Cari Blog Ini

Rabu, 31 Mei 2017

8 Tuntutan Alumni 212 Kepada Presiden Jokowi

Jakarta -(1/6/2017) Gema Rakyat. Presidium Alumni 212 membacakan delapan poin surat terbuka yang ditujukan untuk Presiden Joko Widodo . Presidium Alumni 212 menilai rezim Jokowi telah melakukan pelanggaran berat secara sistematis.

Ketua Presidium Alumni 212 Ustaz Ansufri Idrus Sambo menuturkan , ada delapan poin yang ditujukan kepada Presiden Jokowi .

Pertama , pihaknya mendesak tim investigasi Komnas HAM untuk segera mengeluarkan rekomendasimya bahwa rezim Jokowi telah melakukan pelanggaran berat secara sistematis, masif dan terstruktur terhadap para ulama , aktivis- aktivis prokeadilan dan ormas islam HTI .

“ Kedua , membawa hasil rekomendasi Komnas HAM tersebut ke jalur konstitusional di DPR dan mendesak DPR melakukan sidang istimewa MPR untuk meminta pertanggung jawaban Presiden yang dianggap sudah melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran hukum dengan mengkriminalisasi para ulama , aktivis - aktivis , dan membubarkan ormas Islam HTI, ” ujar Sambo di Masjid Baiturahman , Tebet , Jakarta Selatan , Rabu ( 31/ 5 / 2017 ) .

Ketiga , pihaknya akan membawa hasil rekomendasi Komnas HAM tersebut ke dunia internasional yaitu OKI , dan pengadilan internasional untuk menyelidiki dan mengadili kejahatan yang diduga kuat dilakukan oleh rezim Jokowi terhadap ulama , aktivis - aktivis prokeadilan dan ormas Islam .

Empat, menggalang kekuatan umat di seluruh Indonesia dengan melakukan Aksi Damai Bela Ulama . Dan aksi mosi tidak percaya kepada pemerintah dan menuntut mundur Jokowi dari jabatan Presiden karena sudah melanggar sumpahnya sebagai Presiden RI untuk menegakkan hukum dan konstitusi dengan sebenar - benarnya dan juga untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia .

“Kelima , meminta Polri dan TNI untuk bertindak netral dan tidak menjadi alat kekuasaan rezim penguasa , dan selalu dibelakang rakyat dalam menegakkan dan menuntut keadilan di negeri ini . Kami minta TNI dan Polri untuk tidak bertindak represif kepada rakyat selama rakyat menjalankan aksi dengan damai, tertib dan konstitusional , ” lanjutnya .

Enam, pihaknya akan melakukan tablik akbar , istigasah, zikir dan doa di seluruh pelosok Indonesia agar Allah menurunkan pertolongan- Nya untuk menyelamatkan ulama , dan menyelamatkan negeri dari kezaliman - zaliman rezim penguasa saat ini ( Ramadan adalah bulan pengabulan doa doa)

“Ketujuh , khusus untuk penetapan tersangka pada Habib Rizieq , dan rencana kepulangan beliau ke Tanah Air maka kami Presidium Alumni 212 bersama tim pembela ulama mengajak ormas- ormas Islam lainnya dan juga komponen masyarakat cinta ulama untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagai simbol matinya keadilan di negeri ini dan juga melakukan aksi 1 juta massa untuk menjemput Habib Rizieq di Bandara Soekarno - Hatta , ” ungkapnya .

“Terakhir kedelapan, sebagai rasa hormat kami kepada Bapak Presiden Jokowi , kami mengimbau masih ada kesempatan dan belum terlambat bagi Bapak Jokowi dapat mengakhiri semua kegaduhan - kegaduhan ini dengan memerintahkan Kapolri dan Jaksa Agung untuk menghentikan semua kriminalisasi ulama dan aktivis aktivis dengan mengeluarkan SP 3 dan SKP 2 Serta mencabut pernyataan pembubaran HTI, ” tuturnya .

“ Terima kasih Bapak Presiden Jokowi atas perhatian dan kelapangan hatinya untuk menerima dan membaca surat terbuka ini , semoga Allah senantiasa memberikan hidayah dan rahmat - Nya kepada Pak Jokowi , ” tutup Sambo . [ GR / snc ]

Selasa, 30 Mei 2017

Teks Doa yang Menggemparkan dari Umat Katolik di Yogyakarta

Yogyakarta- 30/5/2017) Akun Facebook bernama Algonz Dimas Bintarta Raharja baru-baru ini mengunggah sebuah foto yang lantas menjadi viral.

Foto yang diunggah pada 27 Mei 2017 itu memperlihatkan sebuah teks doa umat Katolik.

Menurut penjelasan Algonz, itu merupakan teks doa umat pada suatu misa di salah satu gereja katolik di Yogyakarta.

Tidak dijelaskan dimana letak gereja Katolik yang bersangkutan.

Akan tetapi Algonz memberikan keterangan sebagai berikut:

"Selamat berbuka di hari pertama Ramadhan ini para kerabat sesama manusiaku yg menjalani nitilaku puasa Ramadhan 1438 H. Tetap sehat tetap semangat, tetap damai, berdamai dengan lingkungan sekitar dan diri sendiri. Rahayu

Dalam teks doa itu tertulis:

"Bulan Ramadhan segera tiba. Saudari-saudara kita, umat Islam, menantikannya dengan rindu untuk menjalan ibadah puasa."

"Bapa, limpahilah mereka rahmat kesehatan agar menunaikan ibadahnya dengan baik. Jadikanlah kami saudara yang toleran bagi mereka."

