Cari Blog Ini

Rabu, 15 Maret 2017

KH Hasyim Muzadi Wafat

Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun, kita telah kehilangan lagi seorang tokoh mantan Ketum PBNU KH Hasyim Muzadi, Allahummaghfir Lahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu.

” Selamat jalan wahai guruku.,  Selamat menikmati kehidupan baru dalam taman surga. Air mata penuh cinta mengiringi senyumanmu menghadap Tuhanmu. Engkau rawat kami dengan teladan yang indah. Mohon maaf jika kami tidak tumbuh seindah yang engkau bayangkan….Canda tawamu akan selalu terkenang. Istirahatlah senyaman pengantin… Semoga Allah selalu menyayangimu.

Beliau adalah seorang tokoh Muslim yang dikenal sebagai tokoh moderat dan toleran, tanpa pernah harus meninggalkan prinsip-prinsip agama. Baginya, sikap moderat dan toleran tidak boleh mengorbankan aqidah. Berikut adalah biografi KH. Hasyim Muzadi .

 
Nama lengkap beliau adalah KH. Ahmad Hasyim Muzadi. Lahir di Bangil Tuban - Jawa Timur pada tanggal 8 Agustus 1944 . Ayah beliau bernama H. Muzadi dan Ibunda beliau bernama Hj. Rumyati. Sedangkan istri beliau bernama Hj. Mutammimah.  Beliau dalah mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Ia pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.

PENDIDIKAN

- Madrasah lbtidaiyah Tuban-Jawa Timur, Tahun 1950-1953

- SD Tuban-Jawa Timur, Tahun 1954-1955

- SMPN I Tuban-Jawa Timur, Tahun 1955-1956

- KMI Gontor, Ponorogo-Jawa Timur, Tahun 1956-1962

- PP Senori, Tuban-Jawa Timur, Tahun 1963

- PP Lasem-Jawa Tengah, Tahun 1963

- IAIN Malang-Jawa Timur, Tahun 1964-1969

- Bahasa, Tahun 1972-1982

PENGALAMAN KARIR

- Membuka Pesantren Al-Hikam di Jalan Cengger Ayam, Kodya Malang.

- Anggota DPRD Kotamadya Malang dari PPP.

- Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Malang.

- Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987.

- Anggota DPRD Tingkat II Malang-Jawa Timur.

KARIR PENGALAMAN ORGANISASI

- PII ( Pelajar Islam Indonesia ), Tahun 1960 – 1964

- Ketua Ranting NU Bululawang-Malang

- Ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang, Tahun 1965.

- Ketua Cabang PMII Malang, Tahun 1966.

- Ketua KAMI Malang, Tahun 1966.

- Ketua Cabang GP Ansor Malang, Tahun 1967-1971.

- Wakil Ketua PCNU Malang, Tahun 1971-1973.

- Ketua DPC PPP Malang, Tahun 1973-1977.

- Ketua PCNU Malang, Tahun 1973-1977.

- Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, Tahun 1983-1987.

- Ketua PP GP Ansor, Tahun 1985-1987.

- Sekretaris PWNU Jawa Timur, Tahun 1987-1988.

- Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, Tahun 1988-1992.

- Ketua PWNU Jawa Timur, Tahun 1992-1999.

- Ketua Umum PBNU, Tahun 1999-2004.

- Ketua Umum PBNU, Tahun 2004-2010.

- Anggota DPRD Tingkat II Malang-Jawa Timur.

- Anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur, Tahun 1986-1987.

KEHIDUPAN BELIAU

Kiai Hasyim, begitu ia akrab disapa, menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Pria yang lahir di Tuban pada tahun 1944 ini, nampaknya memang terlahir untuk mengabdi di Jawa Timur. Sederet aktivitas organisasinya ia lakoni juga di daerah basis NU terbesar ini.

Organisasi kepemudaan semacam Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan organisasi kemahasiwaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pernah ia pimpin. Hal inilah yang menjadi struktural menjadi modal kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU.

Kiprah organisasinya mulai dikenal ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999.

Banyak yang mafhum, sebagai organisasi keagamaan yang memiliki massa besar, NU selalu menjadi daya tarik bagi partai politik untuk dijadikan basis dukungan. Hasyim pun tak mengelak dari kenyataan tersebut. Tercatat, suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Namun, jabatan sebagai Ketua Umum PBNU lah yang membuat Hasyim mendadak menjadi pembicaraan publik dan laris diundang ke berbagai wilayah. Bisa dikatakan, wilayah aktivitas alumni Pondok Pesantren Gontor Ponorogo ini tidak hanya meliputi Jawa Timur, namun telah menasional. Basis struktural yang kuat itu, masih pula ditopang oleh modal kultural yang sangat besar, karena ia memiliki pesantren Al-Hikam, Malang, yang menampung ribuan santri.

Hasyim dikenal sebagai sosok kiai yang memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia. Selain sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal "nasionalis dan pluralis". Itu sebabnya, ketika terjadi peristiwa Black September, yakni tragedi runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikat, yang menempatkan umat Islam sebagai pelaku teroris, kiai yang dikaruniai enam orang putra ini, tampil dengan memberikan penjelasan kepada dunia internasional bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang moderat, kultural, dan tidak memiliki jaringan dengan organisasi kekerasan internasional. Ia adalah sekian dari tokoh umat di Indonesia yang dijadikan referensi oleh dunia barat dalam menjelaskan karakteristik umat Islam di Indonesia.

Integritas Hasyim yang lintas sektoral kini diuji. Ijtihad politik pria berusia 60 tahun ini yang menerima lamaran PDI Perjuangan untuk menjadi cawapres, merupakan bagian dari sosok dirinya yang moderat."Saya ingin menyatukan antara kaum nasionalis dan agama",” ujarnya ketika berorasi dalam deklarasi pasangan capres dan cawapres Megawati-Hasyim Muzadi.

Walaupun memang, tak sedikit yang mencibir dan menyayangkan langkah Hasyim yang terjun ke politik praktis, termasuk dengan pewaris darah biru kaum nahdliyin, Gus Dur. Bahkan, langkah politik pria yang selalu berpeci ini telah menguak perseteruan dirinya dengan Gus Dur yang telah terpendam lama. Namun di atas segalanya, hanya Hasyim yang tahu persis, makna di balik langkah politik menuju kursi kekuasaan yang kini tengah dirintisnya.

