Cari Blog Ini

Rabu, 27 Desember 2017

Semua LGBT Berakhir Tragis !!! (Catatan Seorang Dokter Neurologi)

Gay itu ada “kasta”nya...
Ada yang "dominan", biasanya yang punya uang dan lebih tua secara umur, ada yang "submissif", kalau saya perhatikan, semacam “piaraan”.

Piaraan ini berkasta juga, ada anak muda putih bersih klimis dari kalangan keluarga menengah, ada juga yang kelas sandal jepit (bukan yg harga 18 ribu ya 😔).

Perlakuan dari yg "dominan" pada "piaraan" juga berbeda sesuai KW piaraan. Yg KW ori diperlakukan sgt istimewa.

Waktu sy kerja di klinik HIV RSCM, pernah dapat pasien mahasiswa univ swasta terkenal di Jakarta, yg kena meningitis kriptokokus (jamur otak).

Orang tuanya pekerja petrol, tinggal di dallas, US. Dia disini tinggal sendiri. Anaknya tampan, klimis, n kelihatan anak baik.

"Dominan"nya sering ikut mengantar kalau kontrol. Jangan kaget ya, dominannya ini seorang AKTIVIS LSM ANTI-HIV.

Itu kalau si pasien saya ini mengeluh sakit kepala, si dominan ini mengelus-elus punggung si "submissif" sambil bilang “sakit ya sayang? Yg mana yg sakit? Sabar ya sayang..” (untung sy msh setia pd sumpah hipocrates, klu sy berkhianat, si dominan itu mau sy suntik fentanyl 1000 cc biar mokat).

Tapi sy pernah juga dapat seorg dominan yang kena infeksi di medulla spinalis, spondilitis TB, jd lumpuh kedua kakinya tiba-tiba.

Pas dirawat, submissifnya datang menemani. Itu dibentak2, gak ada sayang2, si submissif ini tampilannya siy kelas sandal jepit.

Manggil dominannya “abaaaang..” (jijik ya dengarnya)
Ada juga piaraan bayaran. Satu pasien sy asal jogja mengaku dia bayaran (sekarang sudah meninggal dg toksoensefalitis; bisul di dalam otak karena kuman tokso yg sering nempel di badan kucing, anjing).

Di”piara” seorg aki-aki cina utk bayaran 1000-2000 USD per bulan. Uangnya dia kirim ke jogja utk anak n istrinya 😩.

Dia ini sejatinya bukan gay. Jadi semacam pelacur lelaki. Kerja sbg caddy lelaki di satu lapangan golf di tangerang.

Waktu ketahuan HIV dan tokso, nangis meraung2, selama dirawat baca Qur’an terus, kalau sy periksa, selalu terisak2 dan bilang menyesal.
Pas ketemu bininya, saya yg berkaca2. Sebab bininya perempuan berhijab rapi dg dua balita yg juga berhijab.

Ada juga gay kakak adik. Sejak kecil dikasih satu kamar dan satu ranjang oleh emak bapaknya. Pas gede, tau2 yg kakak kena kripto.

Dicek HIV positif, ditanya pasangannya siapa, dia bilang adiknya. Pas adiknya dicek, positif juga hiv nya. Kedua2nya sdh meninggal, dlm satu ruang rawat yg sama.

Ayahnya sampe anak2 itu dikubur pun gak pernah mau datang nengok...

Cerita gay SEMUA TRAGIS... belum pernah saya dengar yg berakhir seperti di cerita fairytopia...

misalnya berakhir kayak Cinderella...

kisah para gay berakhir dengan tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dan diujungnya, mati sendirian tanpa didampingi kaum nya...

Saya gak ngerti kenapa pemerintah abai pada masalah ini...

Sejak 1997, Prof Sjamsurijal gak capek2nya mengingatkan, tapi faktanya, mereka semakin banyak...

Sumber: portal-islam.id

Sabtu, 16 Desember 2017

KODE #SR6.9 ; CARA TUHAN MEMBONGKAR KEBUSUKAN MAFIA PROYEK & ANGGARAN

Gempa bumi dengan kekuatan 6.9 SR (kode #SR6.9) yang melanda kawasan Tasikmalaya, Jawa Barat, Jum'at (15/12) sekira pukul 23:47 WIB membawa hikmah tersendiri bagi dunia proyek dan infrastruktur.

Foto-foto kerusakan Rumah Sakit Margono di Purwokerto dan RS Banyumas menjadi viral di media sosial yang akhirnya terkonfirmasi kebenarannya di media elektronik televisi. Beneran bagian tembok dan plafon rumah sakit nampak rusak parah akibat guncangan gempa yang terjadi semalam.

Berbagai komentar warganet bermunculan menanggapi kondisi tersebut. Grup-grup WhatsApp juga dipenuhi komentar yang mempertanyakan kualitas bangunan yang relatif baru tersebut.

Komentar akun Nuh Dwiyatmoko misalnya, "Masa bangunan baru bisa sampai rusak parah gitu, sementara di sekitarnya bangunan yang lebih tua tidak terpengaruh".

Akun Facebook Bang Qodir bahkan lebih keras menanggapi, "Ini menunjukkan kualitas bangunan jaman now, yang semennya dirampok para pemborong proyek".

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia proyek infrastruktur dipenuhi mafia dan para koruptor. Kualitas bangunan baik gedung maupun jalan jauh dari apa yang disebut "standar".

Jalan yang baru saja diaspal hanya bertahan beberapa bulan untuk berubah menjadi kubangan. Bahkan beberapa ruas jalan di Kebumen sudah harus ditambal sana sini padahal belum diserahterimakan. Jalan Daendels yang menghubungkan Yogyakarta - Cilacap, depan baru ditambal belakangnya sudah buyar aspalnya.

Kualitas AMP (aspal) yang mirip pasir dicampur olie pasti akan hancur ketika diguyur hujan dan diinjak kendaraan besar. Sama seperti ketika komposisi adukan semen tidak standar, akan terkelupas ketika ada sedikit guncangan.

Kualitas bangunan infrastruktur yang memprihatinkan bukan hanya kecurangan pemborong proyek. Namun dampak dari lingkaran setan mafia proyek dan anggaran. Biaya non-teknis yang besar menjadi sebab sebuah proyek hanya menyisakan 40-60 % dari total pagu yang dianggarkan.

Lantas kemana larinya uang tersebut ?

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemenang proyek harus mengeluarkan sejumlah dana hingga 10% dimuka untuk dapat memenangkan lelang. Belum lagi alokasi untuk pejabat setempat, jatah preman yang mengatasnamakan organisasi pemuda, upeti untuk oknum aparat, amplop untuk membungkam oknum wartawan dan oknum aktivis LSM serta masih banyak belanja non-teknis lainnya.

Kondisi ini makin diperparah ketika oknum pengawas dan auditor yang juga bisa disuap. Jadilah lingkaran setan mafia proyek dan anggaran. Korbannya tentu kualitas bangunan yang jauh dari standar mutu, seperti yang terlihat pada rumah sakit di Banyumas.

Uang negara dirampok dan dikorup oleh rakyatnya sendiri. Inilah istimewanya kejahatan korupsi, dimana korbannya tidak merasa dirugikan. Karena korupsi adalah pencurian uang rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemborong, pejabat, oknum aparat, oknum wartawan, oknum LSM dan pemuda adalah rakyat yang merampok uangnya rakyat. Luar biasa !

Menurut saya, koruptor bukanlah penjahat, namun lebih tepat disebut sebagai orang yang sakit. Sakit jiwanya, sakit mentalnya dan sakit nalarnya. Mengapa para koruptor lebih layak disebut sebagai orang sakit ?

Para koruptor ini berpenampilan tidak selayaknya seperti penjahat yang bertato dengan codet di pipi, wajah seram dengan kumis melintang.  Mereka nampak rapi dan klimis dengan jas dan dasi yang keren, namun hatinya busuk. Bahkan kadang mereka selalu menasihati untuk menjauhi korupsi, katakan tidak pada korupsi, mengingatkan anak buahnya untuk jujur. Padahal mereka meraih jabatan dengan cara menyuap dan menjadi rajanya koruptor.

Saking sakitnya para koruptor ini, ketika ketahuan dan ditangkap bukannya menyesal dan bertobat tapi masih melawan dan mengelak sambil cengengesan melambaikan tangan di hadapan kamera wartawan. Benar-benar orang yang sakit jiwanya !

Kebumen, 16 Desember 2017
Arief Luqman El Hakiem
Pemerhati Kebijakan Publik dan Pegiat Media

Jumat, 08 Desember 2017

Anies Baswedan ; Donald Trump Rusak Tatanan dan Langgar Kesepakatan

Mata dunia kini tengah menyoroti babak baru konflik antara Israel dan Palestina.

Persoalan ini berawal dari pernyataan Presiden Amerika Serikat , Donald Trump , terkait pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel .

Bukan cuma itu , Trump pun berencana memindahkan Kedutaan Besar AS untuk Israel ke Yerusalem .
Tak pelak, pernyataan kontroversial Trump tersebut menyita perhatian sejumlah pihak , terutama dari pihak Palestina maupun para Kepala Negara di dunia .

Banyak kepala negara yang mengecam pernyataan Trump yang dinilai melangkahi wewenang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Gara- gara pernyataan Trump , bara antara Israel dan Palestina kembali menyala , konflik baru tercipta di kedua wilayah tersebut.

Indonesia , lewat pernyataan Presiden Joko Widodo , menyatakan ketegasannya mengecam pernyataan Trump dan berada di belakang Palestina.

Bukan cuma Jokowi , Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun melontarkan pendapatnya terkait pernyataan Trump.

Anies mengecamnya. Hal itu diekspresikan lewat akun jejaring sosial Instagram miliknya , @ aniesbaswedan.

Berikut statusnya :

Dunia terperangah . Shocked !
Langkah Presiden Trump yang menyatakan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel telah merusak tatanan dan melanggar semua kesepakatan yang pernah ada.

Kita mendukung pernyataan tegas Presiden @ Jokowi dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam mengecam keras langkah Presiden Trump , menunjukkan bahayanya langkah tersebut bagi stabilitas keamanan Timur Tengah dan dunia.

Masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan. Telah ditegaskan pula sikap bangsa Indonesia terhadap kemerdekaan.

Bahkan dalam ASIAN GAMES 1962, Presiden Soekarno menolak keikutsertaan Israel . Kita wajib menjaga ketegasan ini !

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa . Perjuangan untuk merdeka sesungguhnya memang jalan yang panjang dan mendaki.

Setiap kejadian seperti ini adalah pompa bagi perjuangan.

Doa dan dukungan kita bagi perjuangan dan bagi kemerdekaan rakyat Palestina.

Doa bagi ibu- ibu di Palestina untuk terus melahirkan pejuang, doa bagi keluarga - keluarga di Palestina utk terus membesarkan pejuang , dan doa untuk dunia agar tetap berdiri tegak di sisi keadilan : Kemerdekaan Palestina!

Selain menulis status, Anies juga memajang fotonya tengah berpose membaca surat kabar dengan headline berjudul ‘ Kami Bersama Palestina’.

Bukan cuma itu , Anies pun tampak mengenakan syal dengan corak bendera Palestina.

Status Anies Baswedan ini menuai dukungan dari para follower - nya .
Gara- gara status Anies , amarah netizen berkobar untuk Trump dan klaimnya terkait Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel .

Berikut komentarnya :

vinakurnia95: Indonesia bersama Palestina

chiecitrasafitri : # kamibersamapalestina . Allahuakbar
mexs _ leon : ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR

yudhapwrtm: # SavePalestine
asepcawww : semoga aja kecaman pemerintah terhadap AS benar . ada kabar dr dubes AS katanya sebelum Donald trump mengeluarkan pernyataan tsb sebelumnya AS telah meminta dukungan dr negara mitra dan sekutunya termasuk indonesia.
indrafahrisaputraInshaa : Allah pak !anda menjaga kehormatan ummat islam!maka Allah swt akan menjaga kehormatan anda pak !inshaaAllah …
omaaudi : Aamiin YRA , … Amerika biasa AROGAN , semoga semua Negara di DUNIA INI BERSATU MELAWAN “ TRUMP ” , … . APA iya AMERIKA . mau hidup sendiri , … . MODAR DIA , KALAU MAU HIDUP SENDIRI tanpa MENGINDAHKN TATANAN DUNIA

irfan _ musthofaa : Mantap pak . . Kami bersama anda . Jerussalem , , palestina , & INDONESIA . selalu bersama , , klo Smua nya Nge Boikot Amerika , , dia juga gk Akan Bisa Apa 2 . Trump Arogann !!

kanjengtumenggung 212 : Setuju Pak Anies . Insya Allah Palestina akan bebas dan merdeka … Semoga pak anies selalu diberi keberkahan dari Allah SWT. Allahu Akbar! @ aniesbaswedan

Sumber : pasukancyber.com

Minggu, 03 Desember 2017

SENANDUNG JIHAD 212

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh

Saya menantang kepada siapapun yang masih nyinyir dan menebar hoax serta fitnah, juga yang merasa memiliki massa, memiliki harta dan kekuasaan...

Jika kalian masih ragu, datangkanlah padaku kumpulan massa yang serupa dengan ABI (Aksi Bela Islam) 411, Aksi Super Damai 212, Aksi Super Super Damai 112, dan yang terakhir AKSI TASYAKURAN REUNI ABI 212 (2 Desember 2017.

Kemudian hadirkan saksi obyektif untuk menilai dari sisi ;

Jumlahnya...
Tertibnya...
Bersihnya...
Khidmatnya...
Keajaibannya...
Penggembosannya...
Sabotasenya...
Fitnahnya...

Jika kalian tidak mampu, dan pasti tak kan mampu, maka lihatlah. Setelah melihat semuanya, lantas ;

Siapa yang makar...?
Siapa yang anti kebhinekaan...?
Siapa yang melecehkan Pancasila...?
Siapa yang merongrong NKRI...?
Siapa yang radikal...?

Ini semua tidak ada hubungannya dengan Pancasila dan NKRI, apalagi Ahok. Itu semua sudah selesai. Jangan ajari umat Islam soal Pancasila dan NKRI, kami sudah _khatam_ soal itu. Ini masalah agama dan keimanan, masalah kedaulatan dan persatuan.

Makin dihalang-halangi, makin besar semangat kami. Makin ditekan, makin kuat energi kami.

Apakah kalian ​lupa dengan Hukum Fisika (air & pegas), "Makin besar dan dalam tekanan yang diberikan makin kuat daya tolak dan perlawanan".

Buktikan dengan anak panah, makin kuat ditarik, makin kencang dan jauh meluncurnya menuju sasaran.

Kami selalu ingat kisah Ibrahim AS yg diperintah Allah SWT untuk menyeru manusia menunaikan ibadah haji. Begitulah kami, cukup dengan seruan Bela Islam, maka berduyun-duyun lah manusia dari penjuru Nusantara.

Ada yang datang melalui darat, udara, lautan, bahkan ada yang mendatangi sambil tertatih-tatih untuk memenuhi seruan ini. Tak ada gunung terlalu tinggi, tak ada lautan terlalu dalam, tak ada penghalang sanggup menahan.

Jangan remehkan umat yang santun dan bersahaja, ketika aqidahnya terganggu. Jangankan penguasa yang tiran, gunung Uhud pun akan diluluhlantakkann.

Ketika seruan jihad memanggil, kilatan pedang terlihat laksana lambaian tangan bidadari. Desingan peluru nampak seperti rintik hujan yang tak mengganggu.

Kami adalah pasukan. Tersatukan oleh satu (Allah azza wajalla), terpisahkan oleh nol (kematian). Bagi kami kematian bukan sesuatu yang menakutkan. Bagi kami kematian adalah gerbang kebahagiaan dan keabadian.

Allahu Akbar... Allahu Akbar... Allahu Akbar...!!!

Al faqir yang dhoif
Arief Luqman El Hakiem
Alumni Aksi 411, Aksi 212

Sabtu, 02 Desember 2017

SINDIRAN UNTUK MEREKA YANG TIDAK SUKA SOAL REUNIAN 212

REUNI 212 ADA PIHAK YANG KETAKUTAN TAPI ENTAH APA YANG DI TAKUTI

Saya sempat ke lokasi REUNI 212 & MAULID NABI MUHAMMAD SAW. Walau hanya beberapa menit, saya balik dan mengikutinya lewat media sosial.

Beberapa media yang memuat berlangsungnya reunian tersebut dengan beberapa opini yang membuat saya mesti menangis karena alasan akibat reunian ada kecemasan para pengguna jalan & transportasi umum akibat macet efek dari reunian tersebut.

Opini ini saya anggap sangat berbobot hingga tak layak di baca, hihihi sang penulis opini ini berhalusinasi andai jika,  memperingati maulid nabi sehingga menyebabkan kemacetan dan jika saat ini kanjeng nabi masih hidup dia akan marah karena ulah dari memperingati hari kelahirannya akhirnya mengganggu pengguna jalan. Wouw media sebesar CNN kok mengekspos opini secerdas anak ku yang berusia 6 tahun.

Saya juga pernah berjumpah Nabi Isa Al-Masih , marah akibat macet di sekitaran lokasi yang sama tak jauh dari lokasi reunian dan maulid nabi tersebut, karena banyaknya orang yang datang beribadah dan natalan memperingati hari lahirnya, bahkan Bung Karno juga protes akibat perayaan HUT-RI sehingga beberapa akses jalan di sekitaran lokasi tersebut-pun di tutup karena adanya perayaan HUT Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

" Semoga sang penulis cerdas, yang membuat kami ikut angkat jempol ini bisa terus belajar lagi".

Loh Kok Reunian untuk apa, Ahok Sudah Dipenjarakan, Inikan Aksi Bela Surat Al-maidah 51 Bukan Dengan Niat Politik Kenapa Ngumpul Lagi ?

Bukankah Soekarno dan Muhammad Hatta sudah gak ada. Indonesia sudah merdeka kenapa ngumpul lagi di tanggal 17 Agustus ?

Pancasila juga sudah disahkan kok sebagai dasar konstitusi sejak 1 Juni puluhan tahun silam, begitupun sumpah pemuda, kok kenapa harus terus di peringati?

Itu Soeharto sudah lengser kok bahkan beliau sudah almarhum kenapa embel embel 1998 masih menajadi remember memory sebagian orang saat ini ?
Saya rasa pertanyaan di atas dengan kalimat di bawah ini mungkin sesinonim.

Reunian Tidak Jauh Jauh Dari Politik

Ehhhmmm tidak ada undang undang sah secara regulasi melarang umat islam berpolitik kok, tapi institusi yang bapak pimpin kan ada larangan untuk berpolitik jika bapak mempolitisir suasana itukan menabrak aturan pak. _UU Polri No 2/2002. Di dalam UU TNI No 34/2004, Pasal 39 Ayat 2_

" Harus Di perjelas Tujuan Dari Reunian Alumni 212 "

Ia pak. Kami rasa pak juga mengerti bahwa apa itu reunian kok, eh pak kok dukung kelompok maksiat itu LGBT untuk apa pak ?

"Tak Perlu Reuni Seperti Sekolah "

Perlukah kita ajari apa itu REUNI ya biar gak gagal faham ya ?
Reuni..

Reuni itu berasal dari 2  bahasa Inggris yang terdiri dari suku kata, “Re” yang artinya kembali dan “Uni” yang artinya bersatu. Jadi jika digabung maka bisa diartikan. “Kembali Bersatu” Tujuannya adalah berkumpulnya kembali dengan teman, rekan, saudara, bahkan keluarga yang mungkin sudah lama tidak bertemu.

Dari pengertian ini saya rasa
masih wajar para pejuang 212 yang berasal dari seantero jagad nusantara ini yang sudah setahun lama berpisah untuk kembali berkumpul lagi, apakah salah ?

Atau apakah salah jika bagian besar dari keluarga 212 ingin bersatu itu juga salah ?

Tolonglah pak kasihlah komentar yang mendidik pak.

HORMAT KAMI
ALUMNI 212
Sandri Rumanama
(Aktivis GMNI, Penulis & Pengamat Sosial Politik)

Kamis, 30 November 2017

Sandiwara Penyanderaan di Papua dan Transformasi dari OPM menjadi KKB

Pertengahan November lalu publik dikejutkan oleh pernyataan aparat polisi soal situasi penyanderaan di lokasi pertambangan ilegal di Tembagapura, Mimika, Papua.

Jumlah sandera mencapai seribuan, menurut klaim polisi. Yang disandera adalah warga pendatang dan tempatan. Penyandera adalah kelompok separatis Papua Merdeka. Pemberitaannya, pada saat itu, akhirnya bergantung dari pernyataan polisi dan pernyataan kelompok separatis. Sukarnya akses ke Mimika membuat peristiwa tersebut masih kelabu.

Wartawan Republika Mas Alamil Huda di Timika dan Fitriyan Zamzami berkesempatan menggali kejadian itu, sejak pekan lalu.

Berikut tulisannya.

REPUBLIKA.CO.ID, MIMIKA -- Di kaki pegunungan Jayawijaya, Papua, ada sebuah danau. Wanagon dia punya nama. Airnya dahulu jernih, bersumber dari lelehan salju di puncak gunung.

Bagi suku Amungme yang bermukim di sekitar lokasi itu, Wanagon juga semacam tempat keramat. Danau ini adalah titik berkumpulnya arwah para leluhur. Arwah-arwah tersebut nantinya membalas kebaikan alam dengan membawa kelestarian dan keberkahan bagi warga Amungme melalui aliran sungai-sungai besar, salah satunya Aijkwa.

Sungai-sungai besar itu kemudian bercabang lagi menjadi sejumlah kali. Di Distrik Tembagapura, membelah Kampung Utikini, Kampung Kimbely, dan Kampung Banti, Aijkwa bercabang menjadi Kali Kabur yang mengular sepanjang lima kilometer.

Sudah sejak lama, yang mengalir dari Wanagon bukan lagi air jernih. Ini karena limbah bekas pengayakan bebatuan di pertambangan PT Freeport Indonesia di Grasberg menimbun danau tersebut.

Wanagon kini jadi salah satu danau paling kritis di Indonesia.
Residu pertambangan yang menimbun itu kemudian ikut mengalir ke sungai-sungai di bawahnya. Termasuk ke Kali Kabur yang bentangan awalnya bermula dari Mile 37 dari pusat pertambangan di Tembagapura hingga Banti.

Masyarakat Mimika menamai wilayah Utikini-Kimbely-Banti dengan sebutan ‘Atas’. Ini berkaitan dengan kondisi geografis dua daerah tersebut. Dua kampung itu membelah bukit-bukit dan dataran tinggi. Ketika warga berpelesiran ke tengah Kota Mimika, mereka disebut sedang ‘turun ke Bawah’.