Foto ini lantas menjadi viral karena teks doa saat misa itu sangat menyentuh hati.

Pesan yang baik ini lantas dibagikan oleh banyak netizen. Tercatat, postingan Algonz ini saj sudah dibagikan lebih dari 280 kali dan terus bertambah.

Beberapa netizen yang membagikan postingan itu memberikan komentarnya.

"Sungguh layak utk di share... #DamaiItuIndah," tulis
Tyo Setianto .

"Mendoakan lebih baik daripada menghujat ...," tulis
Arie Pakpahan .

"Masya Allah... status paling mutu sepanjang hari ini. Kami berbeda dan saling menghormati," tulis Titin Mufarrahah .

"Terharu campur merinding.. terimakasih ya saudara saudari atas doa nya. Semoga kita semua sehat2 sehingga bisa mengabdi Tuhan, Bangsa, dan negara dengan sebaik2nya.
Terimakasih untuk pelajaran ini...," tulis Aulia Djatnika. (TribunStyle.com/Rifan Aditya).

Senin, 29 Mei 2017

Kepentingan Amerika, Inggris dan Israel Zionis dibalik Teror Bom Kampung Melayu

RAKYAT INDONESIA...
SADAR DAN BERSATULAH...!!!

Dua hari pasca ledakan bom yang menewaskan tiga personel polisi dan melukai 15 orang lainnya di halte busway Kawasan Kampung Melayu, Rabu malam (24/5), Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab.

"Pelaku ledakan yang menyerang polisi Indonesia di Jakarta adalah milisi ISIS," ujar ISIS dalam pernyataannya di Amaq, seperti dikutip dari Channel News Asia , Jumat, 26 Mei 2017.

ISIS banyak mengaku bertanggung jawab atas beberapa teror bom yang terjadi di berbagai negara, seperti Spanyol, Inggris, dan Perancis.

Tuduhan sebagian masyarakat tanah air, bahwa teror bom Kampung Melayu adalah rekayasa polisi gugur sudah. Secara logika akal sehat, tuduhan tersebut juga ngawur dan mencederai hati nurani. Bagaimana mungkin institusi polri men-skenario pembantaian terhadap anggotanya sendiri...?

Menurut data BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), hingga hari ini tercatat 120 anggota polisi yang menjadi korban teror bom di tanah air, 50 diantaranya meninggal dunia. Sangat menyakitkan dan tidak beralasan tuduhan, bahwa polri ada dibalik teror bom di tanah air.

Pengakuan ISIS ini mestinya membuka mata masyarakat Indonesia akan ancaman keamanan yang sesungguhnya. Sejak kejadian Bom Thamrin, bom Bekasi, bom Cirebon hingga bom Kampung Melayu, ISIS selalu mengklaim bertanggung jawab.

Artinya, ISIS lah biang kerok kekacauan dan perpecahan yang terjadi di Indonesia.

ISIS juga tidak otomatis identitas dengan Islam. Mengarahkan telunjuk kepada entitas muslim sebagai teroris juga salah besar. Islam mengajarkan kedamaian dan keselamatan. Tidak ada satu pun ajaran Islam yang membolehkan pemeluknya melakukan aksi bunuh diri. Jangankan mengganggu ketertiban umum, membiarkan ada duri di tengah jalan saja sudah dianggap kemaksiatan.

Aksi Damai Bela Islam 411, 212 dan seterusnya adalah contoh bagaimana ajaran Islam diterapkan. Tertib, damai, bersih, aman, rapi bahkan rumput pun terjaga dari injakan kaki seorang muslim.

Lantas, bagaimana mungkin menyamakan ISIS yang kejam dan sadis dengan Islam yg damai dan santun...?

Apa dan siapa sesungguhnya ISIS itu...?

Dari banyak sumber yang terpercaya disebutkan bahwa ISIS sebagai organisasi teroris terbentuk atas inisiatif Amerika Serikat dan sekutunya.

Seorang mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Amerika (US NSA _National Security Agency), Edward Snowden, seperti dilansir Globalresearch, menyebut ISIS sebagai produk kerjasama antara Inggris, Amerika Serikat dan Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstrimis dunia dalam satu tempat.

Dalam berita itu disebutkan pula bahwa Snowden mengungkapkan strategi yang dikenal sebagai operasi “Sarang Lebah”. Dokumen NSA menunjukkan operasi “Sarang Lebah” bertujuan melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi itu adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya.

Baca Baca http://islampol.blogspot.co.id/2017/05/isis-adalah-bentukan-mossad-israel.html?m=1

Mantan Ibu Negara Amerika Serikat, Hillary Clinton yang juga mantan Menteri Luar Negeri, dalam buku terbarunya berjudul Hard Choice,  mengakui bahwa ISIS dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Dikatakannya, ISIS dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama dan negara-negara barat sekutunya demi memecah belah Timur Tengah (Timteng).

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam(Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary seperti dilansir harian Mesir, Elmihwar.

Baca http://islampol.blogspot.co.id/2017/05/hillary-clinton-isis-dibentuk-oleh.html?m=1

Kapolri, Jenderal Pol. Drs. HM. Tito Karnavian, MA, Ph.D, jauh-jauh sudah mengingatkan bahwa dinamika politik dan keamanan di suatu negara tidak bisa dilepaskan dari pergulatan politik serta ideologi global.

Ketika menjadi pembicara pada dialog di kantor Center for Dialog and Cooperation among Civilisations (CDCC), Menteng, Jakarta Kamis (4/8/2016), yang dihadiri sejumlah tokoh lintas agama dan disambut langsung oleh Ketua Presedium Inter Religius Council Indonesia (IRC) Din Syamsuddin, Kapolri mengupas dinamika yang terjadi di Indonesia ketika demokrasi berhaluan pada liberalisme.