NU MENURUT BELIAU : 'NU BUKAN DEMI KEKUASAAN'

NU sebagai ormas terbesar dengan jumlah anggota mencapai 35 juta orang, warga NU tidak boleh dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat. Kebesaran nama baik NU, bagi Muzadi, tidak boleh dipertaruhkan demi kepentingan kekuasaan. Ia juga ingin menjaga agar Umat Islam, terutama kaum nahdliyin, tidak terkotak-kotak dalam politik aliran. Namun, bila ada warga NU yang ingin aktif di politik, sama sekali tidak ada halangan. Tetapi, tidak membawa bendera NU secara kelembagaan dalam kiprah politiknya. Paling tidak, hal itu berlaku untuk masa sekarang.

Namun menurutnya, sepanjang mereka membawa visi nasional Indonesia secara utuh, akan disambut baik. NU akan merespons siapapun ketika yang dibicarakan itu masalah nasional dan utuh. Ketika mereka melakukan (atau) tampil sebagai partisan politik, itu ya terserah anggota saya, mau pilih atau tidak. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi dalam menjalankan organisasinya memiliki prinsip bahwa NU tidak akan berpolitik praktis dengan mengubah diri menjadi partai politik (parpol) pada Pemilu 2004. Menurut dia, pengalaman selama 21 tahun sebagai partai politik cukup menyulitkan posisi NU.

Pengalaman pahit selama 21 tahun menjadi partai politik periode 1952 sampai 1973, kata Muzadi menjadi pertimbangan signifikan dari pengurus besar untuk mengubah bentuk organisasi itu. Waktu itu, kata Muzadi yang sempat menjadi Ketua NU Cabang Malang, kerja orang-orang NU hanya memikirkan kursi legislatif. Sementara kerja NU lainnya seperti usaha memajukan pendidikan dan intelektual umat terabaikan. Menjelang Pemilu 2004, NU didorong oleh berbagai kelompok untuk menjadi partai politik. Desakan menjadi parpol juga datang dari kelompok dalam NU (kalangan nahdliyin), tetapi sikap NU tidak goyah. Politik merupakan salah satu kiprah dari sekian banyak sayap NU. Di mata Muzadi, partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan dan kepentingan, sementara sifat kekuasaan itu sesaat. Di sisi lain NU dituntut memelihara kelanggengan dan kiprah sosialnya di masyarakat. Oleh karena itu, NU akan menolak setiap upaya perubahan menjadi partai politik.

Mengenai pemimpin bangsa, menurut Muzadi, NU itu tidak berpikir bagaimana mengajukan calon dari NU. Tapi, yang dipikirkan, adakah calon dari mana pun yang mampu melakukan recovery, penyembuhan terhadap Indonesia. Hal itu menurutnya harus lebih dulu dipikirkan daripada intern NU, apalagi ramai-ramai membuat NU terjun langsung di dunia politik.

Munculnya konflik di Indonesia, terutama yang membawa-bawa nama agama hingga pemerintah dan aparat kewalahan menanganinya merupakan masalah serius yang harus diselesaikan. Bila menyangkut konflik antaragama, ia mengatakan NU telah melakukan dialog lintas agama. Sebab, tidak mungkin masalah itu selesai hanya dengan peran satu kelompok saja. Harus melibatkan keduanya. Itu bila konflik ingin dituntaskan.

Hasyim dikenal sebagai sosok kiai yang cukup tulus memosisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia. Selain sebagai ulama, sosok Hasyim cukup “nasionalis” dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan. Itu sebabnya, dalam kunjungan di AS ini, Hasyim benar-benar seperti mengabdikan diri bagi kepentingan lebih besar. Salah satunya ia tunjukkan dalam bentuk memberikan penjelasan kepada dunia internasional bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang moderat, kultural, dan tidak memiliki jaringan dengan organisasi kekerasan internasional.

Ketika terjadi peristiwa ditabraknya gedung WTC 11 September 2001, di mana AS langsung menuduh gerakan Al Qaeda sebagai pelakunya dan menangkapi orang-orang dan kelompok Islam yang diduga terkait dengan jaring Al Qaeda, posisi Islam moderat Indonesia luput dari tuduhan. Namun hal itu bukan berarti persoalan selesai. Hasyim Muzadi memiliki pandangan, dunia internasional perlu mengetahui kondisi Islam di Indonesia dan perilaku mereka yang tidak menyetujui tindak kekerasan.

Untuk itu perlu upaya komunikasi dengan dunia luar secara intensif. Tak terkecuali dengan AS. Makin banyak dan intens komunikasi maupun kontak ormas-ormas moderat Indonesia dengan internasional dan AS, itu makin positif. Apalagi, di tengah keterpurukan ekonomi, sosial, dan keamanan di Indonesia saat ini, kerja sama internasional jauh lebih berfaedah daripada keterasingan internasional. Hasyim Muzadi pun menjadi tokoh yang mendapat tempat diundang pemerintah AS untuk memberi penjelasan tentang pemahaman masyarakat Islam di Indonesia. Ia cukup gamblang menjelaskan peta dan struktur Islam Indonesia. AS beruntung mendapat gambaran itu langsung dari ormas muslim terbesar IndonesiaIndonesia juga bersyukur karena seorang tokoh ormas muslimnya menjelaskan soal-soal Islam Indonesia kepada pihak luar. “Saya gambarkan, umat Islam di Indonesia itu pada dasarnya moderat, bersifat kultural, dan domestik. Tak kenal jaringan kekerasan internasional,” ujar Hasyim.

Soal kelompok-kelompok garis keras di Indonesia-betapapun jumlah dan kekuatannya cuma segelintir-Hasyim mengingatkan AS bahwa mengatasinya harus tidak sembarangan. Jangan sekali-kali menggunakan represi. Bukan hanya kontraproduktif, tapi bisa memunculkan radikalisme betulan. Sekali AS bertindak, seperti dilakukannya di Afghanistan atau negara-negara Timur Tengah, dengan intervensi langsung, hasilnya bisa runyam. Indonesia tidak bisa dipukul rata dengan Timur Tengah atau negara-negara lain.

Apa alternatif pendekatannya jika represi ditanggalkan? “Saya minta supaya pendekatannya pendekatan pendidikan, kultural, dan social problem solving. Dijamin, gerakan-gerakan kekerasan akan hilang,” tutur Hasyim.

Di sisi lain, AS sadar perlunya menggalang pengertian dan kerja sama dengan Islam moderat di dunia. Di AS sendiri, ada sekitar 5 juta penganut Islam dan kini menjadi agama yang paling cepat pertumbuhannya dibandingkan agama-agama lain. Muzadi juga mengakui, pejabat AS memang memiliki pandangan sendiri tentang masa depan, dunia Islam, dan terorisme. Namun banyak senator AS yang berharap Indonesia menjadi komunitas muslim yang pada masa depan bisa bersahabat dengan dunia. Itu istilahnya mereka, katanya. Sedangkan ukuran AS adalah Indonesia bisa mengatur diri, sehingga tak menjadi sarang “kekerasan.” Namun, menurut Muzadi, yang cukup menggembirakan adalah tidak ada rencana AS sedikit pun untuk menyerang Indonesia.