Terlepas posisi itu, Utikini-Kimbely-Banti bukan wilayah yang sepi betul, terlebih di tepian Kali Kabur. Limbah tambang dari PT Freeport yang masih mengandung sekutip emas mengundang penambang ilegal ke lokasi tersebut tak lama selepas Reformasi pada 1998.

Demam emas dari limbah tambang itu membuat warga dari luar Papua memepaki tepian sungai dan kali di Mimika, termasuk Kali Kabur. Mereka mendulang emas dari kali yang airnya kini kerap tak lebih dari satu meter. Kegiatan ilegal itu, meski berkali-kali sempat ditertibkan, akhirnya menciptakan ekosistem tersendiri.

Banyak warga pendatang tak hanya mendulang emas. Beberapa lainnya berjualan. Mereka berdagang bahan makanan dan bahan pokok lainnya guna kebutuhan pendulang.

Tempat dagangan atau kios-kios ini berdiri di sepanjang jalan di Kampung Banti dan Kimbely di tepi Kali Kabur. Berjejeran dengan tenda-tenda sederhana para pendulang.
Kegiatan mendulang tersebut juga akhirnya dicontoh warga lokal. Etty Waker (29 tahun) seorang warga Kimbely, salah satunya. Lelaki suku Amungme itu menuturkan, ia biasa mencari emas bersebelahan dengan warga pendatang dari Sulawesi dan Jawa di Kali Kabur.

Menurut dia, selama ini jarang ada perselisihan di antara mereka. “Kita ini masyarakat biasa-biasa saja. Kita ini mereka punya saudara,” kata Etty saat ditemui Republika di Mimika, pekan lalu.

Hal serupa disampaikan Obaja Lawame (30 tahun). Ketika ditanyai soal hubungan mereka dengan pendatang, ia lekas menyela. “Tidak-tidak, mereka tinggal dengan kita. Mereka kita punya saudara,” katanya di Gedung Graha Eme Neme Yauware, Mimika.

Lelaki yang juga tokoh masyarakat di Kimbely ini mengatakan, selama beberapa tahun terakhir sejak para pendatang ke kampung halamannya, kehidupan bermasyarakat di antara mereka terjalin cukup baik. Mereka saling mengisi kebutuhan satu sama lain.

Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) di Mimika, Imam Pradjono, menuturkan, ada 90 warga suku Jawa yang mencari nafkah di dua kampung tersebut. Sebagian besar pendulang, beberapa lainnya berjualan.

“Kita bukan orang baru di sana, sudah cukup lama. Ada yang satu tahun, ada yang lebih dari lima tahun. Mereka ini bersahabat, keluarga kita yang pendatang dengan masyarakat putra daerah yang di Banti dan Kimbely itu keluarga, berbaur. Dengan orang Toraja dan sebagainya juga,” kata dia kepada Republika di Mimika.

Hingga kemudian terjadi insiden pada 21 Oktober 2017. Aparat kepolisian yang sedang berpatroli ditembaki saat melintas di Bukit Sanger, Kampung Utikini. Dua anggota Brimob terluka.

Penembakan kembali terjadi keesokan harinya di lokasi yang sama. Kali ini, baku tembak mengakibatkan anggota Brimob Yon B Mimika bernama Briptu Berry Permana Putra kemudian gugur. Empat anggota Brimob yang mengevakuasi Briptu Berry juga menjadi korban luka.

Pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengklaim sebagai dalang penembakan tersebut. Bukan itu saja, mereka juga menjanjikan akan meningkatkan penyerangan di wilayah Tembagapura dengan dalih merongrong keberadaan PT Freeport serta sebagai upaya pembebasan Papua dari NKRI.

Sayap militer OPM tersebut sudah sejak lama beroperasi di pegunungan tengah Papua. Pada 2014-2015, serangan-serangan kian terkonsentrasi di wilayah pedalaman sekitar areal tambang PT Freeport. Kepolisian melansir, selain sejumlah pasukan tewas dari kedua sisi, sebanyak 32 senjata api juga dirampas kelompok bersenjata dari pihak kepolisian pada periode itu.

Komandan Operasi TPNPB-OPM III Timika, Hendrik Wanmang, menyatakan dalam pernyataan resmi, mereka telah menyepakati pada 21 Oktober 2017 untuk membalas perlakuan aparat keamanan Indonesia atas warga Papua. Wanmang jadi salah satu yang menandatangani kesepakatan itu.

Bersamaan itu pula, Imam Pradjono mengklaim, ia kerap mendapat laporan via telepon dari warga Jawa yang berada di Banti dan Kimbely bahwa mereka disatroni kelompok bersenjata. “Kemudian orang Jawa ada yang sempat kena pukul, dompet dirampas, uang diambil, HP diambil dengan tujuan agar tidak bisa komunikasi dengan dunia luar,” ujar Imam.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom tak menampik ada perampasan telepon genggam. Menurut dia, tentara-tentara TPNPB-OPM menyita sementara telepon genggam itu agar para pendulang emas tak menghubungi kepolisian soal keberadaan pasukan mereka.
Terlebih, mereka mendengar kabar bahwa pendulang dari luar disusupi aparat keamanan. “Kami kumpulkan semua HP dan harta sementara saja,” ujarnya kepada Republika via sambungan telepon.

Bagaimanapun, situasi terus memanas. Muncul isu adanya pemerkosaan terhadap seorang perempuan warga pendatang. Pada Sabtu (4/11) hingga Ahad (5/11), terjadi pembakaran terhadap kios-kios warga yang berada di seputaran asrama Polsek Tembagapura di Mile 68.

Tenda-tenda rumah darurat para pendulang emas di pinggiran Kali Kabur, juga dibakar. Polsek Tembagapura, sekira 500 meter dari Utikini-Kimbely-Banti ditembaki. Bendera Bintang Kejora berkibar di salah satu bukit di Banti.

Suasana mencekam di Tembagapura dan sekitar lokasi tambang. Saling buru antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata lalu menjadikan akses utama menuju Utikini-Kimbely-Banti tertutup. Bahan makanan tidak bisa masuk. Warga tempatan tak berani keluar.

Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar menyatakan, pada 11 November 2017, Utikini-Kimbely-Banti telah dikuasai kelompok bersenjata. Sekitar 1.300 warga, menurut kepolisian, disandera kelompok bersenjata yang berkekuatan sekitar 100 petempur dibekali 35 senjata api.

Namun, benarkah ada penyanderaan saat itu?

‘Mereka Kita Amankan’ Raut-raut wajah menampakkan ketegangan dan kelelahan begitu turun dari bus. Sejumlah 344 jiwa, mulai dewasa, perempuan, hingga anak-anak kala itu diangkut dengan 10 bus milik PT Freeport Indonesia dari Kampung Banti dan Kimbely.

Ratusan warga yang dievakuasi Satgas Terpadu TNI-Polri pada Jumat (17/11) itu nyaris seluruhnya pendatang. Mereka gabungan dari banyak suku, mulai Jawa, Toraja, hingga Batak dan beberapa lainnya. Hanya seorang pria dan delapan anak-anak asli Papua dalam rombongan itu.

Tak sampai sepekan di Timika, pusat Kota Mimika, mereka langsung dipulangkan ke daerah masing-masing. Kepolisian dan TNI mengklaim, ratusan warga pendatang itu dibebaskan dari penyanderaan oleh kelompok kriminal bersenjata alias KKB.
Namun, ada versi lain yang didapat Republika dari warga tempatan.

“Sandera-sandera itu tipu-tipu,” kata Soli Alom kepada Republika di Graha Eme Neme Yauware, Timika, akhir pekan lalu. Lelaki 28 tahun itu terus mengunyah buah pinang dan kapur sirih sepanjang berbicara dengan Republika .

Soli mengernyitkan dahi mengingat-ingat, warga pendatang yang sebagian berdagang bahan makanan dengan mendirikan kios-kios di tepian jalanan kampung terus menerima ancaman sejak pertengahan bulan lalu. Beberapa melaporkan ada perampasan bahan makanan, uang, hingga telepon genggam. “Mereka takut terus lari ke kita (warga lokal). Mereka juga kita punya saudara,” kata Soli.

Tak jauh dari Soli berdiri, Obaja Lawame ikut menimpali. Warga Kimbely ini menyebut, krisis di Kimbely-Banti dimulai dari kontak senjata aparat TNI-Polri dengan kelompok bersenjata sejak 8 Oktober.

Praktis sejak saat itu, menurut dia, akses utama menuju kampung di sana terblokir. Pedagang tidak bisa mendapat bahan makanan dari “bawah”, sebutan untuk Distrik Timika, dan warga terisolasi tidak bisa ke mana-mana.

Warga bertahan dengan makanan yang tersisa. Pada 22 Oktober, lelaki yang ditokohkan di Kimbely ini mendapat kabar ada anggota Brimob bernama Briptu Berry Permana Putra gugur tertembak.

Sejak saat itulah, menurut dia, keadaan kian tak aman dan semua warga pendatang diajak untuk tinggal bersama warga lokal demi alasan keamanan. “Kita kumpulkan jadi satu tempat, tapi bukan disandera. Kita kasihan mereka, makanya kita amankan di kita punya rumah sambil kita tunggu jalan buka,” ujar Obaja.

Dia mengatakan, situasi itu terus terjadi hingga beberapa pekan selanjutnya. Persediaan makanan kian menipis sehingga mereka harus bertahan berpekan-pekan dalam keterbatasan.

Obaja juga mengiyakan kelompok bersenjata merampas barang dagangan masyarakat di kios, uang, hingga emas hasil pendulangan yang belum dijual. Sebagian warga pendatang, menurut dia, tinggal di daerah yang kerap disebut Longsoran di tepi Kali Kabur. Sementara perkampungan warga tempatan agak masuk ke dataran yang lebih tinggi.

“Orang-orang ini, mereka punya tempat jualan itu, jualan itu di pinggir jalan. Jadi orang OPM naik turun itu selalu ganggu-ganggu. Mereka naik turun ada orang kios dipukul, ditodong, jadi mereka (pendatang) takut. Jadi 300 berapa orang itu kita tampung di rumah kita di dalam,” kata Obaja lebih lanjut.

Ketua majelis gereja di Kimbely, Natanbagai (35 tahun) menekankan, yang terjadi adalah warga asli di Kimbely-Banti ikut mengamankan para pendatang dari gangguan kelompok bersenjata. Selama beberapa pekan dalam situasi yang tidak kondusif, menurut dia, para pendatang bisa merasa cukup aman.

Situasi jadi pelik saat kios-kios warga yang berada di seputaran asrama Polsek di Mile 68, Tembagapura, dibakar. Beberapa kios yang sudah tak berpenghuni dibakar pada Ahad (5/11) dini hari.

“Kalau tidak bawa ini semua bahaya, (persediaan) makanan habis. Masyarakat minta turun karena ada kontak senjata dan bahan makanan habis,” ujar Natanbagai.

Kisah lain pula muncul dari sisi para pendatang. Salah satunya, Desi Rante Tampang (33). Wanita asal Toraja, Sulawesi Selatan, itu mengklaim telah berjualan kelontong di areal pendulangan emas sejak 2014. "Puji syukur kepada Tuhan karena kami sudah berada di tempat yang aman sehingga tidak lagi ketakutan dan terintimidasi," kata Desi setelah dievakuasi pada Jumat (17/11) seperti dilansir Antara .