Kapolri mengutip buku Samuel P. Huntington berjudul The Clash of Civilizations, meskipun Indonesia mengembankan kerukunan agama,  tapi sisi lain berhadapan pada iklim demokrasi liberal yang membolehkan kebebasan berekspresi serta mengeluarkan pendapat termasuk menjalankan kebebasan berkeyakinan.

Akan tetapi kebebasan berlebihan ini memberikan ruang kepada kelompok lainnya bebas menyatakan kebencian kepada kelompok lain.

Menurut Jenderal Tito, pada dasarnya agama dibangun atau dibentuk untuk membentuk nilai-nilai konstruktif, perdamaian dan kasih sayang. Akan tetapi juga memiliki kekuatan yang menghancurkan ketika teks agama dipahami secara pribadi serta digunakan untuk kepentingan politik dan sosial, sehingga ketika kelompok ini terbentuk lalu kemudian terjadi konflik atas nama Tuhan lebih berbahaya efeknya pada konflik-konflik lainnya.

“Konflik terberat mengandung unsur keagamaan, karena dianggap perintah Tuhan sehingga berani siap untuk mati,” kata Kapolri.

Baca http://islampol.blogspot.in/2017/05/benturan-peradaban.html?m=1

ISIS sebagai projects intelejen Mossad dan Amerika tahu betul memanfaatkan situasi ini untuk membentuk sel-sel yang didoktrin menjadi kelompok teroris.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia menjadi lahan subur tumbuhnya sel-sel teroris binaan ISIS.

Padahal sangat jelas hanyalah alat yang digunakan untuk membuat kekacauan di setiap negeri muslim dan merusak citra Islam. Di Timur Tengah, ISIS justru menyerang dan memusuhi negeri-negeri muslim seperti Turki, Irak dan Suriah. Kelompok ISIS juga mempertontonkan kekejaman dan kebiadaban yang tidak selayaknya dilakukan seorang muslim.

Jadi, harus dibedakan antara ISIS sebagai kelompok teroris dan Islam sebagai agama damai. ISIS yang membawa simbol-simbol Islam digunakan oleh penjajah seperti Amerika dan Israel untuk membuat kekacauan dan perpecahan di negara-negara selain Timur Tengah termasuk Indonesia.

Ketika suatu negara sudah kacau dan masyarakat terpecah belah hingga terjadi konflik bersenjata, disitulah kepentingan Kapitalis akan hadir, dalam bentuk penguasaan ekonomi, sumber daya alam dan pasokan senjata.

Dalam kasus di Indonesia, yang diadu domba saat ini adalah antara entitas muslim dengan institusi polri. Polri sebagai institusi dengan infrastruktur lengkap dan kewenangan besar berusaha dibenturkan dengan mayoritas penduduk Indonesia yang muslim.

Diperlukan kearifan dan kesadaran tinggi pada diri petinggi polri dan pemimpin-pemimpin ormas Islam untuk segera menyadari upaya adu domba dan pecah belah ini. Polri dan Islam adalah tidak pernah berkonflik apalagi sampai berhadap-hadapan dalam sejarah republik ini.

Anggota polri adalah anak kandung rakyat yang notabene mayoritasnya muslim. Harus segera ada upaya komunikasi dan rekonsiliasi permanen antara Institusi Polri dengan seluruh elemen umat Islam agar tanah air tercinta terhindar dari perpecahan dan kehancuran.

Bersatulah bangsaku, damailah negeriku, jayalah tanah air Indonesia...

Yogyakarta, 30 Mei 2017
Dalam keheningan Malam Ramadhan
Al Faqir Miskin dan Dho'if
Arief Luqman El Hakiem

Benturan Peradaban

Benturan peradaban atau clash of civilizations (CoC) adalah teori bahwa identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber konflik utama di dunia pasca- Perang Dingin. Teori ini dipaparkan oleh ilmuwan politik Samuel P.

Huntington dalam pidatonya tahun 1992 [1] di American Enterprise Institute, lalu dikembangkan dalam artikel Foreign Affairs tahun 1993 berjudul "The Clash of Civilizations?", [2] sebagai tanggapan atas buku karya mahasiswanya, Francis Fukuyama , berjudul The End of History and the Last Man (1992). Huntington kemudian mengembangkan tesisnya dalam buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order (1996).

Frasa ini pernah digunakan oleh Albert Camus pada tahun 1946, [3] dan Bernard Lewis dalam artikel The Atlantic Monthly edisi September 1990 berjudul "The Roots of Muslim Rage". [4] Frasa ini juga muncul di sebuah buku terbitan tahun 1926 tentang Timur karya Basil Mathews: Young Islam on Trek: A Study in the Clash of Civilizations (p. 196).
Istilah ini diambil dari konsep benturan budaya yang sudah pernah dipakai pada masa kolonial dan Belle Époque . [5]

Peradaban besar menurut Huntington

Benturan peradaban menurut Huntington (1996) sesuai yang dipaparkan dalam bukunya. [6]
Dalam tesisnya, Huntington membagi dunia menjadi "peradaban-peradaban besar":

Peradaban Barat , terdiri dari Amerika Serikat dan Kanada, Eropa Barat dan Tengah, Australia dan Oseania. Layak tidaknya Amerika Latin dan bekas negara anggota Uni Soviet sebagai bagian dari peradaban Barat akan menjadi penilaian penting pada masa yang akan datang menurut Huntington.

