawab dan peserta penyampaian pendapat di muka umum diwajibkan mematuhi ketentuan.

Red: Bilal Ramadhan
Source: Antara

TUDUHAN MAKAR TERTUJU PADA WAPRES JK...?

Nah lho! Di Balik Aksi 2 Desember, Makar yang Disebut Kapolri Tertuju pada Wapres JK?

Belakangan muncul kata’ makar’ dari mulut Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Presiden Jokowi pun merespon dengan memberi instruksi kepada Polri dan TNI untuk mewaspadai upaya makar di balik aksi 2 Desember nanti.

Hal ini menimbulkan berbagai asumsi sementara kalangan tentang aktor makar yang dimaksud Jokowi dan Kapolri itu.

“Pertanyaan saya, kesimpulan makar yang didapat Presiden itu datang dari sumber resmi negara atau lagi-lagi berdasarkan laporan konsultan?” kicau Andi Arief melalui akunnya di twitter @AndiArief_AA, Selasa (22/11/2016).

Menurut Andi, jika benar ada rencana makar terhadap kekuasaan Jokowi, maka orang pertama yang dimaksud Jokowi pasti Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.

“Padahal JK tidak kuasai parlemen. Kenapa Pak JK diduga dimaksud Jokowi Makar? Karena hanya Pak JK yang sangat berpeluang secara konstitusional seperti Habibie era Soeharto,” jelasnya.

Andi mengatakan, sebaiknya Jokowi dan Kapolri segera mengklarifikasi pernyataan ‘makar’ tersebut.

“Kasihan Pak JK yang secara tidak langsung tertuduh atas wacana makar. Siapa tertuduh tidak langsung pelaku makar yang dituduh Jokowi selain Pak JK?” twitnya lagi.

Tembakan makar bisa saja diarahkan ke Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang secara teknis dinilainya paling siap. Nama Panglima TNI menjadi buah bibir sejak kata makar dikemukakan Kapolri dan Jokowi.

Namun jika belajar dari pengalaman yang sudah pernah ada, Andi berpendapat, justru kepentingan atas wacana makar, tak lain Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan yang menjadi motor penggulingan pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

“Tetapi gagal menggulingkan SBY-Boediono dengan kekuatan parlemen dan jalanan,” ulasnya.
Di tangan Megawati dan PDIP sebetulnya makar terhadap Jokowi bisa dilakukan baik mengingat posisi Megawati bukan hanya ketua umum PDIP, tapi juga ketua koalisi dan orangtua Puan Maharani.

“Jika Pak JK, Panglima TNI, dan PDIP/Megawati ternyata tidak ditemukan fakta mau makar, maka kata makar hanya untuk selamatkan Ahok,” simpulnya.

Sebetulnya, lanjut Andi menekankan, wacana makar atau penggulingan kekuasaan Jokowi bukan bisa dilakukan atau tidak. Tapi beralasan atau tidak, apalagi sudah banyak kekecewaan terhadap Jokowi yang terkesan melindungi Ahok dari kasus-kasus hukum.

“Perlindungan khusus Ahok akhirnya menjadi kemarahan konkrit rakyat pada kasus Al-Maidah. Teriakan aksi: bertindak adil atau mundur,” tambahnya.

Andi pun mengingatkan, jika rakyat sudah melakukan protes luas secara konsisten maka sudah hukumnya mendorong perpecahan di elit.
“Jadi bukan makar tapi perpecahan elit,” cetus mantan staf khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial ini. [ beritaislam24h.net / psi ]

Senin, 21 November 2016

NEGERI INI TAK AKAN RUNTUH JIKA AHOK DITAHAN

AKHIR-AKHIR ini saya merasa asing di negeriku. Setelah memasuki tahun ketiga pensiun dari pengabdian di TNI, ada penistaan Alquran begitu sulit untuk ditersangkakan.

Bahkan karena sulitnya membuat negeriku banyak
mengeluarkan energi harus melibatkan banyak pakar, banyak modal yang sebenarnya bukan hal yang harus jika kesamaan hak warga negara di mata hukum diterapkan secara adil.

Lalu saya bertanya benarkah reaksi umat Islam terhadap penistaan Alquran ada kaitannya dengan politik, ternyata tidak benar. Sebab kalau hanya soal politik, umat Islam tidak akan menyatu.

Apakah karena pelaku non-muslim juga ternyata tidak, sebab banyak kawan saya non muslim memahami perasaan umat Islam dan mengakui bahwa patut jika umat Islam tidak dapat menerima penistaan Alquran. Lalu apakah karena pelaku penistaan dari etnis tionghoa ternyata juga kurang benar karena banyak dari kalangan etnis tionghoa pun merasa bahwa tindakan penistaan Alquran memang tidak pantas dilakukan.

Lalu dengan berbagai disiplin ilmu dilakukan pengkajian apakah dalam ucapan ahok terjadi penistaan Alquran (surat Al Maidah: 51), terbukti?
Lebih jauh dari itu saya semakin bingung, apa benar negeri dalam keadaan bahaya?????? Karena tiba tiba saja banyak kalangan meneriakkan slogan persatuan, kebhinekaan harus dijaga. Dijaga karena apa dan siapa yang akan merusaknya?

Tuan-tuan penguasa buka mata dan telinga dengar kata rakyat. Permintaan kami sangat sederhana, jangan biarkan penistaan terhadap Alquran juga terhadap kitab suci lainnya, hentikan menyebar kebencian antar sesama anak bangsa. Lakukan dengan kekuasaan kalian, tapi jangan pilih kasih, jangan lagi menganggap pribumi ini tidak paham.

Jika Ahok ditahan untuk mempertanggungjawabkan ucapannya, saya tidak percaya kalau Indonesia akan runtuh. Ini bukan soal politik tapi ini soal penistaan terhadap keyakinan umat Islam.

Ingat kami juga punya hak dan kewajiban atas NKRI. Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami. [***]

Letjen TNI (Purn) H. Andi Geerhan Lantara
Jabatan terakhir penulis sebelum pensiun adalah Letnan Jenderal TNI. Sebelumnya juga pernah menjabat Pangdam XII/Tanjungpura, Komandan Korem 012/Teuku Umar dan Wakil Komandan Batalyon Linud 700

Sumber: RMOL

Jumat, 18 November 2016

MENENGOK SEJARAH HANCURNYA ISLAM DI ANDALUSIA

Pelajaran penting bhagi generasi muda Indonesia:

*AL QUR'AN :*Bermuatan:
MELARANG...................
MEMVONIS....................
MENGANCAM................

*Pemimpin muslim terakhir di Andalusia (Spanyol), Abdillah Muhammad bin Al Ahmar, keluar dari istana kerajaan dengan hina.*

*Malam itu, Andalusia telah jatuh ke tangan kerajaan katolik setelah berada di bawah kekuasaan Islam selama lebih dari 800 tahun!!*

Kini, *ia tinggalkan istana dengan hati pilu, dadanya sesak.*

Hingga sampai di sebuah bukit yang cukup tinggi.

Dari sana ia menatap *Istana Al Hambra*,  *Ia menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah kuyup dengan air mata*.

Melihat hal itu, ibu nya berkata,
Menangislah!
Menangislah seperti perempuan!, karena *kau tidak mampu menjaga kerajaanmu sebagaimana laki-laki perkasa!!*.

*Kekuasaan Islam berakhir di Andalusia...*

Dan *belum pernah bangkit lagi hingga detik ini!!*.

*Umat Islam disana diberi pilihan :*
1) *Masuk kristen*, atau,
2) *Dibunuh*, atau
3) *Diusir*.

*Tahu apa penyebab jatuhnya Andalusia!?*
Karena:
1. *Cinta dunia*.
2. *Meninggalkan jihad*,
3. *Berkubang kemaksiatan*,
4. *Menyerahkan urusan bukan pada ahlinya*,
5. *Bodoh dalam hal agama*.

*Bayangkan jika Indonesia nanti telah jatuh total ke tangan orang kafir*........

*pemuda Islam menangis* dan *ibu2 mereka berkata, Menangislah seperti perempuan menangis*,

Karena *kau tidak bisa menjaga bangsa ini sebagaimana seorang laki2 perkasa!!!*,

Maka *bersiaplah wahai pemuda Islam*......