Ia mengatakan, selama sebulan di “Atas”, kelompok bersenjata senantiasa berpatroli dari rumah ke rumah dengan membawa senjata api dan senjata tajam. Ibu tiga anak itu menuturkan, wajah para anggota kelompok bersenjata tak bisa dikenali karena dilumuri cat hitam.

"Bila malam tiba kami semua dikumpulkan di satu rumah dan bila siang kami kembali ke rumah masing- masing. Bila mereka datang, kami langsung masuk ke dalam ruangan atau kamar karena takut," kata Desi.

Versi Polda Papua, tak hanya intimidasi, warga pendatang juga mendapatkan pelecehan seksual. Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal menuturkan, warga yang mengalami pelecehan seksual oleh KKB di area Longsoran sebanyak lima perempuan atas nama EK, T, HY, D, dan L. Sementara korban kekerasan seksual di kampung Kimbely atas nama R, MM, LL, S, RK, I, dan ML.

Data warga yang dianiaya dan ditodong dengan senjata api sebanyak 19 orang. Warga yang dirampas telepon genggamnya sebanyak 74 orang dengan jumlah barang bukti 200 unit telepon.

Total uang yang dirampas kelompok bersenjata senilai Rp 107,5 juta. Jumlah paling kecil yang dirampas senilai Rp 500 ribu milik pendatang berinisial P, dan yang paling besar Rp 30 juta miik pendatang berinisial B. Sedangkan total emas yang dirampas seberat 254,4 gram. Yang paling ringan, milik YP seberat 5,4 gram, dan paling banyak milik YM seberat 100 gram.

Situasi yang lebih kompleks disampaikan Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) di Mimika, Imam Pradjono. Dalam tamsil, ia mengatakan, ada sentimen tertentu juga di warga lokal Kimbely dan Banti.

Sejumlah saksi mata juga mengatakan, simpatisan Papua merdeka tak sekadar 20-an orang seperti yang diklaim kepolisian. Jumlahnya ratusan dan sebagian berbaur dengan warga lokal.

“Orang-orang yang di seberang sana, yang sehati, tapi berseberangan pandangan itu menyandera orang kita,” ujar dia kepada Republika . Menurut dia, nyaris sebulan penuh warga pendatang tak boleh bekerja. Tak boleh keluar dari perimeter yang ditetapkan kelompok bersenjata di Kimbely-Banti.

Komandan Operasi TPNPB-OPM III Timika, Hendrik Wanmang mengklaim, yang mereka lakukan hanyalah menjaga agar warga Kimbely-Banti tak masuk dalam wilayah tempur dengan TNI-Polri. Pihak TPNPB-OPM juga menyatakan, kios-kios yang disatroni juga milik mereka yang terindikasi bekerja sama dengan TNI-Polri. Menurut mereka, tak ada pemerkosaan.

Bagaimanapun, pada Jumat (17/11), pihak TNI-Polri merasa cukup. Operasi penyerbuan digelar. Operasi yang kemudian memunculkan versi berbeda pula.

Misteri Dua Jenazah di Bukit Kimbely

Pernak-pernik khas suku-suku di pegunungan Papua menggantung di leher Kamaniel Waker. Mulai dari taring babi hutan hingga tas rajut kecil menghiasi dada pria berumur 49 tahun itu. Ia ditemui Republika ketika tengah mengordinasi para pengungsi di Graha Eme Neme Yauware, Distrik Timika, Mimika, pekan lalu.

Tangannya liat dan berotot sewarna kayu jati, genggamannya keras saat bersalaman. Sorot matanya yang tajam, jenggot lebat di wajah, memunculkan kesan tegas. Namun, ketika diajak berbinjang, keramahannya muncul. Ia beberapa kali tertawa di sela-sela pembicaraan.

“Kalau mereka lapar, saya lapar. Kalau mereka mati, saya mati.” Kamaniel mengingat bagaimana ia harus terus mengulangi kata-kata itu di hadapan saudara-saudara satu sukunya yang telah menggabungkan diri dengan TPNPB-OPM.

Ada keponakannya dan sepupu di antara mereka. Ayub Waker yang disebut memimpin para petempur TPNPB-OPM di Mimika, kata Kamaniel, adalah pamannya.
Sambil pasang badan, Kamaniel mengatakan, ia harus dibunuh dulu sebelum para pendatang beretnis Jawa, Toraja, Buton, Bugis, dan Batak, yang ia lindungi di Kampung Kimbely dan Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Mimika, dihabisi kelompok bersenjata.

“Lebih saya mati sama kamu orang, dari pada sama orang lain,” kata Kamaniel kepada kelompok bersenjata. Ia berupaya meyakinkan petempur-petempur TPNPB-OPM, para pendulang emas ilegal tersebut warga biasa. “Mereka kamu orang punya masyarakat, tentara (Indonesia) punya masyarakat.”
Baku buru antara TNI-Polri dengan kelompok bersenjata TPNPB-OPM telah membuatnya dalam posisi sulit sejak pertangahan Oktober lalu. Sebagai kepala suku umum yang melingkupi suku-suku di Mimika, ia wajib melindungi puaknya.

Kamaniel juga merasa berkewajiban melindungi warga pendatang pendulang emas di Kali Kabur yang belakangan kerap diganggu kelompok bersenjata.

Ia meyakini, perang semestinya hanya antara para petempur dari kedua sisi. Warga sipil tak boleh diganggu. Kamaniel mengklaim sempat dicap pengkhianat oleh anggota kelompok bersenjata terkait sikap itu. “Dia orang tembak saya empat kali,” kata Kamaniel kepada Republika .

Kemudian datang pagi hari itu. Pada Jumat (17/11), pukul 07.00 WIT, pasukan TNI memasuki desanya saat anggota TPNPB-OPM yang berjaga-jaga di pintu masuk menuju Utikini dan di dalam Kimbely-Banti mundur ke pos-pos mereka di bukit-bukit yang mengitari kampung.

“Mereka (TNI) kasih tahu masyarakat tidak boleh lari dan harus pasang Merah-Putih,” kata Kamaniel. Pukul 08.00 WIT, kata Kamaniel, sekitar 300 warga pendatang diminta keluar dari rumah-rumah di Kimbely. Warga lokal juga dikumpulkan di lapangan kampung.

Sementara itu, serangan dilancarkan. Kamaniel bersaksi, tentara melepaskan tembakan dengan senjata api ke arah gunung-gunung hingga sekitar pukul 09.00 WIT. “Mereka juga tembak bom pakai meriam,” kata Kamaniel.

Ketakutan, warga kampung tetap di posisi mereka hingga serangan selesai. Aparat kemudian menguasai lokasi sekitar pukul 11.00 WIT. Sebanyak 335 warga non-Papua di Kimbely-Banti beserta satu pria dan delapan anak Papua lalu dievakuasi berjalan kaki keluar kampung dan dijemput menggunakan sejumlah bus di Polsek Tembagapura.

Versi resmi dari Komando Daerah Militer (Kodam) XVII/Cendrawasih, sekira lima hari sebelum evakuasi 13 personel Kopassus dan 10 personel Kostrad sudah mengintai lokasi. Hadir juga Peleton Intai Tempur Kostrad bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi yang masing-masing berkekuatan 10 personel.

Mereka mengendap dan memantau pergerakan kelompok bersenjata yang disebut membaur dengan warga lokal. Pada Jumat (17/11) pagi, saat anggota kelompok bersenjata naik ke pos masing-masing di bukit, tentara merangsek masuk ke Kimbely dan Banti sembari menghalau kelompok bersenjata dengan tembakan-tembakan.

Sehari setelah evakuasi, aparat kemudian melakukan penyisiran. Dua jenazah di temukan di gunung-gunung yang ditembaki sehari sebelumnya. “Ada dua orang mati ditembak pakai bom,” kata seorang warga Kimbely, Soli Alom (28 tahun), kepada Republika di Timika, pekan lalu.

Pihak Kodam XVII/Cendrawasih mengklaim keduanya anggota kelompok kriminal bersenjata. "Satu orang menggunakan kaos loreng TNI celana hitam sampai lutut, pakai sepatu boot , dan ikat kepala Bintang Kejora. Yang satu lagi, celana selutut tanpa baju, sepatu boot karet, noken Bintang Kejora," tutur Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Letnan Kolonel Infantri M Aidi.

Sedangkan Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom berkeras, keduanya adalah warga sipil. “Kami mengklarifikasi bahwa mereka adalah warga sipil yang berada di Kimbely. Itu adalah pelanggaran HAM dan Indonesia harus bertanggungjawab,” ujar Sambom dalam pernyataan resmi, pekan lalu.

Menurut Kamaniel, kenyataannya berada di tengah-tengah. Salah satu yang tewas, seingat Kamaniel, adalah Ilame Waker. Ia berusia sekitar 20 tahun. “Dia
bapak ade (paman) punya anak,” kata Kamaniel. Menurutnya, Ilame memang petempur TPNPB-OPM. “Dia pegang senjata.”

Lain halnya dengan korban lainnya, Berina Waker yang seumuran dengan Ilame. Seperti Ilame, Berina juga sepupu Kamaniel. Ia menuturkan, Berina sedianya seorang pendulang emas yang kerap bekerja bersisian dengan para pendatang.

Saat krisis di Kimbely-Banti, Berina beberapa kali naik ke bukit-bukit menemui saudara-saudara anggota kelompok bersenjata. Saat terjadi penyerangan dan evakuasi warga oleh TNI, Berina kebetulan berada di lokasi yang jadi sasaran tembak. “Dia tidak bisa turun.”

Pihak TNI mengklaim, kedua jenazah kemudian diserahkan ke suku mereka untuk dibakar sesuai adat tempatan. Sedangkan menurut Kamaniel, bukan karena ritual jenazah mereka dibakar. “Kulit sudah terkupas semua, tulangnya kelihatan,” kata Kamaniel merujuk kondisi jenazah.

Selepas penemuan jenazah itu, perburuan kelompok bersenjata masih terus dilakukan. Suara-suara tembakan masih kerap terdengar dari Kimbely dan Banti. Tak mau ambil resiko, Kamaniel merayu sekitar 800-an warganya turun mengungsi ke Timika, pusat kota Mimika.

”Babi sama kebun kita tinggal semua,” ujarnya. Meski begitu, ada sebagian yang tak hendak turun dengan dalih menjaga ternak.
Sebagian mengungsi di Graha Eme Neme Yauware, lainnya di ke Kampung Damai di Distrik Kwamki Narama. Mereka menempati Gereja GKII wilayah II Pegunungan Tengah Papua Jemaat Anugerah.

Kamaniel mengatakan, sebagian pengungsi yang tidak memiliki keluarga di Timika akan direlokasi ke lahan di Mile 32, Distrik Kuala Kencana. Situasi di atas yang tak menentu membuat Kamaniel merasa perlu adan tempat baru untuk penghidupan yang lebih layak dan keberlanjutan pendidikan anak-anak Banti, Kimbely, dan sekitarnya.

Namun tak semua warga suku membagi keinginan itu. Belum sepekan, pengungsi sudah merindukan dataran tinggi yang lebih sejuk. “Saya su (sudah) tidak kuat panas di sini,” kata Agustina, seorang warga Kimbely kepada Republika di halaman Gedung Eme Neme Yauware pekan lalu.

Kehidupan di Kampung Kimbely, kata perempuan Amungme berusia 40 tahun itu, adalah surga meski penuh kekurangan. Dia juga memikirkan kelanjutan pendidikan empat anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, yang juga ikut turun ke pengungsian.