Sudut pandang tradisional Barat menganggap peradaban Barat terdiri dari negara dan kebudayaan Kristen Barat ( Katolik - Protestan ). [7]
Amerika Latin , mencakup Amerika Tengah, Amerika Selatan (kecuali Guyana , Suriname, dan
Guyana Perancis ), Kuba , Republik Dominika , dan Meksiko. Dapat dianggap sebagai bagian dari peradaban Barat. Banyak orang di Kerucut Selatan yang menganggap dirinya bagian dari peradaban Barat.

Kawasan Ortodoks bekas Uni Soviet , bekas Yugoslavia (kecuali Kroasia dan Slovenia ), Bulgaria ,
Siprus , Yunani, dan Rumania .
Negara yang mayoritas penduduknya non-Ortodoks biasanya tidak masuk ( Azerbaijan Muslim Syi'ah, Albania dan sebagian besar Asia Tengah Muslim Sunni, Slovenia dan Kroasia Katolik Roma, negara-negara Baltik Protestan dan Katolik). Namun demikian, Armenia masuk meski agama terbesarnya, Gereja Apostolik Armenia , merupakan bagian dari Ortodoksi Oriental alih-alih Gereja Ortodoks Timur.

Dunia Timur adalah campuran peradaban Buddha ,
Tiongkok , Hindu , dan Jepang .

Kawasan Buddhisme di Bhutan , Kamboja , Laos,
Mongolia , Myanmar , Sri Lanka , dan Thailand dianggap sebagai peradaban terpisah, namun Huntington percaya bahwa kawasan ini tidak tergolong peradaban besar dalam sistem internasional.

Peradaban Tiongkok di Tiongkok, Korea, Singapura , Taiwan , dan Vietnam . Kelompok ini juga mencakup diaspora Tionghoa , khususnya di Asia Tenggara.

Peradaban Hindu, berpusat di India, Bhutan, dan Nepal , dan menjadi panutan diaspora India di seluruh dunia.

Jepang, dianggap sebagai campuran peradaban Tiongkok dan unsur-unsur Altaik tua.

Dunia Muslim Timur Tengah Raya (kecuali Armenia , Siprus , Ethiopia , Georgia, Israel , Malta, dan
Sudan Selatan ), Afrika Barat utara, Albania, Bangladesh , Brunei , Komoro , Indonesia , Malaysia ,
Pakistan , dan Maladewa.

Peradaban Afrika Sub-Sahara di Afrika Selatan, Afrika Tengah (kecuali Chad), Afrika Timur (kecuali
Ethiopia , Komoro, Mauritius, dan pesisir Swahili di Kenya dan Tanzania), Tanjung Verde , Ghana, Pantai Gading , Liberia , dan Sierra Leone . Huntington menganggapnya sebagai peradaban ke-8 yang potensial.

Bukannya menjadi bagian dari salah satu peradaban "besar", Ethiopia dan Haiti tergolong negara "Sendiri".

Israel bisa saja dianggap sebagai negara unik dengan peradabannya sendiri, namun Huntington merasa Israel sangat mirip dengan peradaban Barat. Huntington juga percaya bahwa Karibia Anglofon , bekas koloni Britania di Karibia, merupakan peradaban terpisah.

Ada pula negara-negara yang tergolong "negara celah" karena dihuni oleh masyarakat yang memiliki peradaban berbeda.

Contohnya, India ("celah" karena mayoritas Hindu dan minoritas Muslim yang besar), Ukraina ("celah" antara wilayah barat yang didominasi Katolik Ritus Timur dan wilayah timur yang didominasi Ortodoks ), Perancis (celah antara peradaban Amerika Latin di Guyana Perancis dan peradaban Barat), Benin , Chad , Kenya , Nigeria ,
Tanzania , dan Togo (celah antara Islam dan Afrika Sub-Sahara), Guyana dan Suriname (celah antara Hindu dan Afrika Sub-Saharacleft), Tiongkok (celah antara peradaban Tiongkok dan Buddhisme di Tibet dan peradaban Barat di Hong Kong dan Makau ), dan Filipina (celah antara peradaban Islam di Mindanao , peradaban Tiongkok, dan peradaban Barat). Sudan juga dianggap sebagai "celah" antara Islam dan Afrika Sub-Sahara; pembagian ini terwujud pada Juli 2011 setelah Sudan Selatan memutuskan merdeka melalui referendum pada Januari 2011.

Daftar pustaka

Ankerl, Guy (2000). Global communication without universal civilization. INU societal research. Vol.1: Coexisting contemporary civilizations: Arabo-Muslim, Bharati, Chinese, and Western. Geneva: INU Press.
ISBN 2-88155-004-5 .

Barbé, Philippe , " L'Anti-Choc des Civilisations: Méditations Méditerranéennes", Editions de l'Aube, 2006, ISBN 978-2-7526-0208-4

Barber, Benjamin R. , Jihad vs. McWorld , Hardcover: Crown, 1995, ISBN 0-8129-2350-2 ; Paperback: Ballantine Books, 1996, ISBN 0-345-38304-4

Blankley, Tony , The West's Last Chance: Will We Win the Clash of Civilizations? , Washington, D.C., Regnery Publishing, Inc., 2005 ISBN 0-89526-015-8

Harris, Lee, Civilization and Its Enemies: The Next Stage of History , New York, The Free Press, 2004
ISBN 0-7432-5749-9

Harrison, Lawrence E. and Samuel P. Huntington (eds.), Culture Matters: How Values Shape Human Progress, New York, Basic Books, 2001 ISBN 0-465-03176-5

Harvey, David (2000). Spaces of Hope . Edinburgh, UK: Edinburgh University Press. pp. 79–80.
ISBN 0-7486-1269-6 .