Sumber : http://www.muslimoderat.net

Selasa, 07 Maret 2017

10 Kepala Daerah Terbaik Versi Tempo

Jakarta - (8/3/2017) PT Tempo Inti Media Tbk (Tempo Media Group) malam ini, Jumat, 3 Maret 2017, memberikan penghargaan kepada 10 kepala daerah teladan. Sebanyak 10 kepala daerah tersebut merupakan kepala daerah teladan pilihan Tempo pada 2017.

Direktur Utama Tempo Media Group Toriq Hadad dalam sambutannya menuturkan standard Tempo cukup tinggi untuk menentukan 10 kepala daerah teladan pilihan Tempo 2017. Ia pun berharap dengan adanya 10 kepala daerah itu maka akan menumbuhkan semangat.

"Mudah-mudahan penghargaan ini menambah semangat dan membuat kota yang Bapak Ibu pimpin lebih bermanfaat,” katanya di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Jumat malam, 3 Maret 2017.

Adapun kesepuluh kepala daerah tersebut adalah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Bantaeng Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Bupati Batang Jawa Tengah Yoyok Riyo Sudibyo, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.

Selain itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Tapin Kalimantan Selatan Arifin Arpan, Bupati Malinau Kalimantan Utara Yansen Tipa Padan, Bupati Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta Hasto Wardoyo, dan Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto.

Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan tradisi Tempo dalam memilih kepala daerah teladan dimulai pada 2008. Ia mengatakan awalnya pemilihan dilakukan dalam satu tahun sekali. Namun dengan pertimbangan kualitas pemenang penghargaan maka pemilihan dilakukan 3-4 tahun sekali.

"Harapannya pemilihan kepala daerah yang baru bisa memilih pemimpin-pemimpin yang baru," kata dia.

Arif mengatakan, awalnya proses pemilihan dilakukan dengan mendata seluruh kepala daerah baik bupati maupun wali kota. Setelah mereka didata tim menyusun dalam beberapa kategori.

Arif menambahkan dalam pemilihan tersebut melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi, PPATK, Komite Pemantau Kepala Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya untuk menelusuri kepala daerah yang ada terutama memastikan mereka bebas dari korupsi.

Arif melanjutkan dari hasil penelusuran tersebut, terpilih 28 orang kepala daerah. Ia mengatakan tanpa diketahui oleh para 28 kepala daerah, tim Tempo sudah bekerja di daerah masing-masing untuk mengecek dari stakeholder dan lembaga swadaya masyarakat.

“Untuk memastikan kepala daerah dipilih tidak akan tersangkut korupsi,” kata dia.

Dari penelusuran tersebut, kata Arif, terpilih menjadi 14 kepala derah. Tempo kemudian menurunkan tim dari Jakarta untuk memverifikasi. Ia menuturkan verifikasi jurnalistik dilakukan dua kali. Setelah mendapatkan 14 nama maka dilakukan cek ulang hingga mendapatkan 10 nama.

Dari 10 nama tersebut, 6 di antaranya sudah tidak asing karena sempat mendapatkan penghargaan yang sama.

Mereka adalah Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Suyoto, Nurdin Abdullah, Azwar Anas, dan Yoyok Riyo Sudibyo. Namun Tempo tidak bisa menolak tradisi para kepala daerah yang mampu mempertahankan prestasi.

Arif mengharapkan nama-nama yang memperoleh penghargaan mampu memberikan inspirasi kepada publik secara lebih luas lagi. Ia menyebut nantinya akan terbentuk jaringan baik untuk pemimpin masa depan.

"Jaringan yang kami andalkan untuk memerangi niat jahat korupsi dengan memunculkan orang baru. Selamat kepada seluruh pemenang,” kata dia.

Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo yang hadir dalam malam apresiasi menyampaikan terima kasih kepada
Tempo . Ia mengaku bukan ahli dalam pemerintahan daerah. Sebab, latar belakang keilmuannya adalah sebagai dokter spesialis kandungan. Ia mengaku tak memiliki ilmu yang cukup luas di bidang pemerintahan dibanding 9 orang kepala daerah lainnya.

Namun, Hasto memiliki kepekaan terhadap kondisi kemiskinan di Kulonprogo. "Saya gemas kami miskin, setali tiga uang dengan Gunungkidul,” kata dia. Ia kemudian memikirkan untuk membuat sejumlah inovasi untuk warga Kulonprogo.

Hasto mencontohkan, pihaknya sudah bisa membuat air minum sendiri dengan brand Airku yang merupakan singkatan dari Air Kulonprogo. Cara itu dilakukan untuk membangun ekonomi secara mandiri. Dari inovasinya, sebagian produk air kemasan mampu dikuasai oleh produk lokal.

Selain itu, Hasto mengatakan daerahnya mampu menghasilkan batik. Ia pun meminta para siswa di Kulonprogo bisa mengunakan produk batik buatan lokal. Termasuk juga ia membuat peraturan daerah untuk mengakuisisi toko berjejaring di dekat pasar agar mampu dibeli oleh koperasi. "Tokonya boleh dibeli koperasi lalu diganti namanya menjadi Tomira, Toko Milik Rakyat," kata dia. (DANANG FIRMANTO/islampol.blogspot.co.id).

Sumber : tempo.co

Kamis, 02 Maret 2017

11 MoU Indonesia - Arab Saudi

JAKARTA -(2/3/2017) Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara masing-masing Kementerian dan Lembaga terkait. MoU ini diharap bisa menjembatani kebutuhan kedua negara untuk meningkatkan sejumlah sektor yang bisa dilengkapi oleh masing-masing negara.

1 1 MoU yang telah ditandatangani adalah sebagai berikut:

1. Deklarasi pemerintah Kerajaan Arab Saudi perihal peningkatan pimpinan sidang komisi bersama. Ditandatangi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi.

2. Pendanaan Saudi terhadap pembiayaan proyek pembangunan antara Saudi Fund for Development dan Pemerintah Republik Indonesia. Ditandatangani oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Wakil Direktur Saudi Fund.

3. Nota kesepahaman kerja sama kebudayaan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan informasi Kerajaan Arab Saudi.

4. Program kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dan Otoritas Usaha Kecil dan Menengah Kerajaan Arab Saudi mengenai Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.