Harapannya sederhana, agar kedamaian di kampungnya bisa dipulihkan kembali dengan cara sebaik-baiknya. “Tuhan kasih saya tempat ini (Kampung Kimbely). Tuhan yang kasih kau jaga saya punya gunung,” ujar dia.

Red: Fitriyan Zamzami

Jumat, 17 November 2017

SETYA NOVANTO DAN KETOLOLAN BANGSA KITA

Berbagai media, baik mainstream maupun medsos, memberitakan pemburuan Setya Novanto, ketua DPR Republik Indonesia, oleh KPK. Dari mulai KPK dan polisi yang mengejar SN ke rumahnya, sampai urusan pemburuan SN. Bahkan, sebuah LSM Anti Korupsi, MAKI, mengeluarkan sayembara hadiah 10 juta rupiah untuk informasi SN di mana berada. Dan juga LSM IPW meminta polisi menembak di tempat jika Novanto melawan polisi yang hendak menangkapnya.

Hiruk pikuk soal menghilangnya Novanto ini, didominasi caci maki dan kebencian yang amat dahsyat terhadap sosok SN, yang memang dalam perkara korupsi E-KTP ini berkali kali mampu mematahkan tuduhan KPK terhadap dirinya. Bahkan, SN sudah berkali kali pula sebelumnya menghadapi perkara perkara besar, mulai dari Cessie Bank Bali, "papa minta Saham", dan terakhir skandal E-KTP, yang merugikan negara triliunan rupiah.

Caci maki ini telah membuyarkan beberapa substansi persoalan Novanto ini dalam perspektif berbangsa. Yang jika kita tidak sensitif, maka sesungguhnya kita tidak menyentuh persoalan sesungguhnya.

Setidaknya ada 3 hal penting yang harus kita dalami dalam situasi ini. Pertama, Novanto bukanlah penjahat dalam pengertian hitam putih. Artinya, kita sulit menempatkan diri kita sebagai alat ukur yang sah untuk menilai Novanto sebagai penjahat, seperti yang kita lakukan terhadap maling, pencuri, pembunuh, pelacur dsb. Mengapa demikian? Karena Novanto dalam sistem sosial politik kita merupakan bagian dari sistem politik yang ada. Sistem politik ini adalah sebuah sistem yang memang permisif dan toleransi atas orang orang yang berkarakter seperti Novanto.

Novanto adalah tangan kanan Jokowi saat ini. Dia bekerja dalam simbiosis mutualisma dengan Jokowi, baik dalam mendukung Jokowi untuk kembali jadi presiden 2019, maupun dalam mengamankan DPR RI untuk memuluskan agenda rezim Jokowi di parlemen. Dulu Novanto adalah tangan kanan Prabowo Subianto pada pilpres 2014 lalu. Dia bekerja siang malam untuk memenangkan Prabowo jadi presiden.

Novanto adalah tangan kanan Jusuf Kalla ketika JK menjadi ketua umum Golkar beberapa tahun lalu. Novanto merupakan bendahara yang berfungsi mencari sumber sumber pembiayaan Partai dan politik JK.

Novanto adalah pendukung utama Ahok dalam pilkada DKI. Bersama Yorys Raweyai, Novanto menggalang konglomerat konglomerat berpawai "kebhinnekaan" untuk mendukung Ahok.

Dalam arus rakyat, Novanto adalah pemilik gelar GUS. Dia mendapatkan kartu anggota NU diberikan langsung oleh ketua Dewan Syuro dan ketua Tanfidziah NU, beberapa saat lalu. Bahkan dia melalukan safari politik ke pesantren pesantren.

Jadi, jejak Novanto selama 20 tahun belakangan ini, menunjukkan bahwa bangsa kita memang memproduksi elit elit nasional dengan karakter Novanto. Manusia dengan karakter minus intelektualitas, gemar korupsi, dan mempersepsikan kekuasaan sebagai alat pencari kekayaan.

Kedua, kasus Novanto yang berani melawan KPK ini sebenarnya terjadi ketika KPK sebagai institusi anti korupsi yang awalnya sangat didambakan, terjebak dalam arus politik kekuasaan. Novanto melakukan Pra Peradilan atas pentersangkaannya tentu karena ada preseden pra peradilan atas Budi Gunawan yang ditersangkakan kasus "rekening gendut" dan pentersangkaan Surya Dharma Ali.
Rakyat melihat berbagai kasus, baik di masa SBY, seperti "kasus Hambalang" maupun di masa Jokowi, kasus Sumber Waras dan "bus Transjakarta", terkesan ada pilih kasih dalam memilih tersangkanya.

Menurunnya kredibilitas KPK, tentu saja membuat Novanto dan pengikutnya di DPR berani melawan KPK secara terbuka tanpa malu dihadapan rakyat.

Ketiga, persoalan Novanto ini berimpit dengan sosoknya sebagai ketua DPR RI. DPR RI adalah simbol sistem konstitusi dan hukum di negara ini. Karena mereka memproduksi UU dan (bersama DPD) juga mengamandemen UU Dasar.

Sudah jelas bahwa Novanto menjabat DPR RI karena dukungan rezim yang berkuasa. Bahkan, sebelumnya dia ketua DPR yang sudah mundur karena dicurigai melakukan tindakan aib untuk menjual kekuasaannya dalam kasus "Papa Minta Saham" Freeport. Namun, rezim mendukung kembali Novanto mengambil alih kepemimpinan Golkar dan seklaigus DPR RI, dengan barter politik dukungan Golkar secara dini untuk Jokowi 2 periode.
Dengan posisinya sebagai ketua DPR, sekali lagi Novanto adalah simbol Rakyat Indonesia.

Dari tiga persoalan yang kita bahas di atas, muncul pertanyaan bagi kita: apakah kebencian yang muncul secara bombastis terhadap Novanto saat ini merupakan refleksi adanya keinginan rakyat untuk mendelegitimasi sistem sosial politik korup yang ada ataukah sekedar situasional dan temporer?

Pertanyaan ini penting untuk melihat tanggung jawab kita sebagai sebuah bangsa yang "civilized". Yang hari ini simbol rakyatnya dijadikan buronan dan disaksikan seluruh dunia. Jika rakyat menginginkan perubahan tentu delegitimasi atas sistem sosial yang ada harus diwujudkan dan gerakan rakyat harus menunjukkan kemarahan besar. Kemarahan besar harus merujuk pada keinginan menyingkirkan sistem sosial politik busuk yang mengkooptasi bangsa ini. Lalu juga menyingkirkan elit elit politik busuk, semuanya. Serta membangun sistem sosial dan elit politik yang ideal, seperti yang dilakukan bangsa bangsa besar.

Sebaliknya, jika yng terjadi hanya puas pada sirkulasi elit dari Novanto yang asli ke Novanto novanto lainnya, maka sesungguhnya rakyat pun sudah masuk dalam jebakan sistem sosial politik busuk yang berkepanjangan.

Saat ini adalah saat bangsa kita mengukur diri kita. Yakni mengukur Ketololan Bangsa Kita.

Oleh : Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle.

Rabu, 15 November 2017

Edan !!! Gaji Direktur BPJS 530 Juta Sebulan. Uang Rakyat Diperas Untuk Gaji Pegawai BPJS

Jakarta - (14/11/2017) Forum Masyarakat Peduli (FMP) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengkritisi kinerja direktur utama BPJS Ketenagakerjaan yang dinilai tidak sepadan dengan gaji Rp530 juta per bulan. Menurut FMP, jumlah gaji itu terlalu tinggi dibandingkan gaji direksi BUMN yang memiliki aset besar.

"Awal menjabat Direksi BPJS Ketenagakerjaan yang berjalan saat ini pernah mengusulkan kenaikan gaji beserta tunjangan lainnya kepada Presiden RI SBY hingga mencapai Rp 530 juta per bulan dari gaji sebelumnya sebagai Dirut Jamsostek sebesar Rp 120 juta. Ini sangat tinggi dibandingkan gaji direksi BUMN yang besar sementara kinerja kerjanya tidak bagus dan tidak sejalan dengan pendapatannya," kata koordinator nasional FMP BPJS Hery Susanto di Jakarta beberapa waktu lalu.

Padahal, kata dia, jika dibandingkan dengan PT Pertamina, dirutnya hanya digaji Rp230 juta dengan total aset Rp700 triliun lebih.

"Bank Mandiri dirutnya digaji Rp150 jutaan dengan aset Rp500-an triliun. Gaji Gubernur Bank Indonesia sebulan adalah Rp199,34 juta dengan tanggung jawab mengawasi aset perbankan yang mendekati Rp 5.000 triliun," ungkapnya.

BPJS Ketenagakerjaan, kata Hery hanya mengelola dana tak lebih dari Rp200 triliun.

"BPJS Ketenagakerjaan, uang datang sendiri karena perintah undang-undang sehingga pekerja, perusahaan, membayar iuran," kata Herry Susanto.

FMP BPJS menilai Direksi BPJS Ketenagakerjaan saat ini hanya berorientasi pada hasil investasi yang bisa dikelola dan kurang merespons seberapa besar amanah mereka mengelola dana yang berasal dari pekerja dan manfaat yang bisa dirasakan oleh pekerja.

"Selain itu, Direksi BPJS Ketenagakerjaan saat ini terlalu tinggi dalam menetapkan bunga pinjaman perumahan sebesar 6 persen. Padahal dana tersebut berasal dari iuran pekerja dan masyarakat. Lagipula ini hanya pinjaman untuk uang muka, bukan pinjaman kredit rumah. Mustinya bisa lebih ditekan," katanya.

"Sebagai Direksi BPJS Ketenagakerjaan yang sedang menjabat, tidak siap dan sangat lamban menghadapi persoalan serius protes masyarakat seperti sekarang ini. Harusnya Direksi bekerja cepat dan sigap memberi penjelasan kepada masyarakat. Faktanya saat ini banyak pengguna BPJS Ketenagakerjaan mengeluhkan program JHT," kata Hery Susanto.

Semoga bermanfaat, jangan lupa bagikan info ini ya...

Sumber :
rimanews.com
http://www.tribunnews.com/nasional/2016/08/10/ketua-kpk-gaji-presiden-hanya-rp-62-juta-apa-pantas-direktur-bpjs-rp-300-juta

https://www.bpjs-online.com/penasaran-berapa-gaji-dirut-bpjs/

https://bisnis.tempo.co/read/747574/baru-dilantik-ini-kata-agus-susanto-soal-gaji-direktur-bpjs

https://www.kompasiana.com/tonangardyanto/berapa-gaji-direksi-bpjsk_567dbdd76723bd3c08ec4958

https://finance.detik.com/energi/3414840/gaji-dirut-pertamina-di-atas-rp-200-jutabulan

Senin, 02 Oktober 2017

AH Nasution, Jenderal Cerdas Dibalik Jatuhnya Soekarno dan Lahirnya Orde Baru

Drama besar G30S /PKI menampilkan dua aktor besar dengan peran protagonis, yaitu Panglima Kostrad Mayjen. TNI. Soeharto dan peran antagonis oleh Presiden Soekarno. Lantas siapa sutradara hebat yang mengatur jalan ceritanya ?

Dialah jenderal cerdas dan ahli strategi yang selamat dalam percobaan penculikan serta pembunuhan ketika malam 30 September 1965, Sang Panglima Angkatan Bersenjata, Menteri Pertahanan, Jenderal Abdul Haris Nasution.