Huntington, Samuel P. , The Clash of Civilizations? , in " Foreign Affairs", vol. 72, no. 3, Summer 1993, pp. 22–49

Huntington, Samuel P. , The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order , New York, Simon & Schuster, 1996 ISBN 0-684-84441-9
Huntington, Samuel P. (ed.), The Clash of Civilizations?: The Debate , New York, Foreign Affairs, 1996 ISBN 0-87609-164-8

Kepel, Gilles , Bad Moon Rising: a chronicle of the Middle East today , London, Saqi Books, 2003 ISBN 0-86356-303-1

Köchler, Hans (ed.), Civilizations: Conflict or Dialogue? , Vienna, International Progress Organization, 1999 ISBN 3-900704-18-X ( Google Print )

Köchler, Hans , After September 11, 2001: Clash of Civilizations or Dialogue? University of the Philippines, Manila, 2002

Köchler, Hans , The "Clash of Civilizations": Perception and Reality in the Context of Globalization and International Power Politics , Tbilisi (Georgia), 2004

Pera, Marcello and Joseph Ratzinger ( Pope Benedict XVI), Senza radici: Europa, Relativismo, Cristianesimo, Islam [transl.: Without Roots: The West, Relativism, Christianity, Islam , Philadelphia, Pennsylvania, Perseus Books Group, 2006 ISBN 0-465-00634-5 ], Milano, Mondadori, 2004 ISBN 88-04-54474-0

Peters, Ralph , Fighting for the Future: Will America Triumph? , Mechanicsburg, Pennsylvania, Stackpole Books, 1999 ISBN 0-8117-0651-6

Potter, Robert (2011), 'Recalcitrant Interdependence', Thesis, Flinders University

Sacks, Jonathan , The Dignity of Difference: How to Avoid the Clash of Civilizations , London, Continuum, 2002 ISBN 0-8264-6397-5

Toft, Monica Duffy, The Geography of Ethnic Violence: Identity, Interests, and the Indivisibility of Territory , Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 2003 ISBN 0-691-11354-8

Tusicisny, Andrej, "Civilizational Conflicts: More Frequent, Longer, and Bloodier?", in Journal of Peace Research, vol. 41, no. 4, 2004, pp. 485–498 ( available online )

Van Creveld, Martin , The Transformation of War , New York & London, The Free Press, 1991 ISBN 0-02-933155-2

Venn, Couze "Clash of Civilisations", in Prem Poddar et al. , Historical Companion to Postcolonial Literatures—Continental Europe and its Empires, Edinburgh University Press, 2008.

Referensi
1. ^ "U.S. Trade Policy – Economics" . AEI. 2007-02-15.
2. ^ Official copy (free preview): The Clash of Civilizations? , Foreign Affairs , Summer 1993
3. ^ http://www.ina.fr/audio/PHD85011203
4. ^ Bernard Lewis: The Roots of Muslim Rage The Atlantic Monthly , September 1990
5. ^ Louis Massignon, La psychologie musulmane (1931), in Idem, Ecrits mémorables , t. I, Paris, Robert Laffont, 2009, p. 629: "Après la venue de Bonaparte au Caire, le clash of cultures entre l'ancienne Chrétienté et l'Islam prit un nouvel aspect, par invasion (sans échange) de l'échelle de valeurs occidentales dans la mentalité collective musulmane."
6. ^ THE WORLD OF CIVILIZATIONS: POST-1990 scanned image Diarsipkan Maret 12, 2007 di
Wayback Machine
7. ^ [1] |Google books results in English language between the 1800–1960 period

Minggu, 28 Mei 2017

Hillary Clinton : ISIS Dibentuk oleh Amerika untuk Memecah Belah Timur Tengah

BataraNews.com – Fenomena munculnya gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS), memunculkan sebuah pernyataan mengejutkan yang dilontarkan mantan Menlu AS Hillary Clinton.

Dalam buku terbarunyaberjudul Hard Choice, Hillary mengakui bahwa gerakan tersebut dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Dikatakannya, ISIS dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama dan negara-negara barat sekutunya demi memecah belah Timur Tengah (Timteng).

(Baca: Mantan Agen CIA: ISIS Organisasi Bentukan Amerika, Israel, dan Inggris )

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam(Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary seperti dilansir harian Mesir, Elmihwar, Rabu (6/8/2014).

Awalnya gerakan tersebut akan didirikan di Sinai, Mesir, usai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Namun saat terjadi kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir, semua rencana itu berantakan.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah. Dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton itu.

Pihak barat, menurut Hillary, sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan di Mesir. Namun negeri piramida tersebut bukanlah Suriah atau Libya karena militer negara tersebut tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka.

“Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalkan, kami pun rugi,” tulis dia.

Sebelumnya, mantan karyawan Kontrak US National Security Agency (NSA), Edward Snowden juga melontarkan pernyataan yang hampir sama.

Snowden, seperti dilansir Globalresearch, menyebut ISIS sebagai produk kerjasama antara Inggris, Amerika Serikat dan Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstrimis dunia dalam satu tempat.

Dalam berita itu disebutkan pula bahwa Snowden mengungkapkan strategi yang dikenal sebagai operasi “Sarang Lebah”. Dokumen NSA menunjukkan operasi “Sarang Lebah” bertujuan melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi itu adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya.

Bocoran informasi rahasia ini juga mengungkapkan bahwa pemimpin ISIS dan Abu Bakar Al-Baghdadi merupakan jebolan program pendidikan Mossad. Dia diketahui pernah mengikuti pelatihan militer intensif selama satu tahun di bawah kendali Mossad, selain program dalam bidang teologi. (Dari berbagai sumber).