*Pelajari baik-baik 5 faktor di atas*, Karena *sebab-sebab kejatuhan itu akan selalu sama*.....

*MENGINGATKAN BUAT SAUDARA2 MUSLIM DAN MUSLIMAH*!!!

1. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai PEMIMPIN*
QS.Ali Imraan: 28,
QS.An-Nisaa’: 144,
QS.Al-Maa-idah: 51 dan 57

2. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai PEMIMPIN Walau KERABAT Sendiri*.
QS.At-Taubah: 23,
QS.Al-Mujaadilah: 22,

3. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Menjadikan orang Kafir Sebagai TEMAN SETIA*.
QS.Ali Imraan: 118,
QS.At-Taubah: 16.

4. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*SALING TOLONG dengan kafir yang akan MERUGIKAN umat islam*.
QS.Al-Qasshash: 86,
QS.Al-Mumtahanah: 13.

5. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*MENTAATI orang kafir untuk MENGUASAI Muslim*
QS.Ali Imraan: 149–150.

6. *Al-Qur’an*
*M E L A R A N G*
*Memberi PELUANG kepada orang kafir sehingga MENGUASAI Muslim*.
QS.An-Nisaa’: 141.

7. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS MUNAFIQ*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.An-Nisaa’: 138–139.

8. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS ZALIM*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Maa-idah: 51.

9. *Al-Qur’an*
*MEMVONIS FASIQ*
*Kepada muslim yang menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Maa-idah: 80–81.

10. *Al-Qur’an MEMVONIS SESAT, kepada muslim yang  menjadikan kafir sebagai pemimpin*.
QS.Al-Mumtahanah: 1.

11. *Al-Qur’an MENGANCAM AZAB, Bagi yang menjadikan Kafir cebagai Pemimpin / Teman setia*.
QS.Al-Mujaadilah: 14–15.

12. *Al-Qur’an* *MENGAJARKAN DOA*
*Agar Muslim Tidak Menjadi SASARAN FITNAH kaum Kafir*
QS.Al-Mumtahanah: 5.

*Ya Allah, Ya Robb, Ya Tuhan kami, sungguh telah kami sampaikan FirmanMu, Kami memohon ampun serta Berlindung hanya kepadaMu Ya Robbal Aalamiin*.

والله أعلم بالصواب

Silahkan share, guna Menyelamatkan Saudara2 kita yang belum Mengetahuinya.

*Bagi muslim semua sudah jelas aturannya sehingga urusannya tinggal ke Islaman kita lah yg diuji, apakah kita termasuk orang sesat, munafik, fasiq, zalim atau kafir****

Catatan dari pengirim :

*Ayat2 diatas bukan pesanan dari pihak tertentu demi menjegal calon tertentu tetapi sudah ada sejak lebih dari 1400 thn yang lalu.*

Rabu, 16 November 2016

GOTHAK GATHIK GATHUK; MISTERI ANGKA 51

JAKARTA- (16/11/2016) Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penistaan agama. Penetapan status tersangka terkait pernyataan Ahok tentang surat Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Polri meningkatkan kasus tersebut dari penyelidikan ke penyidikan.
Hal tersebut disampaikan Kabareskrim Komjen Pol Ari Dono Sukmanto di Jakarta, Rabu (16/11).
Ahok dinilai melanggar Pasal 156a KUHP dan Pasal 28 Ayat (1) UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ahok juga dicegah bepergian ke luar negeri.
Pidato Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (alias Ahok) di Kabupaten Kepulauan Seribu pada hari Selasa, 27 September 2016 (kemudian videonya beredar) antara lain menyatakan, “…Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat al Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Jadi bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya..”
Allah Memberikan Petunjuk atau Kebetulan Belaka?
Kasus Penistaan Surat Al Maidah ayat 51 oleh Ahok pada 27 September 2016 lalu, hingga ditetapkan menjadi tersangka pada 16 November 2016, ternyata menempuh waku selama 51 hari.
Tanggal 27 ke 30 September (akhir bulan) = 4 hari
Tanggal 1 ke 31 Oktober (akhir bulan) = 31 hari
Tanggal 1 ke 16 November = 16 hari
4 + 31 + 16 = 51
Subhanallah... petunjuk apakah yang sedang Allah perlihatkan kepada hamba-hambanya-Nya. Semoga semakin menguatkan iman kita kepada Allah SWT dan membuka mata orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya.
Sebelumnya, masyarakat juga mengutak-atik angka saat aksi besar-besaran pada Jumat , 4 November 2016 lalu.
Yaitu, angka tanggal, bulan, dan tahun aksi Bela Islam II yang disebut-sebut diikuti lebih dari 1 juta orang tersebut, bila ditambahkan, 4+11+20+16, juga menjadi 51. (posmetro).

Selasa, 15 November 2016

RIWAYAT SAKSI AHLI DARI MESIR

Ummat tersentak kaget, begitu Polisi mengumumkan bahwa saksi ahli yang bela si Penista didatangkan dari Mesir. Ulama dari Al Azhar Cairo, Syeikh 'Amr Wardhani, bukan main. Duit siapa yang dipakai untuk menerbangkan ulama tersebut? Uang negara?

Bukankah selama ini kelompok si Penista selalu memusuhi apapun yang berbau Arab? Kok sekarang malah undang ulama dari sana? Hebatnya lagi, ulama itu langsung dibawa ke istana untuk bertemu presiden. Hah...? Ketemu presiden?

Bukankah presiden harusnya berada pada posisi netral? Kok ketemu saksi pihak si Penista? Apa kata dunia? Yang menjadi pertanyaan, siapa yang membawa ulama dari Mesir? Kok bisa nemu? Begitu tiba2. Apakah Kemenlu terlibat?

Usut punya usut, rupanya yang membawa adalah Dubes RI yang ada di Mesir. Dialah yang melobi sang ulama untuk mau berkunjung ke Indonesia. Untuk apa? Rupanya dia bilang ke ulama untuk kasih kuliah tafsir di Indonesia. Mendadak.

Minta tolong karena hubungan baik dengan Indonesia, maulah sang ulama diajak mendadak terbang. Begitu tiba di Indonesia, hebohlah ummat !

Ini bisa membuat perpecahan ulama. Keretakan hubungan Indo-Mesir.

Bergeraklah jaringan alumni Al-Azhar Cairo yang ada di Indonesia. Mereka langsung kontak ke Al Azhar Cairo.

Menanyakan status sang ulama. Al-azhar kaget.
Tidak ada yang tau tentang keberangkatan sang ulama.

MUI bergerak cepat... MUI Langsung mengirim surat ke Prof Dr. Ahmad Thayyib selaku Grand Syaikh al-Azhar dan Mufti Republik Arab Mesir.

Oh, ternyata ulama MUI biasa aja tulis surat dalam bahasa Arab.

Grand Syaikh pun tak kalah cekatan. Langsung merespon surat tersebut.  Menghubungi ulama yang sudah ada di Indonesia yang rencananya akan bersaksi besok pagi (Selasa, 15/11-2016).

Instruksi Grand Syeikh jelas, SEGERA kembali ke Mesir dan JANGAN ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. Sang ulama, Syeikh 'Amr Wardhani, kaget setengah mati. Dia baru tau kalau dia hendak disuruh jadi saksi kasus untuk bela si Penista.

Oh Buyarlah rencana busuk kaum kafir yang hendak mengadu domba ulama Indonesia dengan Mesir.

Kembali ke Dubes Mesir. Siapa Helmy Fauzy? Ada yang tau?

Dia adalah relawannya Ahok, Dia ini orang PDIP.
Jadi dia menggunakan jabatan dubes-nya untuk mempengaruhi sang ulama, untuk melawan ulama di Indonesia. Itu termasuk kaum munafiqun??

Mereka terus hendak mengganggu kita, semoga kita selalu waspada.

Hasbunallohu wa ni'mal wakiil....

TUHAN TIDAK PERLU DIBELA...???

Dulu ada tokoh nasional, yang sekarang sudah wafat, mengatakan bahwa: “Tuhan tak perlu dibela”. Tokoh ini sangat dikagumi dan dipuja oleh anak-anak muda saat itu, dan tampaknya juga sampai sekarang. Anak-anak pesantren, jika belum mengidolakan dia, masih dianggap kuno, belum moderen, masih level syariat, masih fokus urusan dzahir, belum level hahikat (haqiqoh), dan lain sebagainya.