Tanpa peran dan kelihaian Pak Nas, panggilan akrab AH Nasution, cerita sejarah Indonesia tidak akan seperti sekarang ini. Mulai dari pembubaran PKI, lahirnya Super Semar, pelengseran Soekarno dan pengangkatan Jenderal Soeharto, hingga lahirnya era Orde Baru

Adalah salah besar, jika menganggap bahwa Soeharto lah yang menggulingkan Soekarno.

Jika melihat fakta sejarah, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution adalah orang yang paling berperan dalam menjatuhkan Soekarno dari jabatan-nya Presiden Seumur Hidup.

Saat tragedi G30S/PKI, AH Nasution (sapaan akrab beliau) menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan serta menjabat Kepala Staff Angkatan Bersenjata.

Dia adalah target utama yang harus dihilangkan, kegagalan Cakrabirawa membunuhnya adalah awal serangan balik yang maha dashyat untuk Soekarno dan Dewan Revolusi.

Nasution adalah salah satu Jenderal Angkatan Darat (AD) yang terpaksa setuju pada perintah Soekarno untuk menyerang Malaysia.

Sebagian besar Jenderal AD menolaknya.
Mereka tak mau nyawa prajurit AD digadaikan untuk ambisi pribadi Soekarno.

Apalagi dalam perang tersebut, Ada upaya penyebaran faham komunisme oleh PKI dan menyokong Partai Komunis Malaysia.

Para relawan yang disusupkan juga dipersenjatai dengan senjata kiriman dari negara komunis, yang nantinya bakal diusulkan oleh DN Aidit untuk jadi angkatan kelima.

Nasution berhasil lolos dengan luka di kaki.
Dari tempat persembunyianya, dia meraba-raba korps pasukan yang setia padanya.

Ketemulah Soeharto yang menjawab Panglima Kostrad (Pangkostrad).

Namun pada masa itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang.

Soeharto dengan cerdik memanggil komandan RPKAD (Kopassus) Sarwo Edhie dan meminta kesetiaan-nya dan pasukan-nya.

Setelah memiliki pasukan dan kelengkapan-nya, Soeharto meminta Nasution untuk datang ke markas Kostrad.

Di sinilah Nasution kali pertama mendapat perawatan atas luka-lukanya dan melancarkan serangan balik.

Sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan.
Nasution memberi perintah pada Soeharto untuk menjaga kesiagaan pasukan Angkatan Darat sembari menyusun serangan balasan.

Ketika Dewan Revolusi diumumkan dari markas TNI AU di Halim. Nasution adalah orang pertama yang membangkang.

Dari Halim atas nama Dewan Revolusi, Soekarno langsung menunjuk Mayjen Pranoto Reksosamodra, sebagai Panglima Angkatan Darat.

Mengetahui ini, Nasution segera mengamankan Pranoto di Markas Kostrad, dia dibrifing agar tidak menerima jabatan ini.

Menyadari bahwa kekuatan Angkatan Darat saat itu hanya prajurit RPKAD, jumlah kostrad sendiri saat itu tak memiliki personel prajurit.

Nasution meminta bantuan Panglima Angkatan Laut, RE Martadinata.

Gabungan prajurit RPKAD dan KKO sukses memukul balik gerakan G30S dan memaksa Presiden Soekarno pulang ke istana negara.
Membubarkan Dewan Revolusi.

Nama Nasution, berkibar hati rakyat Indonesia saat, melebihi Soeharto.

Di saat bersamaan dia berduka atas kematian putranya.

Dalam beberapa minggu pertama setelah G30S, Nasution-lah yang terus-menerus melobi Soekarno untuk menunjuk Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat.

Soekarno, yang setelah 1 Oktober tetap menginginkan Pranoto sebagai pimpinan angkatan darat, awalnya dia ingin menjadikan Soeharto hanya sebagai Panglima Kopkamtib, tetapi dengan lobi terus-menerus yang dilakukan Nasution, Soekarno akhirnya dibujuk dan pada tanggal 14 Oktober 1965, ditunjuklah Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat.

Soekarno sebenarnya memahami sepak terjang Nasution, untuk mengebiri langkahnya, dia menawarkan posisi wakil presiden.

Nasution pintar, melalui Soeharto, Pada awal 1966 mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk mengisi kursi wakil presiden yang kosong.

Nasution dengan cerdik, dia membidik kursi ketua MPRS.

Tujuanya satu, Agar bisa  menumbangkan Soekarno, agar penderitaan rakyat berakhir.

Soekarno telah diangkat oleh MPRS sebagai presiden seumur hidup, maka hanya MPRS saja yang bisa melengserkan-nya.

Setelah Soeharto menerima supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) dari Soekarno.

Nasution menyadari bahwa Supersemar tidak hanya memberikan kekuasaan darurat kepada Soeharto tetapi juga memberinya kontrol eksekutif.

Nasution menyarankan kepada Soeharto bahwa ia berhak membentuk kabinet darurat. Menggantikan kabinet yang pro PKI dan pro Soekarno.

Soeharto, masih hati-hati tentang apa yang dia bisa atau tidak bisa lakukan dengan kekuatan barunya, karena pembentukan kabinet adalah tanggung jawab presiden.

Nasution mendorong Soeharto, berjanji untuk memberikan dukungan penuh.

Tanggal 18 Maret 1966, Soeharto menangkap Chaerul Saleh, Ketua MPRS dan anggota MPRS yang dianggap pro PKI. Sebagai gantinya dibentuk MPRS pengganti.

MPRS yang baru pun bersidang, dan Nasution terpilih sebagai ketua secara aklamasi.

Dengan cerdik, pada tgl 21 Juni 1966 Nasution dan MPRS meratifikasi Supersemar. Dengan keputusan ini, berarti Soekarno dilarang menariknya kembali.

Pada tgl 22 Juni,  Soekarno mencoba melawan dengan menyampaikan pidato berjudul Nawaksara (Sembilan butir) di depan sidang MPRS.

Namun Nasution bergeming, bahwa Supersemar tidak boleh dicabut atau ditarik kembali.

Selama dua minggu ke depan, Nasution sibuk memimpin Sidang Umum MPRS.

Di bawah kepemimpinannya, MPRS mengambil langkah-langkah seperti melarang paham Marxisme-Leninisme, mencabut keputusan Soekarno sebagai presiden seumur hidup, dan memerintahkan pemilihan legislatif yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 1968.

Sidang Umum MPRS juga meningkatkan kekuasaan Soeharto dengan secara resmi memerintahkan-nya untuk merumuskan kabinet baru.

Sebuah keputusan juga disahkan yang menyatakan bahwa jika presiden tidak mampu melaksanakan tugasnya, ia kini akan digantikan oleh pemegang Supersemar, bukan wakil presiden.

Inilah kenapa Nasution dulu, Ogah diangkat jadi Wapres, dengan jadi ketua MPRS  dia bisa menumbangkan Soekarno.

Tahun 1966 pun berlalu, Soekarno semakin defensif dan popularitasnya di kalangan rakyat Indonesia semakin menurun.

Jika Soeharto masih berbelas kasihan pada Bung Karno seperti membelanya di hadapan demonstran rakyat.  Tidak dengan Nasution,
Soekarno harus segera diganti.

Nasution menyatakan bahwa : Soekarno harus bertanggung jawab atas situasi buruk yang melanda pemerintahan dan masyarakat Indonesia pada saat itu.

Nasution juga menyerukan, Agar Soekarno dibawa ke pengadilan.

Pada 10 Januari 1967, Nasution dan MPRS bersidang lagi dan Soekarno menyerahkan laporannya (dia tidak menyampaikan hal itu secara pribadi sebagai pidato) yang diharapkan bisa mengatasi masalah G30S.

Diberi judul “Pelengkap Nawaksara”.

Salah satu poinya jika dirinya (Soekarno) akan disalahkan atas G30S, Menteri Pertahanan dan Keamanan pada saat itu (Nasution) juga harus disalahkan karena tidak melihat G30S datang dan menghentikannya sebelum terjadi.
Tentu saja laporan ini, Sekali lagi ditolak oleh MPRS yang dipimpin Nasution.

Nasution memberi selamat kepada Jenderal Soeharto atas pengangkatannya sebagai acting presiden, 12 Maret 1967.

Pada bulan Februari 1967,  DPR-GR menyerukan Sidang Istimewa MPRS pada bulan Maret untuk mengganti Soekarno dengan Soeharto.

Soekarno tampaknya pasrah akan nasibnya, akhirnya pada 12 Maret 1967, Soekarno secara resmi dicabut mandatnya sebagai Presiden oleh MPRS.

Nasution kemudian menyumpah Soeharto ke tampuk kekuasaan sebagai pejabat presiden.

Setahun kemudian pada 27 Maret 1968, Nasution memimpin pemilihan dan pelantikan Soeharto sebagai Presiden penuh.

Setelah kemenangan-nya menumbangkan kediktatoran Soekarno. Jendral Nasution pelan-pelan menarik diri dari urusan Politik di era Presiden Soeharto.

Baginya, perjuangan telah usai,
Membebaskan rakyat Indonesia dari cengkeraman diktator bernama Soekarno.

Sumber :  http://militermeter.com/

Selasa, 26 September 2017

"Konflik Hubungan TNI dan POLRI, Grand Design untuk Pelemahan NKRI"

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya.

Pada kesempatan ini apa yang akan saya sampaikan adalah pendapat pribadi saya. Jangan dianggap ini sebagai pendapat TNI. Apa yang akan saya sampaikan pada kesempatan ini adalah hasil analisa saya terutama menyangkut persoalan skema pelemahan internal NKRI, yang kini muncul kepermukaan menjadi skema konflik TNI-Polri.

Kalau boleh saya katakan, apa yang dihasilkan oleh Reformasi 1998, menurut saya adalah sebuah penyimpangan. Karena reformasi itu hadir begitu cepat, sedang kita sendiri belum siap. Sehingga perjalanan reformasi ini kemudian “dibajak” oleh orang-orang yang telah siap finance dan programnya. Mereka adalah empat belas menteri yang mengkhianati Pak Harto. Merekalah yang kemudian menjadi “lokomotif” yang menyalip di tengah jalan.

Kembali kepada TNI dan Polri. Saya merasakan ini memang suatu kesengajaan. Kalau mau jujur saya katakan bahwa TNI dan Polri merupakan suatu badan yang berbeda. TNI itu adalah suatu institusi kombatan (tempur). Sedangkan Polri itu bukan institusi kombatan. Polri adalah non kombatan.

Polri itu sebetulnya hanya menangani apa yang disebut dengan crime justice system , atau yang lebih kita kenal dengan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat (Tramtibmas) . Tapi apa lacur pikiran kita dibelokkan sehingga dengan serta merta kita ikut latah dengan istilah pertahanan dan keamanannya TNI, seakan sama dengan istilah keamanannya Polri. Itu tidak betul. Keamanan ini security. Security as a whole include di dalamnya.

Dahulu masalah itu diributkan oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan, itu sudah betul. Ironisnya sekarang setelah institusi TNI-Polri dipisah kok seakan semua setuju. TNI sebagai kombatan sudah kembali ke barak, dan meninggalkan sosial politiknya. Tapi ketika saya tanya, apakah Polisi Back to barrack? Tidak. Bahkan Polisi dipersenjatai seperti kombatan.