ISIS Adalah Bentukan Mossad Israel, Inggris dan Amerika

Gema Rakyat – Mantan pegawai Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden menyatakan jika Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan organisasi bentukan dari kerjasama intelijen dari tiga negara.

Dikutip dari Global Research, sebuah organisasi riset media independen di Kanada, Snowden mengungkapkan jika satuan intelijen dari Inggris, AS dan Mossad Israel bekerjasama untuk menciptakan sebuah negara khalifah baru yang disebut dengan ISIS.

Snowden mengungkapkan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia. Mereka menyebut strategi tersebut dengan nama ‘sarang lebah’.

Dokumen NSA yang dirilis Snowden menunjukkan bagaimana strategi sarang lebah tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan zionis dengan menciptakan slogan Islam. Berdasarkan dokumen tersebut, satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan Yahudi adalah menciptakan musuh di perbatasan.

Strategi tersebut dibuat untuk menempatkan semua ekstremis di dalam satu tempat yang sama sehingga mudah dijadikan target. Tak hanya itu, adanya ISIS akan memperpanjang ketidakstabilan di timur tengah, khususnya di negara-negara Arab.

Berdasarkan dokumen tersebut, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pun mendapatkan pelatihan militer setahun penuh dari Mossad, Israel. Al Baghdadi juga mendapatkan kursus teologi dan retorika dari lembaga intelijen zionis itu.

Link: http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/08/01/n9m0h7-snowden-isis-bentukan-israel-as-dan-inggris
Islam agama yang penuh cinta dan damai.. tak ada Inkuisisi penyiksaan seperti Kristen Eropa. Jutaan kumpul gereja aman, bahkan rumput aja dijaga.

Ajaran Islam yang indah dan damai ingin dicitrakan barbar sadis… maka musuh-musuh Islam menciptakan ISIS.

ISIS dijadikan alat untuk menyerang Islam. Menyerang pemerintahan yang betul-betul membela Islam seperti Turki, dan menyerang tempat-tempat lain untuk tujuan menjelekkan citra Islam.

Makanya, ISIS tak pernah menyerang Israel “Biang Teroris” sesungguhnya.

ISIS itu wajib dihancurkan, bukan malah menggunakan ISIS untuk menghantam dan menghancurkan Islam dan Umatnya.

Situ mau menumpas Teroris atau mau menumpas Islam? Jujur saja.
Hanya musuh-musuh Islam dan yang benci dengan Islam yang mengaitkan ISIS dengan Islam dan Umatnya. (Dari berbagai sumber).

Sabtu, 27 Mei 2017

Bom Kampung Melayu ; Siapa Diuntungkan...?

Kasus ledakan bom kembali terjadi di tanah air. Kali ini terjadi di sebuah halte busway kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) sekira pukul 21.00 WIB.

Lima orang korban dinyatakan meninggal dunia, tiga diantaranya anggota polisi yang sedang bertugas mengamankan pawai obor menyambut Ramadhan 1438 H.

Sontak, peristiwa tersebut menjadi heboh dan menghiasi halaman muka berbagai media. Media sosial paling update dan getol menyoroti seputar kejadian ini.

Berbagai analisa dan opini berseliweran, baik yang keluar dari pengamat, akademisi, politikus hingga pedagang keliling pinggir jalan.

Seperti yang sudah-sudah, segera saja masyarakat terbelah menjadi dua kelompok. Efek pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta yang baru saja digelar masih mewarnai diaspora dua kelompok ini.

Satu kelompok masyarakat segera mengarahkan jari telunjuk kepada institusi polri sebagai dalang di balik teror bom Kampung Melayu. Mereka menuduh bahwa Bom Kampung Melayu adalah rekayasa, pengalihan isu dan skenario untuk menyudutkan entitas muslim.

Berbagai data dan fakta mereka ajukan sebagai argumen untuk memperkuat kesimpulan ini. Berbagai problem dan persoalan internal polri dianggap sebagai aib yang harus ditutupi, salah satunya dengan aksi bom.

Kelompok yang kedua adalah pihak penguasa, dalam hal ini kepolisian. Dengan data dan pengalaman lapangan yang panjang, bisa dipastikan pada akhirnya pihak polri menyimpulkan bahwa pelaku bom adalah para teroris, yang berafiliasi pada jaringan teroris internasional. Baik itu sel baru maupun sel lama.

Sebagai institusi yang memiliki infrastruktur lengkap dan kewenangan dilindungi undang-undang, Polri dengan Detasemen Khusus 88 ( Densus 88 ) secara cepat dan meyakinkan akhirnya dapat membuktikan tuduhannya. Berbagai barang bukti dan kronologi dapat diungkapkan dalam jumpa pers.

Kedua entitas masyarakat yang saling menuduh ini, masing-masing memiliki pengikut dan pendukung. Baik media massa, cetak, elektronik maupun para buzzer di medsos. Akhirnya, kita menyaksikan perang opini, perang data, perang analisa hingga perang meme, selalu menghiasi ruang publik kita.

Bahkan seringkali, perbedaan pendapat ini mengarah pada perdebatan yang kasar dan keluar dari norma sopan santun.

Saya secara pribadi, memiliki analisis yang berbeda. Tuduhan bahwa Bom Kampung Melayu dan beberapa kasus bom sebelumnya adalah rekayasa polisi sangat lemah.