Saat ini, saat umat Islam melakukan pembelaan terhadap tuhannya, agamanya dan kitab sucinya, lagi-lagi banyak orang yang berkata bahwa: “Tuhan tak perlu dibela”. Saya tidak tahu, apakah pernyataan yang sekarang terinspirasi oleh tokoh yang sudah meninggal itu atau benar-benar pendapatnya sendiri?.

Salah seorang profesor di UI, misalnya mengatakan: Demonstrasi dalam rangka membela Tuhan makin banyak. Hal ini membuat saya bertanya, "Mungkinkah membela agama?". Pertanyaan selanjutnya, "Sebegitu lemahkah Tuhan dan Agama sehingga memerlukan pembelaan dari umatnya?"
Selanjutnya, dia mengatakan: "Pandangan saya mungkin tidak begitu populer, tetapi untuk saya, Islam dan Tuhan tidak perlu dibela. Anak-anak, perempuan, orang yang lemah dan tak berdaya, orang fakir dan yatim piatulah yang patut dibela, dan hal itulah yang sesuai dengan ajaran Islam"
Tulisan singkat ini hendak membahas pernyataan di atas dan menunjukkan betapa absurd-nya pernyataan tersebut.

****

Pernyataan tersebut tampak diucapkan oleh orang “pinter”, tetapi kenyataannya lebih tepat diucapkan oleh orang yang “keminter”. Itu sama dengan orang yang menertawakan sebuah pernyataan bahwa “kalau ingin pintar harus ke sekolah”. Dia mengejek orang sekolah dan mengatakan: “Yang membuat pintar itu belajar, bukan sekolah. Seratus tahun kamu pergi sekolah, kalau hanya pergi saja, dijamin tidak akan pintar”.

Pernyataan “kalau ingin pintar harus sekolah” itu tentu ada maksudnya. Sama dengan pernyataan “membela Allah, agama dan kitab suci”, semua itu ada maksudnya. Tidak bisa dipahami seperti anak SD saat memahami suatu bahasa.

Terkadang orang-orang memang lucu dalam memahami bahasa. Ini bukan hanya sekarang. Tetapi juga pada zaman Nabi Muhammad dulu. Sebelum kita membahas tentang “menolong Allah”, akan kita ulas dahulu sebuah kisah yang menggambarkan bahwa orang gagal paham dalam memahami bahasa itu memang benar-benar terjadi, termasuk pada zaman Rasulullah dahulu.

Ibnu Abu Hatim menyatakan bahwa sebab turunnya Ali Imran ayat 181, berdasarkan hadis Ibnu Abbas, adalah karena perkataan orang-orang Yahudi kepada Nabi saw. sewaktu Allah menurunkan ayat;

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah. Pinjaman yang baik, maka Allah akan memperlipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat-ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah 245).

Orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad saw, "Hai Muhammad! Rupanya Tuhanmu jatuh miskin, sehingga ia meminta pinjaman kepada hamba-Nya!"

Maka Allah pun menurunkan ayat, "Sungguh Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.'" (Ali Imran 181)

Menurut pendapat yang lain bahwa Ibnu Ishak dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahawa sebab turun surat Ali Imran ayat 181 ialah hadis dari Ibnu Abbas katanya, "Abu Bakar masuk ke rumah seseorang bernama Madras. Didapatinya di sana telah berkumpul orang-orang Yahudi sedang menghadap pemimpin mereka bernama Fanhas. Kata Fanhas kepada Abu Bakar, 'Demi Allah, wahai Abu Bakar! Sebenarnya kami ini tidak perlu Allah, sebaliknya Dialah yang perlukan kami! SEANDAINYA DIA KAYA, TENTULAH DIA TIDAK PERLU MEMINTA PINJAMAN DARI KAMI kami sebagaimana dikatakan oleh sahabatmu itu!' Abu Bakar pun marah lalu menampar mukanya.

Lalu Fanhas ini pergi menemui Nabi saw. katanya, 'Hai Muhammad! Lihatlah ini apa yang telah dilakukan oleh sahabatmu kepada saya!' Jawab Nabi saw., 'Hai Abu Bakar, apa yang menyebabkanmu melakukan itu?' Jawabnya, 'Wahai Rasulullah! Ia telah mengeluarkan kata-kata berat, dikatakannya bahwa Allah miskin sedangkan mereka kaya.' Fanhash menolak keterangan itu, tetapi Allah menurunkan ayat, 'Sungguh Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya...'" (Al-Imran 181)

Jadi, orang-orang Yahudi itu gagal paham terhadap al-qur’an yang mengatakan “memberi pinjaman kepada Allah”. Dikiranya Allah minta pinjaman atau hutangan, padahal maksudnya adalah Allah mendorong umat Islam untuk berinfaq dalam segala jenis kebaikan (diantaranya mendakwahkan Islam, jihad, membantu orang miskin dan lain sebagainya). Segala infaq yang dikeluarkan karena Allah (maksudnya dengan Ikhlas karena mengharap ridlo Allah), manfaatnya sama sekali bukan untuk Allah, tetapi manfaatnya itu kembali kepada manusia sendiri.

Allah sama sekali tidak butuh bantuan manusia, apalagi infaq dan sedekah manusia. Semua sedekah dan infaq itu akan kembali kebaikannya kepada manusia itu sendiri.

Jadi, contoh orang yang gagal paham pada zaman Nabi adalah orang-orang Yahudi.
Apakah mereka benar-benar gagal paham? Sebetulnya tidak. Mereka sebenarnya tahu maksud ayat tadi, tetapi mereka berkata seperti itu hanya ingin menertawakan umat Islam dan menghina Rasulullah saw. Bagi sebagian orang, melecehkan umat Islam, itu merupakan “KENIMATAN TERTINGGI”. Naudzu billah!. Tampaknya, orang seperti itu, jumlahnya sangat banyak pada zaman sekarang ini.

****

Sekarang, kita kembali kepada kalimat: “menolong Allah” atau “menolong agama-Nya”.
Benarkah ini kata-kata orang bodoh yang belum pernah “makan” sekolahan? Atau justru kalimat yang ada di dalam al-Quran? Tentu, jika ada di dalam al-qur’an ada maksud tertentu dari kalimat itu.
Jika kita mengkaji al-qur’an dengan seksama, maka kita akan dapati bahwa di dalam al-qur’an sendiri ada banyak ayat yang memerintahkan umat Islam untuk “menolong Allah”. 

Misalnya:

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.” (QS. Al Hajj 40)

وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: “Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Hadid 25)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya: “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 7)

Jadi, kalimat tersebut memang terdapat di dalam al-qur’an. Bukan sekedar perkataan “teroris” atau orang “udik” yang tak pernah “makan” sekolahan.

Namun, untuk memahami ayat-ayat ini memang kita harus merujuk kepada para ulama ahli tafsir. Ulama yang benar-benar mengkaji al-qur’an. Bukan kepada sekedar profesor psikologi, profesor ekonomi, profesor sejarah dll, apalagi kepada politisi hitam yang tak percaya kepada Allah swt.

Terkait QS Al-hajj ayat 40, Imam Ath-Thabari mengatakan bahwa makna dari “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong-Nya.” Yaitu Allah swt pasti meonolong orang-orang yang berperang di jalan-Nya agar kalimat-Nya tinggi terhadap musuh-musuh-Nya. Maka makna pertolongan Allah kepada hamba-Nya adalah bantuan-Nya kepadanya, sedangkan makna pertolongan hamba-Nya kepada Allah adalah JIHAD-NYA ORANG ITU DI JALANNYA untuk meninggikan kalimat-Nya.” (Tafsir At-Thabari juz XVII hal 651)

Sedangkan Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang menolong agama dan nabi-Nya. (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz XII hal 386)

Sedangkan tentang QS Al-Hadid ayat 25, Sayyid Qutb mengatakan bahwa “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.” Adalah isyarat untuk berjihad dengan menggunakan senjata. Permasalahan ini diletakkan dalam ayat yang berbicara tentang pengorbanan jiwa dan harta.

Tatkala berbicara tentang “Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” Kemudian Allah melanjutkannya dengan menjelaskan makna pertolongan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menolong manhaj dan da’wah-Nya. Adapun Allah swt tidaklah membutuhkan pertolongan dari mereka. 

“Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (Fii Zhilalil Qur’an juz VI hal 4395)
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya.” Orang yang menolong Allah swt dan Rasul-Nya dengan memiliki keinginannya membawa senjata. 

“Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.” adalah Dia swt menolong orang yang menolong-Nya yang sebetulnya Dia swt tidak membutuhkan pertolongan dari manusia. Adapun disyariatkannya jihad adalah untuk menguji sebagian kalian dari sebagian yang lain.” (Tafsir Ibnu Katsir juz VIII hal 28)

Jadi, secara sederhana, menolong Allah maksudnya adalah menolong agama-Nya. Maksudnya adalah bahwa kita diperintah Allah untuk memperjuangkan Islam dan segala ajarannya. Jika ajaran Islam itu tegak, maka di dunia manusia akan mendapat segala kebaikan dan keadilan, sementara di akhirat nanti akan mendapat surga-Nya.

****

Allah Maha Segala-galanya, sama sekali tidak butuh pertolongan manusia. Ketika Allah berkata “menolong Allah”, maksudnya adalah perintah Allah agar kita melakukan semua kebaikan yang telah Allah perintahkan. Termasuk di dalamnya: mendakwahkan Islam, menolak demokrasi, menolak pemimpin kafir, menyantuni orang fakir miskin, menyantuni janda, menyantuni yatim-piatu, dan lain sebagainya.

Jadi, pernyataan Sarlito dan tokoh-tokoh lain, bahwa yang perlu dibela adalah orang-orang fakir, orang-orang lemah, dll, bukan Allah, adalah perkataan orang “samin”.

Jika ada yang menolong orang-orang lemah, orang-orang fakir karena Allah, maka itu termasuk dalam kategori “menolong Allah”. Jika ada orang berjuang agar orang kafir tidak jadi pemimpin, juga dalam kategori “menolong Allah”. Jika ada yang menghina al-qur’an, kemudian kita berjuang ahar mereka dihukum, juga dalam kategori “menolong Allah”. Jadi tak perlu dipertentangkan.

Sekarang kita coba uji, apakah orang-orang yang suka berkata nyinyir itu peduli kepada orang-orang lemah? Apakah mereka membela saat orang-orang miskin digusur dan diobrak-abrik Ahok? Apakah mereka peduli dengan para nelayan yang diputus mata pencariannya oleh Ahok? Apakah mereka mengkritisi sistem kapitalisme telah meyengsarakan oramg-orang lemah? Apakah mereka peduli dengan kekayaan alam yang dijarah oleh para kapitalis hitam?

Tidak saudara! Tidak! Orang-orang seperti itu justru mendukung pemusnahan orang-orang miskin dan lemah. Mereka justru menjadi broker saat keayaan rakyat dijarah dengan membabi buta.
Maka, jika sekarang mereka sok jadi jagoan dengan mengatakan yang perlu dibela adalah orang-orang lemah, bukan Allah, bukankah itu adalah pahlawan kesiangan?

Sebenarnya mereka hanya membela Ahok dan para konglomerat di belakangnya, yang saat ini sedang ketar-ketir di ujung tanduk, lalu mereka dengan berlagak lugu mengatakan: “Tuhan tak perlu dibela!!!”.


Wallahu a’lam.
Fukuoka, 15 Nov 2016

Oleh 
: Choirul Anam  (Dosen UNDIP, Studi di Jepang)

Sabtu, 12 November 2016

HILANGNYA JATI DIRI BANGSA

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Siapakah kita ini?
Muslim kah?
Nasrani kah?
Hindu kah?
Budha kah?
Koghuchu kah?
Kejawen kah?

Atau sekumpulan pecundang kah?
Yang dengan mudah mengeluarkan caci maki dan sumpah serapah.

Atau sekumpulan pengecut kah?
Yang menghasut dan menghujat dibalik akun-akun palsu dan sampah.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Bukankah Muhammad SAW mengajarkan kedamaian dan keselamatan?
Bukankah Isa Al Masih AS mengajarkan kasih dan pelayanan?
Bukankah Budha Gautama mengajak rendah hati dan kebijaksanaan?
Bukankah Syiwa menuntun manusia pada persaudaraan dan kesantunan?

Lalu, siapakah kita?
Mengaku pengikut Muhammad tapi asyek menghujat.
Mengaku percaya Isa Al Masih tapi hati jauh dari bersih.
Mengaku penganut ajaran Budha tapi hobi menghina.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Sudah hilangkan jiwa kepahlawanan Pangeran Diponegoro?
Sudah musnahkah sikap rendah hati Kyai Haji Agus Salim?
Sudah lunturkah semangat juang Kyai Hasyim Asy'ari?
Sudahkah hanguskah jiwa pengorbanan Robert Wolter Monginsidi?

Yang tersisa hanya kumpulan bangsa pecundang.
Yang menganggap musuh bangsa sendiri hanya karena berbeda pendapat.
Yang tega menghujat hanya karena berbeda posisi.
Yang selalu merendahkan mereka yang berbeda pandangan.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Anda benci Ahok, silakan, itu hak Anda.
Anda benci Habib Rizieq, itu jg hak Anda.
Anda tidak suka Jokowi, boleh, itu utusan Anda.
Anda tdk suka Prabowo, boleh saja, itu pilihan Anda.
Anda benci Syafii Maarif pun boleh, pasti ada alasannya.
Anda kecewa dg Kapolri pun sah-sah saja, krn ada sebabnya.

Tapi Anda mencaci maki, menghina, menghujat dan melecehkan mereka semua, jelas itu bukan perbuatan mulia.

Bagaimana mungkin menegakkan keadilan dg cara tidak adil?
Bagaimana bisa melakukan perbaikan dg cara tidak baik?

Sapu yang kotor tdk bisa membersihkan,
Air najis tidak bisa mensucikan.

Janganlah kebencian mu pada suatu kaum membuat kalian berbuat tidak adil, bersikap adil-lah karena itu lebih dekat kpd taqwa.

Bapak Presiden yang terhormat...

Menurut saya, Anda telah bertindak tidak adil,
Anda bersedia menemui para pelawak tapi tidak bersedia menemui peserta Aksi Damai 4/11.
Anda mengundang para ulama tapi tdk mengundang tokoh yang memimpin Aksi Damai 4/11.
Anda mengunjungi pemimpin2 ormas Islam, tetapi Anda lupa mengunjungi pemimpin Aksi Damai 4/11.

Bukankah peserta Aksi Damai 4/11 dan para pemimpinnya adalah rakyatmu juga, Bapak Presiden...?

Bukankah mereka datang dengan cara damai dan baik-baik?
Mereka datang bukan meminta jabatan, bukan hendak merebut kepemimpinan, bukan hendak menggulingkan kekuasaan Anda...?

Mereka datang untuk mengadu. Mereka datang meminta ketegasan. Mereka datang menuntut keadilan.

Bapak Presiden yang terhormat...

Anda dipilih oleh rakyat yang sebagian besar adalah umat Islam.
Negeri didirikan oleh banyak lapisan masyarakat yang sebagian besar pejuang beragama Islam.
Tanpa umat Muslim, negara Indonesia tidak ada.
Tidak mungkin umat Islam akan menghancurkan negerinya sendiri.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...
Bapak Presiden yang terhormat...

Marilah kita jaga persatuan dan kesatuan.
Kita hilangkan curiga dan permusuhan.
Kita hentikan saling menghujat dan memprovokasi.

Kita bangsa yang besar.
Kita bangsa yang beradab.
Kita bangsa yang santun.
Kita bangsa yang terhormat.

Bangsaku, bangkit dan bersatulah.

Jakarta, 12 Safar 1438 H / 12 Nopember 2016 M
Salam Damai Indonesia Koe
Arief Luqman el Hakiem

BUYA SYAFI'I MA'ARIF "SOSOK GURU BANGSA YANG DICACI MAKI"

Kata-kata kasar pada Buya Syafii membuat J Piliang merasa miris, melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (10/11/2016) Indra Piliang mengungkapkan keprihatinanya, berikut Pernyataan Indra Piliang :

"Sedih sy melihat Buya Sjafii Maarif diberlakukan spt ini. Beliau setahu sy org yg tidak gila kuasa. Ditawari macam2, beliau tak mau,"

"Keberpihakan Buya SM thd pluralisme adlh bagian dari sejarah hidupnya. Ia sejak kecil tinggal dgn ibunya, hidup bersama eteknya".