5. Nota kesepahaman antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kesehatan.

6. Nota kesepahaman antara otoritas aero nautica Pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.

7. Program kerja sama Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab Saudi dalam bidang kerja sama scientific dan pendidikan tinggi.

8. Nota kesepahaman antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kementerian Urusan Islam Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi di bidang urusan Islam.

9. Nota kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kelautan dan perikanan.

10. Program kerja sama perdagangan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Investasi Kerajaan Arab Saudi.

11. Perjanjian kerja sama dalam pemberantasan kejahatan antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi.
(Debbie Sutrisno /Ilham/islampol.blogspot.co.id).

Rabu, 01 Maret 2017

Misi Penyelamatan Ekonomi Saudi dalam Tur Asia Raja Salman

JAKARTA -(1/3/2017) Kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz Ali Saud ke Indonesia mendapat sambutan yang gegap gempita. Kunjungan ini juga melambungkan berbagai ekspektasi dari berbagai pihak.

Yang penting dipahami adalah apa sebenarnya misi dari tur Raja Salman ke Asia itu. Perlu diketahui, kunjungan ke Indonesia ini merupakan bagian dari tur Raja Salman ke Asia. Sebelum ke Indonesia, Raja Salman sebelumnya berkunjung ke Malaysia dengan membawa rombongan sebanyak 600 orang. Setelah dari Indonesia, Raja Salman akan berkunjung ke Jepang, lalu China, berikutnya berlibur ke Maladewa selama dua pekan dan terakhir ke Yordania baru pulang ke Saudi.

Di Malaysia, Raja Salman menandatangani kesepakatan kerja sama strategis antara Aramco dan Petronas. Selain itu, Salman juga menawarkan rencana penjualan perdana (IPO) saham Saudi Aramco. Raja Salman berharap mendapat calon pembeli potensial untuk membeli saham Aramco saat IPO pada 2018 mendatang.

Kunjungan ke Indonesia dianggap banyak pihak sebagai kunjungan yang historis. Pasalnya, ini adalah kunjungan Raja Saudi sejak 46 tahun lalu. Agak janggal, katanya, tidak ada kunjungan Raja Saudi ke Indonesia, negeri muslim terbesar, selama 47 tahun. Apalagi, dalam kunjungan ini, Salman ditemani rombongan hingga 1500 orang, di antaranya 25 orang pangeran dan 10 menteri.

Seperti yang diungkapkan oleh Seskab Pramono Anung, Raja Salman akan berada di Indonesia selama sekira sembilan hari. Tiga hari akan diisi dengan agenda di Jakarta dan sisanya sekira enam hari di Bali. Raja Salman disambut langsung oleh Presiden Jokowi di bandara Halim Perdana Kusuma dan langsung menuju ke Istana Bogor melalui jalur darat dan melakukan pertemuan bilateral kurang lebih selama 2 jam.

Sore hari Raja Salman akan kembali ke Jakarta dan menginap di Hotel di kawasan Setiabudi Jakarta. Esok harinya, 2 Maret, Raja Salman dijadwalkan berpidato di DPR. Setelah itu mengunjungi masjid Istiqlal dan malamnya bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tanggal 3 Maret diisi dengan agenda pribadi. Tidak ada informasi mengenai apa saja agenda pribadi sehari Raja Salman di Jakarta itu. Barulah tanggal 4 Maret, Raja Salman dan rombongan akan berada di Bali hingga 9 Maret.

Kepala Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Ikatan Agen tour dan Perjalanan Indonesia), I Ketut Ardana, menjelaskan, dari informasi yang diterimanya Raja Salman telah memesan Hotel The St Regis Resort, The L Resort and Spa, Hilton Bali Resort, dan The Ritz Carlton. “Empat hotel itu tempat menginap rombongan Raja Salman selama berlibur di Bali mulai 4-9 Maret depan,” kata Ardana di Kuta, Minggu, 26 Februari 2017.

Jadi kunjungan 9 hari ke Indonesia juga bisa dikatakan sebagai liburan massal rombongan Raja Saudi ke Bali. Sebab dari 9 hari waktu kunjungan, yang lebih banyak merupakan liburan, yaitu 6 hari. Begitupun, anggota rombongan yang ikut menyertai agenda resmi Raja Salman sangat kecil dibanding jumlah rombongan yang mencapai 1500 orang.  Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, delegasi resmi yang akan melekat pada Raja Salman tidak sampai ribuan orang. Ia menyatakan, “daftar delegasi mereka yang resmi sampai 112 orang, termasuk 19 prince (pangeran) dan 7 menteri” (liputan6.com, 1/3).  Sementara yang menyertai Raja Salman ke Istana Bogor untuk bertemu dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla lebih sedikit lagi. Menurut Kepala Sekretariat Presiden, Darmansjah Djumala, dari 1500 rombongan raja Salman hanya 35 orang delegasi dan 50 perangkatnya yang menyertai raja Salman ke Istana Bogor.

Usai berkunjung ke Indonesia, dilansir dari The Asia One, Raja Salman akan melanjutkan perjalanan ke Jepang dari 12 sampai 14 Maret.

Raja Salman diperkirakan menghabiskan dua minggu terakhir bulan Maret untuk berlibur di Maladewa. Koran lokal, Mihaaru melaporkan, tiga resort telah disediakan untuk mereka tinggal (liputan6.com, 27/2).

 

Agenda Investasi

Kunjungan ke Indonesia kali ini merupakan tindak lanjut dari dua pertemuan yang sebelumnya telah dilangsungkan. Pertama, pada pertemuan kunjungan Presiden Jokowi ke Saudi pada Desember 2015. Pada pertemuan itu, RI dan Arab Saudi di antaranya menyepakati kerja sama di bidang pertahanan. Kemudian di bidang investasi, Arab Saudi melalui perusahaan minyaknya, Aramco, akan membangun kilang minyak di Indonesia.

Pertemuan kedua, seperti yang disampaikan Menko Ekuin Darmin Nasutian, kunjungan Raja Salman merupakan tindak lanjut dari pertemuan G20 di Hangzou tahun lalu (2016). Dalam pertemuan tersebut, ada tiga hal yang dibicarakan. Pertama, kerja sama antara Pertamina dengan Saudi Aramco yang kerja sama di ekspansi kilang. Kedua, kerja sama pariwisata, dan ketiga, kerja sama di penyediaan perumahan dengan biaya yang terjangkau. Menurut Menlu Retno Marsudi, pada pertemuan di China itu, Wakil Putra Mahkota Saudi Prince Mohammed bin Salman menyatakan komitmen Saudi untuk melakukan investasi besar-besaran di Indonesia. Dia menyebut akan melakukan mega investment.