Khusus bom Kampung Melayu, sangat beresiko dan biadab seandainya benar institusi polri mengorbankan anak buahnya sendiri. Tiga anggota Korps Bhayangkara ikut menjadi korban secara mengenaskan dalam tragedi di Halte Busway, Kampung Melayu kemarin. Para pejabat petinggi polri tidak mungkin sekejam dan sesadis itu mengorbankan manusia untuk mencapai tujuan.

Namun, mengarahkan telunjuk pada entitas muslim juga sangat tidak benar. Ajaran Islam sangat jelas dan tegas, bahwa bunuh diri, teror dan membuat kekacauan di tengah masyarakat bukanlah ajaran Islam. Semua ulama dan ormas Islam di Indonesia mengutuk keras bom Kampung Melayu dan semua kasus bom sebelumnya.

Sebagai bukti, berjuta umat Islam berkumpul dalam beberapa Aksi Bela Islam selalu berjalan damai dan kondusif. Jangan korban jiwa atau ledakan bom, sebatang rumput pun sangat dijaga, termasuk sampah yang berserak. Itulah ajaran Islam yang sesungguhnya.

Lantas, siapa pelaku dan dalang di balik teror bom Kampung Melayu dan bom-bom sebelumnya...?

Untuk mengetahui dan menebak dalang dibalik teror bom, sebetulnya sangat sederhana. Kita gunakan teori yang bisa dipakai penyidik polri untuk mengungkap kejahatan, yaitu teori motif dan kepentingan.

Berdasar teori motif dan kepentingan, maka tuduhan kepada institusi polri dan entitas muslim Indonesia sebagai dalang, adalah sangat lemah dan tidak meyakinkan.

Jika dilihat dari tempat dan korban dari teror bom Kampung Melayu, diduga kuat bahwa motifnya adalah menciptakan suasana cemas, ketakutan, kekacauan dan utamanya adalah perpecahan bangsa Indonesia. Ini yang jelas dan pasti terjadi.

Apa untungnya kelompok ini dengan adanya kekacauan dan perpecahan bangsa Indonesia ?

Motif ekonomi, penguasaan sumber daya dan dominasi politik. Rumus konflik dari dulu tidak berubah, "Dimana ada kekacauan, berarti ada kelompok yang sedang membangun kekuatan".

Thesis Samuel F Huntington yang berjudul "The Class Of Civilization", sering disampaikan Kapolri, Jenderal Pol. Drs. HM. Tito Karnavian, MA, Ph.D dalam berbagai kesempatan. Bahwa dinamika politik di suatu negara tidak bisa dilepaskan dari politik dan ideologi global. Pasca perang dingin, maka kekuatan besar dunia yang menjadi rival Barat / Kapitalis adalah Islam dan Kongfutzian dalam hal ini Tiongkok.

Dalam sejarah Nusantara dan Indonesia modern, kelompok yang ingin menjajah dan menguasai kekayaan alam Indonesia dengan cara kekerasan juga politik adu domba adalah Barat  dengan Kapitalisme-nya dan dan China dengan Komunisme-nya.

Sejarah membuktikan, Belanda, Inggris dan Portugis menjajah Indonesia dengan kekerasan dan politik 'devide et impera'. Sementara Komunis dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) nya juga beberapa kali melakukan upaya kudeta dengan cara kekerasan dan mengadu domba rakyat dengan pemerintah-nya.

Dua kelompok ideologi ini (Kapitalis dan Komunis) dengan infrastruktur yang mereka miliki inilah yang bisa dipastikan mendapat untung dari setiap kekacauan dan perpecahan bangsa Indonesia.

Di saat bahasa Indonesia saling berhadapan, saling hujat, saling serang hingga siap melakukan perang saudara, maka kelompok ideologi ini akan dengan mudah menjajah dan menguasai kekayaan alam Nusantara.

Sejatinya, polisi dan entitas muslim tidak bisa dipisahkan. Polisi adalah anak kandung bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Suatu hal yang mustahil, anak akan melawan dan menghancurkan orang tuanya. Sebagian besar anggota polri adalah pemeluk Islam yang taat, bahkan banyak diantara mereka hafal kitab suci Al Qur'an. Mana mungkin mereka akan menyerang dan menghancurkan saudaranya yang seiman.

Jadi jelas, bahwa ada kekuatan besar yang sedang bermain dan menginginkan kekacauan serta perpecahan di Indonesia.

Ini harus segera disadari dan disikapi secara bijak dan dewasa oleh semua elemen masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini institusi Polri, TNI, para pejabat, dan para ulama pemimpin ormas Islam harus segera mengambil langkah-langkah strategis untuk mencegah perpecahan ini menjadi perang terbuka, perang sipil yang sangat tidak menguntungkan.

Tidak ada untungnya kita saling hujat dan saling caci, saling fitnah dan saling bully. Kita semua anak bangsa, lahir dari rahim Ibu Pertiwi yang kita cintai.

Kenapa kita saling serang dan saling bunuh, sementara musuh-musuh di luar sana menatap senang siap mencuri pundi-pundi kekayaan kita.

Saudara-saudaraku sebangsa setanah air...

Sadarlah, bangkit dan bersatulah...
Sudahi segala macam permusuhan...
Hentikan saling benci dan caci...
Mari kita kembali bersatu, bergandengan tangan di bawah panji-panji Merah Putih dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945...

Yogyakarta, 28 Mei 2017
Dalam keheningan waktu sahur
Al Faqir Miskin dan Dho'if
Arief Luqman El Hakiem

Rabu, 24 Mei 2017

Kapuspen TNI : Puisi "TAPI BUKAN KAMI PUNYA" Potret Kondisi Kebangsaan

Gema Rakyat – (24/5/2017) Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjend. TNI Wuryanto mengatakan pembacaan puisi oleh oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo di acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar adalah bentuk potret kondisi kebangsaan saat ini.