"Sampai Buya Sjafii Maarif jd tokoh nasional, kampungnya pun blm dialiri listrik. Hampir sama dg kampung masa kecil sy, listrik ada thn 2002".

"Buya Sjafii Maarif terlambat masuk bangku kuliah, terlambat jd Sarjana Muda, dll, krn membanting tulang sbg anak rantau. Ia mekanik jg".

"Riwayat hidup Buya Sjafii Maarif tdk dibentuk lewat perkoncoan, percaloan, aplg perbualan politik. Ia andalkan delapan kerat tulangnya".

"Buya Sjafii Maarif tdk menghamba kpd konglomerat manapun. Ia lbh senang hidup sbg seorg guru, seorg pendidik, seorg pecinta ilmu".

"Apa stlh jd Ketum PP Muhammadiyah, Buya Sjafii Maarif lantas pindah jd warga DKI Jkt? Apa terompahnya sering terlihat di pintu Istana?".

"Kesederhanaan Buya Sjafii Maarif ini mirip dg almh Ketum DPP Partai Gerindra yg rmhnyapun tiris itu. Kesederhanaan angkringan ala Yogya"

"Apa Buya Sjafii Maarif punya rmh di area2 elite Jkt? Apa Buya punya istri simpanan? Apa Buya naik mobil2 mewah? Apa tubuhnya penuh lemak?"

"Meme2 yg dibuat u/ Buya Sjafii Maarif mnrt sy sangat tdk pantas, tdk etis, amoral! Meme2 itu spt serangan kaum thogut kpd org2 yg berprinsip"

"Sdh berapa ratus anak2 muda negeri ini yg dpt beasiswa atas tandatangan & rekomendasi Buya Sjafii Maarif? Apa ia sosok org2 loba & tamak?"

"Taburangsang jg sy dg cara2 buruk dan jauh lbh busuk dari berjenis serangan thd Buya Sjafii Maarif. Mau sj diadu domba org2 tak berakalbudi!".

"Buya Sjafii Maarif hanya memberikan pendapatnya. Ia jg bukan tipikal saksi2 ahli yg dibayar ratusan juta di muka sidang2 sengketa pilkada!"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terlihat kongkow2 di hotel2 mewah, dikawal org2 bersafari & perempuan2 berparfum menyengat hidung, bermewah2?"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terbaca muncul dlm iklan2 utk bepergian ke tanah suci; dg biaya mahal, kursi eksekutif, hotel bintang lima?"

"Apa kaki Buya Sjafii Maarif terlihat jarang menyentuh tanah, dikawal dari satu forum ke forum lain, naik helikopter, dg manajemen eksekutif?"

"Apa Buya Sjafii Maarif pernah terdengar menentukan tarifnya, ketika diundang ceramah agama atau ilmu pengetahuan, di suatu tmpt?".

"Apa Buya Sjafii Maarif dg mudah menyimpan nmr2 tlp para pejabat pusat dan daerah, lalu dg mudah jg memenuhi undangan2 yg bukan tabligh ilmu?".

"Sjk kpn berbeda pendapat adlh bagian dari upaya membunuh karakter seseorg, menyatakan kebencian, hingga menghina seseorg di negeri ini?"

"Tirulah sikap Buya HAMKA yg sengit berdebat dg Mangaradja Onggang Parlindungan ttg Tuanku Rao. Walau keduanya perang opini, mrk satu shaf!!!".

"Buya HAMKA & Mangaradja Onggang Parlindungan yg 'perang' dg nulis buku ttg Tuanku Rao itu, sering terlihat sholat ber2 di Mesjid Al Azhar!".

"Tirulah Buya M Natsir (Masyumi) & IJ Kasimo (Partai Katolik) yg saling mengantar pulang, saling menggendong cucu, stlh debat di Konstituante".

"Apa debat yg paling hebat pascakemerdekaan, selain soal azas negara Indonesia? Apa tokoh2nya saling menghasut stlh debat seru di mimbar?".

"Singa2 podium yg muncul dlm sidang2 Dewan Konstituante itu apa saling menebar isu insuniatif ttg lawan2 debat yg berbeda dgnnya?".

"Jika almarhum Buya HAMKA msh hidup, saia yakin, beliau akan sangat resah dg cara2 tdk beradab yg digerakkan u/ memusuhi Buya Sjafii Maarif".

"Buya Sjafii Maarif tdk punya laskar, tdk punya pasukan berani mati, tdk punya pengawal bersenjata. Ia tak akan membalas cacian org2".

"Buya Sjafii Maarif tdk akan taburangsang, reaktif, dg langsung melaporkan pihak2 yg membuat hinaan2 yg disebarkan jd viral di medsos".

"Berkacalah di cermin, lalu lihat wajah anda sendiri, sblm dg mudah memberi sinyal ke publik betapa anda lbh baik dari Buya Sjafii Maarif".

Pernyataan Indra Piliang ini dikomentari oleh aktivis Akhmad Sahal. "Salut dgn kultwit pembelaan Bung @IndraJPiliang thdp Buya Syafii Maarif, Sosok Guru Bangsa yg dicacimaki oleh para pembencinya," ujarnya.

Sumber : http://www.berantai.com/detail/mengharukan-ini-pembelaan-untuk-buya-syafii-maarif-yang-dicaci-karena-bela-ahok.html

Senin, 07 November 2016

MEM-BUDI GUNAWAN-KAN AHOK

JAKARTA- (7/11/2016) Polemik seputar kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok terus bergulir. Diskusi dan analisa untuk menyoroti kasus ini terus bermunculan. Para pengamat, pakar hukum, kaum intelek dan ulama terus menyampaikan pandangan dan opininya.

Secara umum, masyarakat terbelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang meyakini bahwa Ahok bersalah dan pantas dihukum, kemudian kelompok yang berpendapat bahwa Ahok tidak bersalah dan harus bebas dari tuntutan hukum.

Secara yuridis formal memang hanya sidang pengadilan yang berhak memutuskan Ahok bersalah atau tidak. Namun dalam konteks hukum kita mengenal ada *hukum yuridis* yang formal dan tertulis, ada juga *hukum sosiologis* yang tidak formal namun ada dan nyata. Oleh karena itu kemudian muncul istilah sanksi hukum dan sanksi sosial.

Bisa jadi seseorang dinyatakan tidak bersalah secara hukum formal, namun dia sudah terlanjur dicap salah secara hukum sosial. Maka tidak dapat dipungkiri orang tersebut akan mendapat sanksi sosial di masyarakat.

Dalam sistem politik dan kemasyarakatan di Indonesia kita tidak bisa menafikan Hukum Sosiologis yang melahirkan sanksi sosial. Salah satu bentuk sanksi sosial adalah isolasi, persepsi dan konsekuensi politik.

Dalam dunia politik, _public trust_ (kepercayaan masyarakat) itu nomor satu. Tokoh-tokoh politik di negara-negara maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang, memberikan perhatian yang lebih pada hukum sosiologis. Betapa banyak pejabat publik dan pejabat politik di negara-negara tersebut yang memilih mengundurkan diri atau membatalkan pencalonannya ketika tersandung kasus hukum.

Secara formal, bisa jadi tokoh tersebut dinyatakan tidak bersalah, tetapi secara sosial, masyarakat sudah terlanjur memvonis bersalah. Hal ini akan berdampak pada kalkulasi politik dan stabilitas pemerintahan selama nanti yang bersangkutan menjabat.

Di Indonesia, masih lekat dalam ingatan kita kasus yang menimpa Komjen Budi Gunawan. Dia pernah diajukan sebagai calon tunggal Kapolri oleh Presiden Joko Widodo. Seluruh proses pencalonan sudah dia lewati termasuk lolos secara aklamasi dalam _fit and proper test_ di Komisi III DPR RI. Namun pada saat yang bersamaan, KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan atau yang dikenal dengan BG, sebagai tersangka.

Kasus terus bergulir, di masyarakat terjadi polemik yang menyita perhatian publik. Secara umum, masyarakat Indonesia terpecah menjadi dua kelompok. Ada yang mendukung BG untuk tetap dilantik sebagai Kapolri, ada yang menuntut agar dibatalkan. Terjadi demo dan unjuk rasa dimana-mana yang dilakukan dua kelompok tadi.