Lebih jauh seperti diberitakan oleh Liputan6.com (1/3), dalam kunjungan kali ini Raja Salman akan menandatangani 10 nota kesepahaman (MoU) dengan RI. Seperti yang disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Armanatha Nasir, MoU itu mencakup MoU kerja sama bidang kebudayaan, MoU kerja sama kesehatan, MoU kerja sama meningkatkan status mekanisme bilateral sidang komite bersama, MoU soal dakwah dan keislaman, MoU soal pendidikan dan MoU kerja sama kelautan dan perikanan kerja sama dalam konteks food safety dan bidang kelautan, MoU soal kejahatan lintas batas seperti terorisme dan kejahatan yang lain, MoU kerja sama pelayanan udara, MoU usaha kecil menengah dan MoU kerja sama perdagangan.

Dia pun memastikan 10 belum angka final. Kemungkinan besar MoU yang disepakati bertambah banyak. Menurutnya, masih ada 10 lagi yang belum berjalan (masih proses finalisasi), jadi (kemungkinan) total 20 MoU.

Menurut dalam kunjungan kali ini Saudi juga tertarik untuk berinvestasi di bidang pengembangan infrastruktur di Indonesia. Saudi sudah menawarkan untuk turut serta dalam beberapa proyek pembangunan. Di antaranya, pembangunan jalan tol, terkait air bersih dan sanitasi, pengembangan rumah murah.

Dalam kunjungan kali ini, rencananya akan ditandatangani kerja sama Saudi Aramco dengan Pertamina tentang pengembangan fasilitas kilang minyak di Cilacap dengan nilai investasi sebesar USD 6 miliar. Juga akan ditandatangani investasi di sektor lain sebesar USD 1 miliar. Jadi total investasi yang ditandatangani dalam kunjungan kali ini mencapai USD 7 miliar. Hanya saja, investasi dari Saudi diharapkan akan mencapai USD 25 miliar atau sekira Rp 323 triliun. Tapi hal itu tidak akan sekaligus terwujud dalam kunjungan kali ini. Melainkan diharapkan akan bisa terealisasi dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan.

Jadi kunjungan Raja Salman kali ini lebih didominasi oleh agenda ekonomi atau lebih khusus investasi. Itu pula yang sudah disebutkan oleh Menko Perekonomian, Darmin Nasution bahwa kunjungan Raja Salman berpusat pada investasi.

Bahkan secara keseluruhan, tur Raja Salman ke Asia ini juga lebih didominasi agenda investasi. Di Malaysia, agenda kerja sama Saudi Aramco dengan Petronas adalah yang dominan. Demikian juga, salah satu misi ke Asia dari Raja Salman adalah mencari calon pembeli potensial untuk membeli saham Saudi Aramco yang akan ditawarkan perdana pada 2018 nanti. Saudi akan melempar 5% saham Aramco ke publik. Total yang akan didapatkan dari IPO itu sekira USD 100 miliar dana segar.

 

Agenda Penyelamatan Ekonomi Saudi

Kunjungan kali ini yang didominasi oleh agenda investasi menunjukkan pentingnya investasi itu bagi Saudi. Apalagi kunjungan ini dianggap historis sebab ini adalah kunjungan Raja Saudi setelah 47 tahun sejak kunjungan terakhir. Kunjungan Raja Saudi terakhir yaitu kunjungan Raja Faisal pada pada 10 Juni 1970. Kala itu Raja Faisal membawa jumlah rombongan 58 orang yang terdiri dari staf kerajaan, pengawal, wartawan Saudi, serta juru masak khusus.

Agenda investasi yang mendominasi kunjungan kali ini sangat penting bagi Saudi. Bisa dikatakan, itu adalah agenda penyelamatan ekonomi Saudi dalam jangka panjang. Hal itu karena saat ini ekonomi Saudi sedang dalam masa sulit.

Pada 5 Agustus 2015 surat kabar Finansial Times menyebutkan bahwa Saudi kembali ke pasar obligasi untuk mendapatkan 27 miliar Riyal pada akhir tahun ini. Finansial Times mengisyaratkan bahwa langkah ini menjadi bukti yang jelas bahwa anjloknya harga minyak menjadi tekanan terhadap neraca anggaran Saudi. Pada bulan Juli 2015, Fahd al-Mubarak, menteri perminyakan Arab Saudi, mengatakan bahwa Riyadh telah mengeluarkan untuk yang pertama kalinya, 4 miliar dolar obligasi lokal pada tahun 2007.  Dan sekarang ada rencana-rencana baru yang menjadi perluasan besar dalam program ini (menarik utang melalui obligasi) yang diyakini oleh para bankir akan berlanjut sampai tahun 2016.

Sejak anjloknya harga minyak dunia, Saudi menghadapi krisis neraca yang besar disebabkan anjloknya harga minyak dan naiknya batas belanja militer. Besarnya krisis neraca itu sampai memaksa Saudi berutang dengan mengeluarkan obligasi untuk menutupi defisit keuangannya yang terus meningkat.  Saudi telah mengeluarkan lebih dari 62 miliar dolar cadangannya dalam bentuk mata uang asing pada tahun 2015. Saudi berutang 4 miliar dolar dari bank lokal pada Juli 2015. Saudi mengeluarkan obligasi pertama tahun 2007.  IMF mengestimasi, defisit di neraca anggaran Saudi mencapai 20% dari PDB pada tahun 2015.  Defisit akan terus terjadi sampai tahun 2020.  Bagi negara yang biasa mengalami surplus keuangan, perubahan ini akan menjadi penderitaan.  Estimasi dari Capital Economics menunjukkan bahwa pemasukan pemerintah akan menurun 82 miliar dolar pada tahun 2015, setara 8% dari PDB. Faktor utama dari adanya tekanan ini adalah anjloknya harga minyak dari 107 dolar per barel pada bulan Juni 2014 menjadi 44 dolar per barel pada Agustus 2015. Total penurunan itu sebanding dengan setengah dari produk ekonomi negara dan 80 persen dari pemasukan pemerintah dari industri minyak.

Penurunan harga minyak bukan satu-satunya sebab memburuknya perekonomian Saudi. Dana mulai mengalir keluar dari Saudi setelah musim semi arab (arab spring) seiring dengan aliran pokok modal, mencapai 8 persen dari PDB pertahun sampai sebelum anjloknya harga minyak.  Sejak saat itu, hangusnya cadangan mata uang asing Saudi terjadi makin cepat. Hal itu mencapai puncaknya pada Agustus 2014 dimana total belanja mencapai 737 miliar dolar dan cadangan menurun menjadi 672 miliar dolar pada Mei 2015, artinya menurun minimal 12 miliar dolar dalam sebulan.