Ketika saya masih menjadi Irjen Dephan, saya habis-habisan menentang ini. Kenapa minta senjata AK? AK 97 adalah senjata kombatan bukan senjata Polisi. Senjata Polisi hanyalah untuk memberikan peringatan dan untuk membela diri. Makanya Polisi di Inggris senjatanya pakainya pentungan. Di Indonesia, Polisi malah dipersenjatai, pangkatnya persis pangkat tentara. Jenderal itu pangkat tentara bukan pangkat polisi. Kalau pangkat Polisi yang betul ya Inspektur, Komisaris, Ajun, sampai dengan Super Intendan. Tapi kita tidak, kita perkuat pangkat sama dengan Jenderal. Brimob disusun sampai susunan tempur, dulu saya sampai terkejut ketika hendak diberikan tank.

Jadi kita tidak tahu lagi mana yang kombatan dan mana yang non kombatan. Pada waktu acara di Kampus UNAIR, yang dihadiri pula oleh beberapa petinggi Polisi, saya sampaikan kalau nanti sistemnya seperti ini, polisi yang tidak back to barrack . Kalau tidak back to barrack nanti kewenangan Polisi melampaui kapasitasnya. Siap tidak siap, mau tidak mau, nanti akan jadi tirani baru. Nah apa yang sekarang kita rasakan ini harus diwaspadai. Apalagi DPR sekarang tidak mengerti mana ketahanan mana keamanan sehingga secara membabi buta menyatakan keamanan tugas polisi, pertahanan tugas TNI, ini yang saya kira harus kita pelajari lebih mendalam.

Kalau kita belum bisa mendefinisikan dengan benar fungsi dan peran TNI-POLRI, maka sulit bagi kita mengandalkan keterlibatan mereka untuk memperkuat NKRI.
Kenapa saya katakan polisi kewenangannya melampaui kapasitasnya ? Pertama, polisi di bawah presiden melampaui kapasitasnya, di negara yang paling maju dimanapun tidak ada polisi di bawah presiden. Ini kewenangan melampaui kapasitasnya. Apalagi sekarang kita melihat kalau sidang kabinet, Polri hadir, panglima TNI juga hadir. Bagaimana kita tidak mengatakan bahwa TNI dan Polri tidak terlibat dalam politik?!

Sekali lagi saya katakan pendapat saya, kalau salah dibuang, kalau benar saya kira bisa kita lanjutkan.
Untuk itu, sekarang bagaimana solusi untuk mendinginkan ini. Sulit. Kalau kita berkaca pada sistem yang ada ini memang sulit. Belum lagi ada kata kecemburuan sosial, anak-anak saya itu kalau cerita diam-diam dan dibelakang. Saya tanya, “Le, kenapa kamu tidak akur dengan polisi? Bagaimana ndan, kita itu gajian satu bulan sekali dia gajian tiap hari.” ini guyonan tapi menyengat. Karena masalah itu, kita
paten-patenan .

Tahun 1998 yang kita selamatkan mereka. Ditahun itu kalau Polisi diuber-uber, kita yang selamatkan. Sampai Brimob yang ada di perempatan, bila tidak ada Marinir, sudah habis itu.

Jadi, itu yang saya terus ingat. Itu salah satu kelebihan. Ada satu kapasitas lagi, Polisi mengurus mobil, BPKB, STNK, itu kan pajak-pajak mobil. Itu sebetulnya sektor keuangan, ranahnya Depkeu, bukan ranahnya polisi.

Waktu saya Irjen ditahun 2000, ada lima (persoalan, red) yang diribut-ributkan, ada di Tempo. Lucu kalau saya ingat itu.

Pertama , gedung PTIK, lahan PTIK yang akan dirilslah. Padahal menurut peraturan pemerintah harus izin ada izin Presiden, Sekeu, Departemen Keuangan. Dia mau rislah, dananya mau diambil sebagian untuk membuat Markas Besar Polisi, yang waktu itu terbakar.

Kedua , masalah mobil Timor. Mereka membeli mobil Timor 1033 dengan harga 60 juta, padahal saya marinir membeli mobil timor dari Mas Bambang 24,550 juta.

Ketiga , masalah senjata. Dia mengajukan kepada Dephan, Pak Yuwono, minta 16.000 membeli senjata AK 97 dengan harga 63 juta. Beliau minta disposisi kepada saya. Saya lalu menghadap. Saya katakan, bahwa Senjata AK 97 ini dengan harga 7 juta.

Lebih aneh lagi kok minta 16 ribu (pucuk). Seingat saya, Marinir, anak buah saya cuma 16 ribu. Dan seingat saya Brimob itu tidak sampai sepertiga Marinir.

Selebihnya senjata untuk siapa?

Padahal proses pengajuan senjata itu dilihat dari klasifikasi senjatanya. Klasifikasi dilihat mana yang rusak berat, sedang, ringan. Keuangan kita hanya mencapai itu. Untuk rusak berat yang dibeli, itu yang rusak berat. Rusak ringan maupun rusak sedang masih dikalibrasi dengan depo senjata, yang ada di angkatan masing-masing.

Keempat , dana operasional SIM dan STNK. Dana ini adalah dana publik, uang rakyat. Polisi tidak boleh mengatur itu. Seharusnya SIM dan STNK ini dikerjakan oleh Depkeu dan Sekeu Departemen Perhubungan. Bukan oleh polisi. Ini yang harus diluruskan. Harus di reformasi.

Kalau Mabes Polri perlu anggaran, dia harus mengajukan daftar usulan pembangunan kepada pemerintah. Pemerintah kemudian mengalokasikan dana sesuai kemampuan, dana harus masuk pemerintah dulu tidak boleh langsung dikelolahartanyaukan sampai angka 45-46 Miliar. Saya kemudian cek ke Singapura alat komunikasi dengan spesifikasi dan merek ini berapa harganya untuk sekian unit. Saya dapatkan harga tidak sampai 5 M. Lalu terjadi kehebohan. Bahkan sampai bocor ke media. Saya lalu bilang kepada Pak Yuwono, “Kalau kebocoran itu berasal dari saya, hari ini saya siap untuk dipecat.”

Bagaimana mengetahui bocor atau tidaknya di wartawan. Oh gampang Pak, saya kalau membuat laporan tebusannya itu ada nomornya. Jadi nomor 1 adalah bapak Menhan, nomor 2 ini, lihat saja di wartawan pak itu jatuh dicopy nomor berapa. Kalau itu copy ada di dalam lingkungan Dephan, saat itu saya berhenti. Dan ternyata kebocoran itu ada di pihak Polisi sendiri, karena saat itu ada persaingan tahta kepolisian.

Ini ilustrasi saya yang bisa disampaikan terkait hubungan antara TNI dan polisi. Dan hal ini memang harus diselesaikan. Polisi kita sudah diciptakan seperti TNI. Unit non kombatan sudah kita jadikan seperti kombatan. Dan mereka sendiri sudah nikmat dan sulit untuk bisa kita ubah.

Tampaknya Polisi sudah merasa nyaman dengan Sistem ini. Saya kira satu-satunya jalan adalah merangkul kembali Polisi dan TNI dalam satu badan dan harus kita pikirkan kemana larinya? Atau posisi yang kedua mereka dikembalikan kepada Departemen Dalam Negeri seperti yang diwacanakan oleh Jokowi-JK.

Mereka dulu paparan di Dephan, pokoknya kalau Mas Harto sudah pindah dari Dephan, kita akan paparan ulang di Dephan. Setelah saya tidak di Dephan lagi, konsep itu diterima oleh DPR. Itu yang saya takutkan.

Makanya sistem ini terus berjalan. Apakah ini merupakan skema pelemahan NKRI? Menurut saya ya. Sulit kita pungkiri kalau hal ini bukan merupakan bagian dari grand desain untuk pelemahan Republik ini.

Saya melihat bahwa pelemahan Republik ini sudah sejak tahun 1955. Sejak maklumat wakil presiden nomor 50. Disitulah saat Indonesia dimasuki oleh alam liberal. One man one vote.

Disinilah awal kita meninggalkan amanah founding fathers kita yang terdiri dari berbagai suku. Maaf kalau saya katakan, terserah mau dinilai apa saya nanti. Maklumat Wapres itu wujud daripada pengkhianatan. Seperti kami di TNI, dalam kesatuan Batalyon, ada keluar perintah Wakil Komandan Batalyon. Wadanyon baru bisa memberikan perintah pada pasukan saat Komandan Batalyon mati. Begitu juga di Republik ini, maklumat Presiden harusnya baru bisa keluar bila Presiden sudah mati.

Kita sudah meninggalkan kebersamaan. Kita sudah meninggalkan semangat gotong royong. Kalau kita bicara gotong royong, bukan hanya sekedar pilar bangsa kita tapi juga dasar bangsa. Dimana dari dasar negara tersebut, ditegakkanlah pilar-pilar tersebut. UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Disitulah tiga pilar itu berdiri. Jadi bukan empat pilar berdiri disitu.

Sekarang kita sudah tahu kelemahan-kelemahan kita? Seperti pelajaran budi pekerti apakah masih diajarkan di sekolah? Sayang sudah dihapus. Padahal budi pekerti itu adalah bagian yang paling dasar dari Pancasila. Kita sudah tidak mengenal lagi gotong royong. Termasuk pelajaran ilmu bumi sudah tidak diajarkan lagi. Supaya apa? Supaya warga negara kita, anak bangsa kita tidak mengenal lagi tanah airnya.

Saya terperangah pada saat ada perlombaan di televisi, dimana pelajar-pelajar SMA sebagai pesertanya tidak tahu Pontianak itu ada dimana. Ya Allah, Ya Rabbi. Itu juga bagian dari pelemahan.

Seperti halnya Puan Maharani, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, masa dia katakan Banjarnegara di Jawa Barat. Nah itu adalah produk. Kalau dia katakan, dia adalah tokoh Pancasila, rasanya tidak percaya saya. Saya kira itu pelemahan.

Apakah nanti TNI dan Polri bersatu lagi dalam rangka penguatan NKRI, kita bisa kaji lagi. Yang jelas, seperti kita saksikan sekarang ini mereka sudah memberikan kontribusi kepada pelemahan NKRI. Karena memang sudah samar wilayahnya. Samar sektornya. Ini kombatan, non kombatan atau dua-duanya kombatan. Sehingga sekarang bisa gagah-gagahan, mau bedil-bedilan ayo mari. Selama belum mengerahkan tank, loe punya senjata, gue juga punya.

Inilah satu hal yang bisa saya sampaikan. Kedepan saya optimis mereka mampu secara internal menyelesaikan ini. Apabila semua pemimpin kita menyadari bagaimana problema kita dan yakin bisa kita atasi dengan sebaik-baiknya.

Saya melihat hanya ada dua jalan bagi Polisi, pertama kembali kepada Dephan, atau kembali kepada Depdagri. Yang pertama tidak populer, apalagi sekarang sedang didengungkan civil society itu bagian di luar ABRI. Padahal kalau kita gali lebih dalam, civil society itu include di dalamnya TNI. Karena TNI itu juga bagian dari rakyat. Rakyat yang bertugas untuk pertahanan namanya TNI. Bidang pemerintahan namanya Pamong, bidang hukum adalah Hakim dan Jaksa semua itu dalam rangka civil society. Itu yang kita tanamkan kepada anak-anak kita. Namun saya tetap memberikan suatu optimisme kepada kita semua, bahwasannya NKRI Insya Allah, jika kita sadar, kita tetap bisa mempertahankannya. Kita tetap memilih NKRI daripada kita memilih 47 negara bagian.

Terima kasih.