Presiden bahkan sampai membentuk Tim Pertimbangan yang beranggotakan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh kepolisian. Di dalamnya ada Buya Syafii Maarif dan Komjen Pol (Purn) Oegroseno.

Berdasarkan masukan dari tim pertimbangan dan melihat situasi di masyarakat, akhirnya Presiden Joko Widodo membatalkan pengangkatan BG sebagai Kapolri. Meski dalam sidang pra peradilan, penetapan status BG sebagai tersangka dinyatakan tidak sah. Drama berakhir dengan damai dan _happy ending_. Jenderal Badrodin Haiti dingakat sebagai Kapolri sedangkan Komjen Budi Gunawan sebagai wakapolri.

Kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok sangat mirip dengan kasus rekening gendut yang menimpa BG. Masyarakat terbelah menjadi dua kelompok besar, meski kelompok yang pro Ahok belum pernah menunjukkan aksi massa sebagaimana dilakukan kelompok yang anti Ahok.

Dijanjikan oleh Presiden dan Kapolri, bahwa kasus hukum Ahok terus berjalan secara cepat dan transparan. Hari ini, Senin (7/11) Bareskrim Polri menjadwalkan pemanggilan Cagub yang diusung PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura untuk diperiksa.

Ada dua kemungkinan, Bareskrim akan menetapkan Ahok sebagai tersangka dan kasus berlanjut ke persidangan, atau kasus ini tidak cukup kuat untuk menetapkan Ahok sebagai tersangka, artinya Ahok bebas dari tuntutan.

Apapun keputusan hukum formal nya nanti, hukum sosial sudah terlanjur memvonis Ahok bersalah. Situasi ini pasti akan berdampak pada pencalonan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Bahkan mungkin akan terus berlanjut gesekan dan tuntutan dari kelompok yang anti Ahok.

Presiden dan partai pengusung punya dua pilihan, akan tetap pada keputusannya atau mengambil langkah bijak sebagaimana dilakukan pada Budi Gunawan. Ini adalah hak Presiden dan koalisi partai pengusung.

Namun belajar dari kasus masa lalu, mungkin mem-Budi Gunawan-kan Basuki Tjahaya Purnama adalah langkah bijak untuk menyelamatkan bangsa ini. Jangan sampai DKI Jakarta menjadi provinsi gagal hanya karena ada pihak-pihak yang ingin memaksakan kehendak.

Bangsa ini cukup matang dan dewasa untuk selalu menemukan jalan keluar dari setiap persoalan. Semoga para pemimpin dan pengambil kebijakan memutuskan dengan hati nurani yang jernih.

Salam Damai Indonesia Koe
*Arief Luqman el Hakiem*

MENELADANI KOMJEN. POL. BUDI GUNAWAN

JAKARTA- (7/11/2016) Sosoknya tenang, pembawaannya kalem dan santun dengan kumis rapi menambah kesan wibawanya. Dialah Komisaris Jenderal Polisi Drs. Budi Gunawan, S.H, M.Si, Ph.D, yang sejak 9 September 2016 menjabat sebagai Kepala BIN (Badan Intelejen Negera).

Peraih penghargaan Adhi Makayasa tahun 1983 ini pernah menjabat sebagai Ajudan Wakil Presiden (1999-2000) dan Presiden Republik Indonesia (2000-2004) pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, dengan pangkat Kombes (Komisaris Besar).

Pada tahun 2004, Budi Gunawan tercatat sebagai jenderal termuda di Polri saat dipromosikan naik pangkat bintang satu atau Brigadir Jenderal (Brigjen) dengan jabatan sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karo Binkar) Mabes Polri.

Kemudian menjabat Kepala Selapa Polri, lembaga yang menginduk pada Lemdikpol selama 2 tahun, lalu kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Jambi (2008) yang merupakan Polda tipe B, tak lama kemudian dia dipromosikan naik pangkat bintang dua atau Inspektur Jenderal (Irjen) dengan jabatan sebagai Kepala Divisi Pembinaan Hukum (Kadiv BinKum), kemudian dia sempat mutasi dengan jabatan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam).

Tahun 2012 Budi Gunawan dipromosikan menjabat di kewilayahan sebagai Kapolda Bali yang merupakan Polda tipe A. Dan akhirnya tak lama kemudian tanda pangkat bintang tiga pun disematkan di pundaknya ketika dia akhirnya meraih pangkat Komisaris Jenderal (Komjen) ketika dipromosikan dengan jabatan Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) yang membawahi lembaga-lembaga pendidikan seperti Akademi Kepolisian (Akpol), Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (SESPIM), Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), dan lainnya.

Pada 10 Januari 2015, Presiden Joko Widodo mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR. Namun kemudian KPK mengumumkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka 3 hari kemudian. DPR yang melakukan uji kelayakan juga mengumumkan Budi lolos dan dapat dilantik oleh Presiden. Pengumuman ini cukup memanaskan situasi politik Indonesia pada pertengahan Januari 2015. Menyusul pengumuman tersebut, Jokowi akhirnya menunda pengangkatannya dan menunjuk Badrodin Haiti sebagai pelaksana tugas Kapolri tanpa batasan waktu.

Pada akhirnya, Jokowi mengirimkan Surat Pergantian Kepala Polri baru atas nama Badrodin Haiti. Budi Gunawan kemudian ditunjuk menjadi Wakapolri dalam Sidang Wanjakti pasca Badrodin naik menjadi Kapolri.

Akan tetapi saat penunjukannya sebagai Kepala BIN, kontroversi tidak seramai sebelumnya. Beberapa elemen masyarakat sipil setuju unsur Polri sebagai Kepala BIN agar reformasi intelijen dapat berjalan.

Pada saat itu secara _de jure_, Komjen Budi Gunawan adalah Kapolri yang sah, hanya belum dilantik. Karena tekanan politik akhirnya BG gagal dilantik sebagai Kapolri. Jika mau, sebetulnya Budi Gunawan berhak menggugat secara hukum tata negara kepada pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo karena telah mempermainkan dan mempermalukan dirinya.

Namun hal itu tidak dilakukan oleh pria kelahiran Surakarta, 11 Desember 1959, atau 57 tahun silam. Jiwa kenegarawanan dan spirit prajurit Korps Bhayangkara yang membuat Budi Gunawan tetap legowo dan sabar.
Kesabaran dan ketabahannya membuahkan hasil dengan dilantiknya BG sebagai Kepala BIN tanpa kontroversi.

Budi Gunawan adalah sosok prajurit Bhayangkara dengan segudang prestasi dan jiwa santun yang patut diteladani. Mengabdi tidak harus menjadi Kapolri, tetapi setiap jabatan dan amanah adalah ladang pengabdian.

Salam Promoter
*Arief Luqman el Hakiem*

Minggu, 06 November 2016

AHOK "SANG PEMBAWA HIKMAH"


JAKARTA- (6/11/2016) Namanya Basuki Tjahaja Purnama ( EYD : Basuki Cahaya Purnama), etnis Tionghoa dengan nama : Zhōng Wànxué / 鍾萬學, lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966 ; umur 50 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka
Ahok (阿學), agama : Kristen Protestan, adalah Gubernur DKI Jakarta ke 17 yang menjabat sejak 19 November 2014 .

Pengalaman partai politik : Anggota DPRD Belitung Timur dari PPIB (2004–2006), menjadi Bupati Belitung Timur (2006-2009), anggota DPR RI dari Partai Golkar (2008–2012), Wakil Gubernur DKI Jakarta sebagai kader Partai Gerindra (2012–2014), Gubernur definitif tanpa partai (2014-2017), saat ini sebagai Cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP, GOLKAR, NASDEM dan HANURA.

Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok saat ini tengah menghadapi kasus hukum atas tuduhan penistaan agama Islam. Puncaknya adalah Aksi Damai Bela Al Qur'an, Jumat (4/11) lalu, dimana jutaan ummat Islam melakukan demonstrasi di sekitar Monas dan Istana Merdeka menuntut penuntasan hukum atas kasus Ahok.

Di saat beberapa pihak _terutama umat Islam_ menghujat dan mencaci maki Ahok, saya justru saya melihat dari sisi yang sama sekali berbeda. Menurut saya, Ahok berjasa besar pada perkembangan dan kemajuan umat Islam di Indonesia. Ahok membawa perubahan yang sangat signifikan pada peta politik umat Islam. Ahok terlahir sebagai *Hikmah Bagi Umat Islam*.