Semua itu masih ditambah dengan besarnya dana yang disedot untuk proyek-proyek politik-militer di luar negeri, seperti intervensi militer di Yaman dan intervensi di Suriah. Juga belanja militer yang tidak ada tanda akan menurun. Semua faktor secara gabungan menjadi tekanan besar bagi neraca keuangan Saudi dan tekanan besar bagi dana cadangan mata uang asing Saudi.

Meski demikian tetap saja banyak belanja Saudi yang tidak prioritas dan cenderung berlebihan. Misalnya, biaya membeli keamanan dalam negeri dan harga loyalitas yang mencapai 32 miliar dolar. Juga liburan mewah ke Prancis yang diikuti oleh 1.000 orang rombongan, tentu biayanya sangat besar (bagaimana dengan liburan sepekan ke Bali kali ini dengan rombongan 1500 orang? Dan liburan ke Maladewa selama dua pekan). Berdasarkan tingkat belanja seperti itu, cadangan Saudi mungkin saja akan menurun menjadi 200 miliar dolar pada akhir tahun 2018.

Arab Saudi adalah negara pengekspor minyak tertinggi di dunia dan perekonomiannya adalah yang terbesar di regional Arab. Selama ini pemasukan Saudi banyak bergantung dari minyak. Bahkan pernah tercatat 90 persen dari pendapatan Saudi dihasilkan dari sektor minyak.

Masalah besar terjadi sejak pertengahan 2014 ketika harga minyak dunia anjlok. Bahkan, di pertengahan 2016 harga minyak dunia terjun bebas dan merupakan yang paling buruk dalam 12 tahun terakhir. Akibatnya, Arab Saudi mengalami defisit sebesar lebih dari Rp 900 triliun pada 2015 lalu. Untuk negara yang sangat bergantung pada minyak, penurunan harga sedikit saja sangatlah berpengaruh terhadap pendapatan negara.

Harga minyak yang turun dari US$ 90/barel di tahun 2010 menjadi US$ 40-US$ 50/barel akhir-akhir ini berpengaruh besar pada Arab Saudi.  Menurut Rusli Abdulah, pengamat ekonomi dari INDEF ( (Institute of Development and Economics and Finance), ekonomi Saudi sebenarnya saat ini dalam keadaan buruk. Defisitnya terhadap GDP Arab Saudi itu sekitar -11,7% di tahun 2016. Itu neraca anggarannya. Tetapi kalau dibandingkan di tahun 2010, defisitnya tidak sampai dua digit, tetapi hanya satu digit.

Pemasukan dari minyak yang menurun drastis sejak 2011 lalu itu membuat sumbangan sektor industri yang didominasi minyak menurun drastis. Peran industri yang sebagian besarnya industri minyak itu sekira 58,8% di tahun 2010, lalu turun menjadi 45,9% di tahun 2015 dan turun lagi menjadi di bawah 45% pada tahun 2016.

Akibat dari terpangkasnya pemasukan dari minyak itu, angka pertumbuhan Saudi juga ikut terpangkas. Pada tahun 2011, ekonomi Saudi tumbuh sebesar 9,96%, kemudian mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 3,49% dan pada 2016 kembali turun menjadi 1%.

Di sisi lain, Saudi tetap tidak mau mengurangi angka liftingnya agar harga minyak naik kembali supaya pemasukan dari minyak bisa naik. Kemungkinan, kepentingan politik untuk “menghambat” pesaingnya yakni Iran yang juga banyak ditopang oleh minyak, lebih besar dari kepentingan Saudi untuk menaikkan pemasukan dengan kenaikan harga minyak. Sebab, jika harga minyak naik, Iran juga akan mendapat manfaat tidak sedikit dari kenaikan itu. Apalagi, sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran sudah dicabut sebagai imbalan atas tunduknya Iran dalam isu nuklir  kepada PBB khususnya Amerika.  Jika Saudi mengurangi lifting dan dengan itu harga minyak naik kembali, boleh jadi justru Iran yang mendapat keuntungan lebih banyak. Di samping itu, penurunan lifting dan kenaikan pemasukan karena kenaikan harga minyak merupakan cara instan, cara dagang, bukan cara jangka panjang yang bisa memberikan struktur ekonomi yang kuat bagi Saudi.

Karena itu jalan yang lebih baik dan sistematis adalah dengan restrukturisasi ekonomi. Arab Saudi menggulirkan agenda sangat ambisius yang disebut dengan Vision 2030 pada 2016. Tujuannya, dalam waktu 14 tahun Saudi bisa mengembalikan kondisi ekonomi dengan mengandalkan sektor-sektor lain selain minyak.

Untuk tujuan itu, Arab Saudi harus melakukan diversifikasi ekonomi ke bidang lain -termasuk jasa-.  Seperti dilaporkan The Economist, sejak 2016, pemerintah Arab Saudi sudah mengumumkan bahwa negaranya tak ingin lagi memiliki ketergantungan terhadap minyak. Artinya, Arab Saudi wajib terlibat aktif dalam perdagangan internasional dan investasi.

Diversifikasi ekonomi dan sumber pemasukan melalui investasi ke luar negeri dijadikan pilihan. Di sinilah, agenda investasi yang mendominasi agenda kunjungan ke Asia, khususnya ke Indonesia kali ini, bisa dianggap sebagai implementasi dari rencana itu. Namun, investasi merupakan rencana jangka panjang dan tidak bisa segera mendatangkan pemasukan. Sementara Saudi sendiri membutuhkan pemasukan dana segar. Untuk itulah, Saudi memutuskan untuk menjual sebagian saham Saudi Aramco melalui IPO pada 2018 mendatang. IPO saham Saudi Aramco nanti diprediksi akan menjadi IPO terbesar di dunia. Sebab, kalau seandainya Arab Saudi melakukan IPO 5% saja dari saham Aramco, maka pemerintah Arab Saudi akan mendapatkan dana segar sekitar US$ 100 miliar atau sekira Rp 1.300 triliun (kurs 1 USD Rp 13.000). Disinilah arti penting tur Raja Salman ke Asia kali ini, yang salah satu misi utamanya adalah mencari calon pembeli potensial untuk IPO saham Saudi Aramco pada 2018 mendatang.

Dari sini, bisa dilihat bahwa tur Raja Salman ke Asia termasuk kunjungan ke Indonesia kali ini merupakan bagian dari agenda penyelamatan ekonomi Saudi.

 

Menimbang Investasi Saudi ke Indonesia

Ada sebagian pihak memiliki ekspektasi, investasi Saudi sebesar USD 25 miliar atau sekitar Rp 323 triliun, akan bisa menggusur cengkeraman China. Karena itu, kedatangan Raja Salman saat ini dianggap sebagai penyelamatan negeri ini dari cengkeraman China.