(Disampaikan oleh Letjen Marinir (Purn) Suharto, Mantan Komandan Korps Marinir Angkatan Laut ke-12 pada acara Diskusi Terbatas Akhir Tahun yang diselenggarakan Global Future).

Jumat, 22 September 2017

Siapa Imam Azis, Berani Mengatakan Film G 30 S/ PKI Sebagai Sampah ?

Saya ada di Studio 41 Tendean Jakarta waktu film “G 30 S /PKI” dibuat oleh Arifin C Noor. Saya sempat menjadi Direktur Litbang Studio 41 sampai Dirut Studio 42 Mas Edy meninggal 2000. Dan Direktur Perum Pusat Film Negara (PPFN) G. Dwipayana juga meninggal.

Saya Wakil Sekretaris LPBH PBNU saat ini, tapi belum pernah dengar karir maupun kompetensi Imam Azis yang di PBNU mengurus kebudayaan, yang kemarin menyatakan film “G 30 S/ PKI” film sampah. Apalagi bikin film. PBNU sendiri belum pernah bikin film yang sutradaranya dari PBNU.

Saya baca Imam Azis yang juga di PBNU, mencaci maki film “G 30 S / PKI” yang disutradarai Cineas Arifin C Noor sebagai film horor murahan di seantero medsos. Bukan budayawan, bukan film maker, bukan cineas, mencaci maki karya orang lain. Bagaimana membacanya ini bro Imam?

Studio 41 dan film G 30 S / PKI
Film G 30 S / PKI dirilis tahun 1984. Produsernya adalah PPFN (Perum Pusat Film Negara). Pelaksana produksinya adalah Studio 41, Tendean Jakarta Selatan.

Tak kurang selama setahun riset dan hunting location dilakukan Mas Edy CS dan Arifin C Noor untuk menyusun naskahnya, skenario dan story board dengan metodologi jumping shoot. Bersama dengan film “G 30 S / PKI” juga dibuat film “Jakarta 66”.

Entah jadi apa Imam Azis waktu itu. Salah-salah baru mengaji kitab gundul. Belum nyampe ke kebudayaan, apalagi bahasa kamera.

Studio 41 adalah studio pertama di Indonesia, didirikan oleh G Dwipayana, penulis naskah film “Si Unyil” yang juga Asisten Menteri Sekretariat Negara. Studio 41 adalah satu-satunya studio film (yang belakangan terkenal dengan Production House). IKJ (Institut Kesenian Jakarta), TIM diinisiasi dari Studio 41, dan tempat praktikum anak-anak IKJ.

Kamera Celluloid

Film “G 30 S / PKI” dibuat dengan kamera celluloid. Untuk memakai kamera ini, kameramen, sutradara, penulis skenario, harus paham bahasa kamera. Edit tak bisa dilakukan di Indonesia, umumnya di Ad Lab, Australia atau Hongkong. Mahal sekali. Edit linier baru bisa dilakukan setelah PPFN membeli komputer Imix Family tahun 1990 an, bersistem mainframe. Operatornya terhitung dengan jari, hanya ada di Studio 41.

Bicara kualitas gambar, hasil celluloid jauh di atas kualitas digital sampai kini, karena sejumlah teknik celluloid tak dimiliki kamera beta maupun kamera digital. Juga penyusunan gambar yang kini tak menggunakan story board, sementara di Hollywood, story board masih prasyarat wajib hingga kini, bahkan untuk jenis skenario teleplay.

Arifin C Noor

Cineas terkemuka saat itu adalah Arifin C Noor. Karyanya sangat termashur. Arifin juga penulis naskah teater, antara lain, “Umang-Umang”, “Sumur Tanpa Dasar”, keduanya menduduki juara naskah nasional.

Demikian mashurnya Arifin, sehingga Noorca Marendra Massardi mengganti namanya menjadi Noorca Marendra Massardi. Noorca berasal dari C Noor, sedang Marendra berasal dari Rendra. Sedang nama aslinya sendiri adalah Mas Ardi. Noorca adalah 9 kali menjadi Pimred, terakhir Pimred Majalah Forum Keadilan di mana saya jadi Kapusdata Majalah Forum.

Arifin C Noor adalah sutradara pertama yang melakukan pengambilan gambar tanpa skenario dan story board di Indonesia. Karena itu, ia dijuluki cineas jenius. Dan nama Arifin C Noor peringkat teratas, baik wibawa, karya seni, maupun wawasan kebudayaan. Lainnya di bawah dia.

Ketika hari-hari ini karya Arifin C Noor dicaci maki sebagai sampah dan horror oleh budayawan PBNU Imam Azis, sudah pasti budayawan ini, tak paham karya cinema.

Niscaya Imam lilu, juga ketika menonton film “Gladiator”. Lo, di naskah teaternya Brutus menikam Julius Caesar 14 kali. Kok dicekik?

Belajar Sejarah

Kalau mau belajar sejarah, jangan dari film besar. Melainkan di dokumenter, buku sejarah. Bukan di film “G 30 S / PKI”. Ngawur berat.

Film itu adalah film yang dibiayai oleh PPFN, berkisah tentang Presiden Soeharto. Versinya jelas PPFN. Tak lantas film ini sampah atau horror. Sampai kini, belum ada film sebaik karya Arifin C Noor itu.

Kalau merasa hebat, buatlah film yang lebih baik dari karya Arifin C Noor. Sampai matahari terbit dari Barat, niscaya takkan mampu. Kalau marah kepada Panglima TNI yang memutar film itu, caci maki saja Jenderal Gatot Nurmantio.

Tak berani kan? Kurang nyalinya. LOL. Di mana salahnya film itu bro? Tolong tunjukkan kebenaran versi antum. Mana?

Oleh: Djoko Edhi Abdurrahman
(Penulis adalah Mantan Direktur Litbang Studio 41, Mantan Anggota Komisi III DPR, Wasek LPBH PBNU)

Sabtu, 02 September 2017

Bau Minyak dan Gas Bumi Menyengat di Rohingya

YOGYAKARTA - Tragedi kemanusiaan di Rohingnya masih terus berlangsung. Terhitung sejak Sabtu, 26 Agustus 2017 kemarin, tentara Myanmar telah melakukan berbagai tindakan yang tidak manusiawi kepada etnis Muslim Rohingnya. Mereka membunuh, memperkosa, membakar desa-desa, dan lain sebagainya. Dunia telah mengecam tragedi ini. Mulai dari Kofi Annan dari PBB, Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan, juga Presiden RI, Jokowi.

Peneliti Civilization Analysis Forum (CAF), Muhammad Alauddin Azzam angkat bicara terhadap tragedi ini.
"Sungguh sedih melihat saudara kita disiksa, dibunuh, ada juga wanita-wanita pun diperkosa oleh tentara-tentara Myanmar. Sampai saat ini baru saja kecaman dari negara-negara tetangga, belum ada real action untuk mengirim tentara ke sana. Ada apa ?" jelas Azzam kepada BANGKIT POS Sabtu, 1 September 2017.

Menurut Azzam perlu adanya real action atau tindakan nyata seperti mengirim tentara untuk melawan kekejian tentara Myanmar selain diplomatik secara politik. Selain itu Azzam mengatakan bahwa masyarakat dunia dinilai sangat penting untuk memahami asal mula tragedi ini terjadi.

"Alhamdulillah, saya turut memberikan kontribusi untuk bisa menganalisis lalu menuangkannya dalam tulisan. Selama saya menganalisis tragedi ini, terlihat jelas adanya kolaborasi antara tentara dan korporasi asing yang bermain memperebutkan kekayaan alam di Arakan. Kita lihat, minyak bumi dan gas alam. Di sana juga sudah ada Total, Petrochina, dan Chevron. Logika sederhana, ketika suatu wilayah dengan basis good geopolitic-nya, maka wajar ambisi negara seperti AS dan Cina beserta corporatenya untuk mengambil alih wilayah-wilayah itu, " imbuhnya.

Ia juga memberikan masukan untuk semuanya agar menyuarakan kepada ASEAN dan negara-negara muslim dunia untuk bisa menyelesaikan tragedi ini dengan segera.

"Pertama, saya ingin memberikan saran kepada diplomat-diplomat ASEAN agar bisa menyuarakan kepada negara-negara ASEAN untuk menghilangkan doctrin of non-interfence atau doktrin tidak mencampuri urusan negara lain. Ini bahaya kalau ada doktrin seperti ini !. Kedua, saya berharap negara-negara muslim, termasuk Indonesia bisa memahami "stratak", yakni strategi dan taktik barat dalam memicu konflik agama antara Buddha dan Muslim. Kita harus tahu mereka lah (AS dan Cina) yang men-design tragedi itu semua menggunakan bidak-bidak yang telah mereka atur sedemikian rupa, " pungkasnya.

Sumber : bangkitpos.com

Jumat, 25 Agustus 2017

Ada Nama Mantan Staf Khusus Ahox, Sunny Tanuwidjaja Dibalik Saracen

islampol.blogspot.co.id - Sebagaimana diberitakan Hampir di semua Media Mainstream, Nama saracen melambung tinggi dan dikenal oleh Khalayak setelah Ditangkap beberapa Anggota Saracen oleh Pihak Kepolisian.

Dan Pihak Kepolisian pun Membongkar Sindikat Ujaran Kebencian yang dilakukan oleh Saracen ini.

Dan Pihak Kepolisian segera Memburu Anggota Saracen lainnya dan juga Pelaku Pembiaya Saracen ini.

Namun belakangan, Akun @plato_id membongkar siapa sebenarnya Saracen dan Otak dibalik Saracen serta siapa yang membiayai Saracen ini.

“saracen yg di bentuk cyrus network dibiayai sunny mantan tsk reklamasi | Sumber biaya sinar mas atas persetujuan pak jokowi | *infovalid” Bongkar Akun @plato_id di akun Twitternya yang bernama Intelektual Purba.

Sunny Tanuwidjaja
@plato_id mengungkapkan lebih jauh, apa sebenarnya dibentuk saracen ini.

Saracen sebenarnya dirancang untuk menutup-nutupi pemberitaan Hutang Negara agar Rakyat tidak tahu da Juga agar Menutup-nutupi Korupsi Rezim Jokowi agar tidak terendus oleh Rakyat, oleh karna itu dibuatlah saracen agar Penggiringan Opini tidak ke arah Hutang dan Korupsi Rezim Jokowi.

Sunny Tanuwidjaja, salah satu mantan ‘ Orang Dekat’ Ahok, disebut-sebut sebagai Pembiaya Kelompok Penyebar Isu hoax dan SARA, Saracen.

Sunny Tanuwidjaja bersama Cyrus Network dan juga Gun Romli membiayai Saracen untuk Menyebarkan berita Hoax dan Isu SARA.

Di Bentuknya saracen karena kewalahannya Rezim Jokowi untuk Menutupi Pemberitaan Hutang Rakyat dan juga borok-borok Rezim Jokowi seperti Korupsi, Listrik, Kontraktor dibalik Jalan Raya di Papua, dan juga Pencitraan soal Hutang Negara.

Setelah Mencuatnya Tulisan @plato_id, dan Sunny merasa terganggu dengan pemberitaan yang ada, akhirnya Sunny meminta kepada sang Donatur agar kasus tersebut tidak mengarah ke dirinya.

Ini terbukti atas pemberitaan sebagaimana yang diliput oleh detik.com yang sebelumnya akan segera membongkar Pemesan Ujaran Kebencian di saracen tiba-tiba mengaku kesulitan untuk membongkarnya.

Sumber : koransiana.com