Apa saja hikmah yang dibawa oleh Ahok, saya coba uraikan sebagai berikut :

1. AHOK "SANG PEMERSATU"

Dunia menjadi saksi, bahwa Aksi Damai Bela Al Qur'an 4/11, Jumat kemarin adalah momentum persatuan Umat Islam Indonesia, juga persatuan antara Umat Islam dengan aparat TNI-POLRI. Jutaan umat Islam dari berbagai ormas, parpol, aliran, profesi dan lapisan berkumpul menjadi satu di sekitaran Monas. Sebuah momen yang baru pertama sepanjang sejarah Indonesia.

Bahkan nampak terlihat umat Islam solat berjamaah dengan pasukan TNI-POLRI yang mengamankan demonstrasi. Polisi dan demonstran menunjukkan keharmonisan yang luar biasa. Saling membantu menuangkan air wudhu, mengolesi pasta gigi di wajah, membentengi dari para provokator dan bersendau gurau di sela-sela demo.

Panglima TNI dan Kapolri juga begitu akrab dan kompak. Beberapa hari selalu nampak bersama. Jajaran di bawahnya, Kapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya juga tidak kalah mesra. Persatuan umat dan elemen bangsa Indonesia seperti ini tidak lepas dari jasa Ahok, yang lewat lisannya dituduh menista agama. Terimakasih Pak Ahok...!

2. AHOK "SANG PENCERAH"

Semenjak tuduhan menista agama dialamatkan kepada Ahok, kata yang paling banyak dicari dan dibicarakan di internet maupun diskusi adalah AL MAIDAH 51. Banyak pihak yang ramai-ramai membaca dan mempelajari tafsir Al Qur'an surat Al Maidah ayat 51, bahkan Bareskrim Mabes Polri menjadi pihak yang paling serius belajar tafsir.

Bareskrim mengundang sedikitnya 10 ahli tafsir, ahli agama dan ahli balaghah (bahasa) untuk mengkaji tafsir Al Maidah 51. Pertama dalam sejarah dakwah di Indonesia. Masjid-masjid dan majelis taklim juga ramai mengupas seputar Al Maidah 51. Umat Islam dan masyarakat Indonesia dengan semangat dan sukarela mempelajari Al Qur'an.

Ahok telah memberi pencerahan kepada Umat Islam untuk mencintai dan mengkaji kitab sucinya, Al Qur'an Al Karim. Karena lisan Ahok lah, kaum muslim makin dekat dan menjadi pembela Al Qur'an. Terimakasih Pak Ahok...!

3. AHOK "PEMBAWA BERKAH"

Aksi Bela Al Qur'an 4/11 diikuti jutaan peserta yang berasal dari seluruh tanah air, dari ujung barat Indonesia sampai ujung timur, bahkan Bupati NTB, Tuan Guru Bajang Zaenul Mandi turut hadir ke Jakarta. Tidak itu saja, Aksi Bela Al Qur'an juga dilakukan serentak oleh umat Islam hampir di seluruh Indonesia.

Setiap kumpulan massa pasti mendatangkan berkah. Berkah silaturahmi, saling bertemu, salaman dan bertutur sapa. Bahkan ada peserta aksi yang baru sekali-kalinya datang ke Jakarta. Begitu bahagia melihat secara langsung tingginya Tugu Monas dan megahnya Masjid Istiqlal.

Berkah juga didapatkan oleh pedagang asongan yang biasa mangkal di sekitar Monas. Pedagang rokok, minuman, makanan dan pakaian meraup untung besar dengan hadirnya peserta Aksi dari luar kota. Ahok membawa berkah ekonomi buat warga ibu kota. Terimakasih Pak Ahok...!

4. AHOK "SANG PENGUNGKAP"

Banyak rahasia dan perkara tersembunyi yang terungkap dari lisan Ahok. Hikmah hiruk pikuk Aksi Bela Al Qur'an 4/11 adalah terungkapnya posisi masing-masing kelompok dan tokoh. Publik menjadi tahu dimana seorang tokoh agama berpihak, kepada siapa media berkiblat, persepsi yang sebenarnya pimpinan TNI-POLRI terhadap umat Islam.

Dengan lisan Ahok, kita jadi tahu sifat dan karakter Presiden dan jajarannya, Panglima TNI dan bawahannya, Kapolri dan anggotanya, pimpinan partai politik dan tokoh-tokohnya. Masyarakat bisa menilai sesuai pandangan masing-masing.

Terungkap juga siapa sebenarnya yang selama ini memecah belah bangsa, yang membawa bangsa ini pada permusuhan. Kita jadi tahu siapa yang pantas diwaspadai sebagai musuh dalam selimut yang selalu mengambil untung dari setiap persoalan bangsa. Terimakasih Pak Ahok...! Kami jadi tahu banyak hal.

5. AHOK "SANG INSPIRATOR"

Dari lisan Ahok yang berujung pada Aksi Bela Al Qur'an 4/11 di Jakarta dan tanah air, banyak memberi inspirasi pada masyarakat khususnya umat Islam. Tulisan bagus, analisa menarik seputar agama, sosial dan politik, munculnya para dermawan yang menyedekahkan hartanya untuk akomodasi peserta aksi, adalah contoh hal baik yang lahir karena lisan Ahok.

Ada peserta yang datang dari pelosok Jawa Timur yang rela menjual barang demi bisa berangkat ke Jakarta, ada penjual makanan yang menggratiskan dagangannya, ada seorang bapak tua yang membawa dus air mineral untuk dibagi dengan cuma-cuma, dan tidak terhitung sumbangan lain yang mengalir dari para dermawan.

Sungguh fenomena luar biasa, munculnya malaikat berwujud manusia yang saling tolong menolong dan membantu sesama. Terimakasih Pak Ahok...!!!

Pak Basuki Tjahaya Purnama, rasanya masih banyak hikmah yang tidak sanggup saya tulis, yang lahir karena lisan Anda. Sungguh, Maha Suci Allah yang tidak mungkin menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Ada hikmah dibalik penciptaan Ahok dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Saya termasuk yang berterimakasih dan bersyukur dengan sifat dan karakter Ahok. Bukan tidak mungkin suatu saat Ahok akan menjadi bagian dari umat Islam, semoga hidayah Allah SWT segera turun. Aminnn

*(Arief Luqman El Hakiem)*


Rabu, 02 November 2016

BANGSAKU... BANGKIT & BERSATULAH...!!!

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Apapun agama Anda,
Apapun suku Anda,
Apapun ras Anda,
Apapun warna kulit Anda,
Apapun partai Anda,
Apapun ormas Anda,
Apapun pekerjaan dan profesi Anda...

Dengarkan seruan ini...

71 tahun sudah negeri ini menyatakan kemerdekaannya setalah 350 tahun dan 3,5 tahun dalam cengkraman penjajah. Kemerdekaan bangsa ini diraih dengan tetesan keringat dan darah para pejuang. Dengan tangisan dan cucuran air mata keluarga pahlawan.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Negeri ini didirikan oleh banyak elemen masyarakat. Indonesia bukan milik satu kelompok masyarakat. Ada Jenderal Sudirman dan KH Hasyim Asy'ari yang mewakili kelompok Muslim. Ada WR Supratman dan Robert Wolter Monginsidi yang mewakili kelompok Kristen. Ada I Gusti Ngurah Rai yang mewakili kelompok Hindu. Dan masih banyak lagi.

Semua kelompok ikut andil dan berkontribusi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kelompok Kristen berhak dan wajar mengaku sebagai pendiri negeri ini. Kelompok Muslim pun tidak salah jika mengklaim bahwa Indonesia berdiri dengan iringan shalawat dan takbir.

Resolusi Jihad dan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya menjadi bukti bahwa kaum Muslim punya saham besar atas berdirinya republik ini. Jika bukan takbir _Allahu Akbar_ dengan apalagi Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Indonesia berdiri 17 Agustus 1945, 71 tahun yang lalu. 350 tahun sebelumnya tidak ada negara Indonesia. Belanda, Inggris dan Portugis bukan menjajah Indonesia sebelumnya. Mereka menjajah Nusantara, yang terdiri dari banyak kerajaan dan kesultanan.