Pada paparan di atas, malah terlihat sebenarnya kunjungan saat ini lebih merupakan agenda penyelamatan ekonomi Saudi.

Dalam kaitannya dengan penanaman modal langsung ke Indonesia, menurut BKPM, Arab Saudi berada di peringkat 25 di tahun 2015 dengan nilai US$ 30,36 juta atau Rp 400 miliar. Namun di tahun 2016 turun di urutan ke-57 dengan besaran US$ 0,9 juta atau Rp 120 miliar.

Pertanyaannya, kenapa tiba-tiba kali ini Saudi melipatgandakan investasinya ke Indonesia? Faktor sentimen keislaman boleh jadi ada perannya meski tidak signifikan. Alasan prospek ekonomi mungkin lebih dominan.

Amerika Serikat, dengan Trump sebagai presidennya yang menerapkan kebijakan America First, dan mengancam akan mengenakan pajak yang besar untuk investasi luar negeri, tentu tidak lagi bisa menjadi pilihan menari bagi investasi Saudi. Apalagi angka pertumbuhan ekonomi Amerika juga sangat kecil.

Begitupun dengan Eropa. Eropa masih terbelit dengan krisis finansial dan ekonomi yang membelit beberapa negara anggotanya yang dampaknya menimpa seluruh negara Eropa. Angka pertumbuhan ekonomi Eropa juga sangat kecil.

Indonesia termasuk negara yang memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara di dunia. Apalagi, Indonesia diprediksi akan menjadi negara ekonomi nomor empat atau lima dalam beberapa tahun mendatang.  Pasar Indonesia juga akan terus berkembang seiring dengan makin berkembangnya ekonomi dan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan kondisi dan prospek perekonomian Indonesia itu, tentu menjadi tujuan investasi yang sangat menarik bagi Saudi. Apalagi dalam hal itu bisa pula dimainkan sentimen keislaman.

Di sisi lain, Pemerintah Indonesia juga sedang gencar menarik investasi luar negeri. Maka gayung pun bersambut.

Investasi Saudi yang paling mungkin adalah di sektor industri minyak dan petrokimia. Sebab selama ini memang di sektor itulah, Saudi punya pengalaman. Sementara untuk sektor lain Saudi relatif belum punya pengalaman.

Di situlah sangat masuk akal jika investasi pertama dan besar Saudi di Indonesia adalah investasi pada pembangunan kilang minyak di Cilacap bekerja sama dengan Pertamina yang akan ditandatangani dalam kunjungan kali ini.

Juga sangat masuk akal jika di antara proposal investasi yang akan ditawarkan oleh Pertamina kepada Saudi adalah pembangunan kilang Bontang. Berikutnya tampaknya juga akan sangat mungkin disusul dengan investasi-investasi lain yang utamanya di sektor petrokimia.

Investasi pembangunan kilang di Cilacap sebesar USD 6 miliar memang akan memberikan keuntungan bagi negeri ini dan Saudi. Bagi negeri ini, dengan pembangunan kilang itu bisa diharapkan akan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM dari Singapura.

Namun investasi ini sebenarnya penting sekali bagi Saudi. Investasi ini bisa dianggap “mengunci” sebagian dari pasar minyak Saudi. Seperti diketahui, saat ini sekira 19 persen impor minyak mentah negeri ini berasal dari Saudi. Dengan dibangunnya kilang itu, maka pasokan minyak mentahnya akan didatangkan dari Saudi. Itu artinya, sekaligus sebagian dari pasar minyak mentah Saudi bisa dikunci dan dijamin kelangsungannya.  Saudi jelas berkepentingan untuk mengamankan pasar minyak mentahnya. Saat ini, Amerika sudah tidak lagi menjadi konsumen utama minyak mentah Saudi. Amerika sudah makin mandiri memenuhi pasokan minyaknya dari produksinya sendiri baik dari minyak konvensional maupun dari minyak serpih (shale oil).

Untuk kepentingan yang sama pula, kunjungan Raja Salman ke China bisa dipahami titik pentingnya bagi Saudi. Sebab peminum terbesar minyak mentah Saudi adalah China. Selain kepentingan itu, juga ada kepentingan menjajaki calon pembeli potensial untuk IPO saham Aramco pada 2018 mendatang. Untuk yang terakhir ini, agaknya juga menjadi misi kunjungan Raja Salman ke Jepang.

 

Investasi Saudi Vs Cengkeraman China

Potensi investasi Saudi yang begitu besar, diharapkan mencapai USD 25 miliar atau sekira Rp 323 triliun, membuat sebagian pihak menarik ekspektasi hal itu bisa menggusur investasi dan utang dari China.  Ekspektasi itu agaknya jauh panggang dari api.

Sebab, Saudi bukan membawa dana segar yang bisa digunakan sesuai keinginan Pemerintah negeri ini. Jika pun begitu, belum tentu dana segar itu akan digunakan untuk melunasi utang ke China. Sebaliknya, dana yang dibawa atau ditawarkan oleh Saudi adalah untuk keperluan investasi pada sektor-sektor dan proyek tertentu.

Lebih dari itu, investasi Saudi tidak bersinggungan dengan investasi China. Investasi Saudi akan lebih dominan di sektor perminyakan dan petrokimia. Jika pun dikabarkan akan ada investasi Saudi di sektor perumahan, dan infrastruktur, termasuk jalan tol misalnya, itu baru kabar dan belum jelas di mana dan berapa besarnya.

Jadi investasi Saudi bukan di sektor infrastruktur dan properti yang selama ini dan nantinya menjadi jarahan investasi China. Apalagi, infrastruktur di Saudi sendiri, misalnya kereta, digarap oleh China. Investasi Saudi juga tidak menjadi substitusi investasi China.

Dari semua itu, terlalu jauh jika berharap bahwa dengan investasi Saudi ini cengkeraman China akan bisa dipangkas atau bahkan dihilangkan. Sebaliknya, keduanya akan berjalan bersamaan. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb. (Yahya Abdurrahman /islampol.blogspot.co.id).

MENDADAK ARAB


*Indonesia Mendadak Arab*

Insya Allah masih segar dalam ingatan kita, 3 rangkaian peristiwa yang terjadi di negeri kita tercinta, Indonesia Raya.