Jangan mengada-ada, Pangeran Diponegoro bukan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Dia dan pengikutnya memperjuangkan tanah milik kerajaan Mataram dan malam leluhur yang dirusak karena pembangunan jalan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Diponegoro melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

Panembahan Senopati, Fatahillah dan pasukannya berangkat ke Batavia dan  Sunda Kelapa bukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka dan pasukannya berjuang untuk membebaskan wilayah Mataram dan pelabuhan dari pendudukan Belanda.

Begitu juga dengan Sultan Hasanuddin dari Makassar, Cut Nya Dien dari Aceh, Pattimura dari Maluku, Tuanku Imam Bonjol, Untung Suropati, dan pasukan-pasukan dari Ternate, Tidore, Bima, Banjar, semuanya tidak berjuang untuk Indonesia, melainkan untuk tanah tumpah darah dan keyakinannya.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Baru pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda Nusantara bersatu dan bersumpah berjuang untuk Indonesia. Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya dikumandangkan.

Seluruh elemen pemuda di Nusantara bersumpah untuk bersatu dalam berbangsa, berbahasa dan bertanah air, yaitu Indonesia. Sumpah inilah yang menyatukan bangsa ini dalam satu gerakan besar memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan dari cengkeraman penjajah Belanda.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Adalah Soekarno dan Mohammad Hatta yang membacakan teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia.

Banyak ujian dan cobaan yang menghampiri negeri ini. Agresi Belanda dan Eropa yang ingin kembali menjajah dan keinginan sebagian kelompok bangsa yang ingin memaksakan kehendaknya. Maka meletuslah perang mempertahankan kemerdekaan, dan perang mempertahankan kedaulatan.

Persatuan bangsa ini pernah diuji dengan berbagai pemberontakan dari sebagian anak bangsa yang tidak puas dengan pemerintah. Puncaknya adalah meletusnya Tragedi Gerakan 30 September 1965 PKI yang ingin memaksakan paham komunis di Indonesia.

Tahun 1998 bangsa Indonesia juga kembali diuji kedewasaan dan kematangannya. Gelombang protes dari mahasiswa dan elemen masyarakat yang menuntut perbaikan sistem politik dan ekonomi sempat mengguncang negeri ini.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Kini, tahun 2016, bangsa Indonesia kembali diuji sumpah dan janjinya untuk tetap bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kematangan dan kedewasaan bangsa ini menghadapi tantangan yang cukup berat.

Potensi perpecahan dan kerusuhan menghantui perasaan sebagian besar anak bangsa. Caci maki dan saling fitnah antar kelompok suku, agama dan ras berseliweran di media massa. Jika bangsa Indonesia tidak lulus dari ujian kali ini maka habislah riwayat negara yang baru berumur 71 tahun.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Saya mengingatkan kembali akan Sumpah Pemuda yang diikrarkan para pemuda Nusantara 88 tahun silam. Apapun agama Anda, suku Anda, ras Anda, profesi Anda, kita adalah satu bangsa, satu tanah air, Indonesia...

Kaum Muslim jangan sombong, arogan dan merasa berkuasa karena mayoritas.

Kaum non-muslim juga jangan sensitif dan manja, pandai-pandailah menempatkan diri.
Jangan mengomentari kitab suci dan perilaku pemeluk agama lain.

Jangan sekali-kali merendahkan kaum Muslim dengan mengatakan onta Arab, Arab bahlul dan sebagainya.

Islam tidak bisa dipisahkan dari Arab. Karena Nabi Muhammad SAW adalah orang Arab, Al Qur'an yang mulia diturunkan dalam bahasa Arab, sholat hanya sah jika dengan bahasa Arab. Puncak dari rukun Islam yaitu ibadah haji adalah ziarah ke Masjidil Haram di Makkah Al Mukaromah yang berada di Arab. Jadi Islam memang identik dengan Arab.

Dengan ucapan-ucapan onta Arab, Arab bahlul dan sebagainya, berarti Anda sudah merendahkan dan menghina umat Islam. Anda benci Islam atau benci Arab?

Jika Anda membenci Islam, maka Anda sudah mencederai Sumpah Pemuda dan kesepakatan pendiri bangsa. Anda telah melakukan provokasi dan memicu terjadinya perpecahan bangsa ini.

Jika Anda benci bangsa Arab, maka Anda salah besar. Baca sejarah, buka lagi wawasan kebangsaan Anda. Apa yang salah dengan bangsa Arab? Apa Anda pernah dirugikan oleh bangsa Arab? Jangan memperkeruh keadaan dengan caci maki dan ucapan yang merendahkan.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, bangsa Arab adalah sahabat yang datang secara baik-baik ke Nusantara. Mereka berdagang untuk kemudian membaur dengan pribumi Nusantara. Berbeda dengan bangsa Eropa dan Jepang. Portugis dan Belanda yang jelas-jelas datang dengan kesombongan dan niat buruk untuk menguasai Nusantara.

Bangsa Eropa-lah yang telah menjajah Anda dan kita semua selama lebih dari 350 tahun. Merekalah yang layak Anda benci dan caci maki. Bangsa Eropa-lah yang telah mengeruk kekayaan alam Indonesia. Yang menjadikan bangsa ini miskin dan terbelakang, karena dijajah lebih dari tiga abad.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...

Jangan meragukan komitmen umat Islam dalam janji dan sumpah. Jangan ajari Muslim Indonesia tentang toleransi. Sejarah mencatat, kaum Muslim Indonesia adalah kelompok yang paling toleran dan moderat.

Namun jangan coba-coba mengusik dan mencampuri urusan agama Islam. Akibatnya akan fatal.

Kepada saudarku sesama Muslim di tanah air...
Terkait Aksi Bela Islam dan Al Qur'an besok pada Hari Jumat, 4 November 2016 bertepatan tanggal 4 Safar 1438 H, maka seruan saya adalah sebagai berikut ;

1. Aksi demontrasi dan turun ke jalan adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat yang dilindungi undang-undang. Saling menghormati dan menghargai, tidak perlu ada benci dan saling mencaci-maki.

2. Kelompok yang ikut maupun tidak ikut aksi adalah sama-sama Muslim, semuanya saudara, anak bangsa yang lahir dalam naungan ibu Pertiwi. Jangan memaksa dan membenci yang tidak mau ikut aksi. Hormati prinsip masing-masing, saling menjaga ketertiban dan kedamaian.

3. Jangan saling mengeluarkan komentar yang provokatif dan fitnah. Jangan menuduh tanpa dasar dan informasi yang akurat. Tetap fokus dan jaga aksi tersebut pada niat awal, yaitu menegakkan supremasi hukum di Indonesia. Bahwa tidak ada satupun orang di negeri ini yang kebal hukum.

4. Kepada Panglima TNI dan Kapolri, bahwa mereka melakukan Aksi 4 November adalah anak bangsa, bagian dari masyarakat Indonesia, bukan musuh dan teroris. Perlakuan mereka selayaknya saudara. Jaga mereka agar tidak ditunggangi dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

5. Kepada aparat penegak hukum, tegakkan hukum setegak-tegaknya, tegakkan keadilan seadil-adilnya. Jangan ragu jangan pandang bulu. Jika hukum tidak ditegakkan maka bangsa ini akan hancur dan musnah.

Hancurnya bangsa-bangsa terdahulu karena hukum tidak ditegakkan secara adil. Jika ada penguasa dan orang kuat yang bersalah hukum lambat menindak dan tumpul, namun jika rakyat kecil yang bersalah buru-buru hukum ditegakkan dengan tajam.

Saudaraku sebangsa dan setanah air...
Akhirnya, marilah kita jaga bersama keutuhan bangsa ini dengan salah menahan diri dari rasa benci dan caci maki.

Hentikan permusuhan, curiga, dan perdebatan yang tidak produktif. Lakukan hak dan prinsip masing-masing dengan saling menghormati dan menghargai.

Waspadai musuh dari luar yang setiap saat akan memanfaatkan situasi untuk keuntungan sendiri. Jaga persatuan, jaga kekayaan alam, jaga generasi penerus dari perpecahan...

Jakarta, 3 Safar 1438 H / 3 Nopember 2016 M
Salam Damai Indonesia Koe
Arief Luqman El Hakiem