_Pertama,_ pidato politik seorang ketua umum partai yang mengatakan *"kalau mau menjadi orang Islam jangan menjadi orang Arab".*

_Kedua,_ seorang pemuda yang lugu nan polos di tangkap bak gembong teroris *karena membawa bendera merah putih bertuliskan kalimat Tauhid.* Kalimat itulah yang menjadi alasan bagi polisi menangkapnya dengan sangat dramatis, padahal kalimat di bendera itu adalah sebaik-baik kalimat di muka bumi.

_Ketiga,_ tiga orang yang insya Allah pilihan Allah untuk mempersatukan ummat Islam Indonesia bahkan mungkin dunia yang tengah dikriminalisasi oleh penguasa.
*Ustadz Habibi Rizieq Syihab di Polda Jawa Barat, Ustadz Bahtiar Nasir di Polda Metro Jaya Jakarta, Ustadz Munarman di Polda Bali.*

*_Analisa sederhana,_*

Kunjungan Raja Salman dari Kerajaan Arab Saudi ke Indonesia adalah *tamparan halus* tapi menghujam langsung ke jantung sang Ibu ketum parpol karena beliau terpaksa hrus menelan ludah yang sangat pahit. Sebagaimana perkataan ibu ketum juga menusuk hati ummat Islam, *karena kecintaan ummat Islam terhadap Arab adalah karena ikatan Aqidah yg dibawa oleh Rasulullah yang dipilih oleh Allah SWT dilahirkan di jazirah Arab.*

Indonesia akan menyambut kedatangan Raja Salman dengan nuansa Arab. Dan untuk sementara dari sebelum tanggal 1 sampai 9 Maret 2017 *masyarakat Indonesia akan disuguhi hal-hal berbau Arab. Di lini massa akan bertebaran berita seputar Arab dan semua tentang Arab.* Meski hanya sementara tp sepertinya sudah cukup bisa meresap di jiwa rakyat Indonesia umumnya dan ummat Islam khususnya untuk memunculkan rasa bangga menjadi bagian dari Arab. Dan mungkin setiap proyek hasil investasi Arab akan jadi pergunjingan warga *_"ini investasi Arab lho, bukan China"._* *Dan Indonesia mendadak Arab*

Perkataan sang ibu ketum yang tendensius dan penuh kebencian yang lahir dari hati yang penuh kebencian pula. Meminjam istilah Aa Gym, teko hanya akan mengeluarkan isinya. Jika isinya kopi maka akan keluar kopi, jika isinya susu maka keluarnya pun akan susu. Nalar kita pun bisa bicara demikian. Jika isinya kopi sangat mustahil keluarnya adalah jus alpukat. Jika isinya teh, sangat mustahil keluarnya adalah nasi kotak.

_Sesungguhnya sudah nampak langsung kemurkaan Allah,_ ketika *Ibu yang terhormat ini gagap mengucapkan "Subhanahu wata'ala" pada saat beliau hendak mengakhiri pidatonya,* Isyarat bahwa Allah murka dan tdk bersedia Nama-Nya yang sempurna disebut oleh sang pendusta.

_Yaa Rabb jika msih hidup saja Engkau sudah cabut kemampuan lisan untuk menyebut nama-Mu, bagaimana akan mampu mengucapkan nama-Mu di akhir hayat nanti. Bukankah sebaik-baik kalimat penutup adalah kalimat Mu, nama-Mu?_

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia *membuat Indonesia harus mengibarkan bendera kerajaan Arab Saudi lengkap dengan Tulisan Kalimat Tauhid "Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah" di sepanjang jalan protokol yang akan dilalui Raja Salman dalam kunjungannya ke Indonesia.*

Ini seolah untuk *menyindir halus* akan kesalahan fatal yang telah dilakukan polisi dengan menangkap pemuda lugu pembawa bendera merah putih dengan tulisan kalimat Tauhid yang sama persis dengan kalimat yang ada di bendera Kerajaan Arab Saudi. *_Dlm beberapa hari kedepan kita akan terbiasa melihat bendera bertuliskan kalimat Tauhid bersanding dengan bendera merah putih kita._* Jika kemarin Nur Fahmi di tangkap dengan bendera merah putih bertuliskan kalimat Tauhid dalam keadaan terhina, *tapi sungguh Allah tidak terima dan dengan cara-Nya kalimat tauhid itu akan berkibar tegak di sepanjang jalan. Dan akan disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia bahkan dunia. Allahu Akbar. Yaa Rabb Engkaulah sang Penguasa Jagad Raya.*

Berikutnya adalah Istana Bogor, tempat presiden Jokowi hendak menjamu Raja Salman dengan nasi kebuli adalah di bawah koordinasi wilayah Polda Jawa Barat dimana ustadz Habib Rizieq Syihab ditersangkakan.

Istiqlal di Jakarta, tempat ustadz Bahtiar Nasir didakwa dengan TPPU. Dimana sang raja juga akan mengadakan kunjungan singkat ke Masjid kebanggaan kita ini yang di bawah koordinasi wilayah Polda Metro Jaya Jakarta.

Bali, Raja Salman akan berlibur di daerah koordinasi wilayah Polda  Bali, di mana ustadz Munarman yang juga ditetapkan sebagai tersangka di Polda Bali.

_Sederhana,_ ini adalah taktik yang di pakai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang in sha Allah bagian dari petunjuk Allah untuk membuat gentar kaum kafir yang sering mengusik ketenangan kaum muslimin di Madinah. *Apakah dengan langsung mengirimkan pasukan perang? Tidak!* Tapi cukup dengan _mengirimkan sejumlah kecil pasukan ekspedisi._ *Pasukan kecil inipun sudah cukup untuk membuat musuh gempar dan kalang kabut.*

*Raja Salman sangat mengetahui kondisi Ummat Islam di Indonesia,* seperti yang disampaikan dubes Arab Saudi pada wawancara live di TV One. _Allahlah yang menggerakkan hati Raja Salman untuk mengunjungi Indonesia._ Allah pula yang menggerakkan Raja Salman dan rombongannya mengunjungi Bogor (Jabar), Istiqlal (Jakarta ), Nusa Dua (Bali) *_sebagai pasukan kecil ekspedisi untuk membuyarkan barisan musuh, merobek-robek kesombongan kaum munafikun, dan meluluh lantakkan harapan mereka untuk menguasai negeri kita tercinta ini. insya Allah._*

Dan Allah pula yang menggerakkan Jokowi tanpa dia sadari untuk menunjukkan kepada Raja Salman tempat dimana dia membiarkan kriminalisasi terjadi terhadap para pemimpin dan ulama Islam Indonesia.

_Yaa Rabb Engkaulah sebaik-baik pembuat makar, balaslah makar mereka dengan sebaik-baiknya pembalasan._

Wallahu a'lam

_Umm Al Fatih (Ibu Rumah Tangga )_