Penegasan ini karena belakangan pembacaan puisi oleh Panglima TNI ini beredar berita di media sosial. Sehingga terjadi kesimpang-siuran terkait pembacaan puisi karangan Deni JA, berjudul ‘Tapi Bukan Kami Punya’ tersebut.

Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto mengatakan, seolah-olah Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membacakan puisi tersebut secara lengkap, saat pembekalan peserta Rapimnas Golkar di Hotel Novotel Balikpapan Senin, 22 Mei 2017 lalu.

“Untuk menghindari salah persepsi pembacaan puisi tersebut, perlu saya jelaskan bahwa pada saat itu, Panglima TNI hanya membacakan potongan puisi,” kata Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto, di Jakarta Timur, Selasa (23/5).

Kapuspen TNI menegaskan pembacaan sepotong puisi tersebut untuk memberikan gambaran tentang Kebangsaan. Hal ini sesuai tema kepada peserta Rapimnas Golkar. Pernyataan Kapuspen TNI ini untuk menjawab kesimpang-siuran publik di media sosial.

“Video puisi tersebut dipublikasikan Puspen TNI melalui website www.tni.mil.id,” terangnya. [ GR / rci ]

BUWAS : AHOK IKUT MENDUKUNG PEREDARAN NARKOBA DI DKI JAKARTA

Jakarta ~ (24/5/2017) Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso (Buwas), menilai ada keterlibtan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam penyebaran narkoba di tempat hiburan malam.

Pasalnya, Pemprov DKI di bawah Gubernur non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tidak serius untuk menutup tempat hiburan malam yang terbukti menyebarkan narkoba.

“Kalau pemprov mau main-main, ya silahkan saja, itu bukti ada keterlibatan. Dia (Ahok) ikut mendukung peredaran narkoba di Provinsi DKI Jakarta,” kata Buwas di Gedung BNN, Jakarta Timur, Senin (22/5).

Buwas juga menilai, Ahok tidak mengindahkan perintah Presiden Joko Widodo, untuk memberantas narkoba di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Bahkan Buwas juga menilai jika Ahok yang sudah menjadi terpidana penistaan agama, tidak memiliki komitmen untuk menutup tempat hiburan malam, yang juga diduga juga sebagai tempat beredarnya narkoba.

“Kita tidak bisa main – main, jangan hanya omong-omong. Saya kira sesuai yang disampaikan Pak Ahok waktu itu kita pertemuan di Halim (Perdanakusuma, Jakarta), dihadiri seluruh pengusaha hiburan malam harus berkomitmen, mereka bersedia, nyatanya kan tidak,” ujarnya.

Menurut Buwas, Pemda DKI masih main-main, padahal Presiden Joko Widodo sendiri yang mengatakan Indonesia darurat narkoba.

“Dia hanya bicara soal uang hasil dari hiburan, mereka tidak bicara nyawa warganya. Dengan alasan rugi, nanti kalau tutup tidak punya income. Kita harus konsisten dan berkomitmen,” ujar Buwas.

Buwas berharap dengan adanya sampel tempat hiburan malam, Pemprov DKI serius dalam mengambil tindakan bukan hanya omong saja.

“Kita sudah komit juga, jangan omdo ‘please’ buktikan. Ini kita bicaranya nyawa manusia, mudah-mudahan paham,” kata Buwas. (Sumber : Aktual)

Selasa, 23 Mei 2017

Puisi "TAPI BUKAN KAMI PUNYA" Karya DENNY JA

JAKARTA-RMOL. (25/5/2017) Banyak cara dilakukan publik untuk mengenang wafatnya pemusik legendaris Leo Kristi.

Seperti pengagas Indonesia Tanpa Diskriminasi, Denny JA yang dalam penghormatannya menggubah sebuah puisi untuk Leo Kristi.

Puisi berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya' buatan Denny JA ini menuliskan kembali masalah keadilan sosial yang sempat tertuang dalam lagu Leo Kristi berjudul 'Salam dari Desa'.

"Dalam lagu itu, Leo menceritakan bahwa desa terus tumbuh dan banyak hal di sana yang 'bukan kami punya.' Padi menguning tapi bukan kami punya. Sawah berlimpah tapi bukan kami punya," jelas Denny JA dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi, Senin (22/5).

Di lagu itu, sambung Denny, penduduk desa merasa semakin tidak memiliki desa. Lirik lagu itu kemudian menjelma menjadi kekuatan Leo Kristi yang acapkali representasi suara rakyat kecil.

Pendiri lembaga survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu kemudian menerjemahkan lirik lagu tersebut dengan konteks masa kini. Salah satunya digabung dengan isu agama dan ulama yang tengah memanas.

Berikut petikan puisi Denny JA itu.

TAPI BUKAN KAMI PUNYA

Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil polisi
Ia datang sejak pagi
Katanya akan diinterogasi

Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah
Terpana dan terdiam si Jaka

Dari mata burung garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung garuda
Ia melihat Indonesia

Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
Tapi bukan kami punya

Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
Tapi bukan kami punya

Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
Tapi bukan kami punya

Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
Tapi bukan kami punya

Jaka terus terpana
Entah mengapa
Menetes air mata
Air mata itu ia yang punya

Masuklah petinggi polisi
Siapkan lakukan interogasi
Kok Jaka menangis?
Padahal ia tidak bengis?

Jaka pemimpin demonstran
Aksinya picu kerusuhan
Harus didalami lagi dan lagi
Apakah ia bagian konspirasi?
Apakah ini awal dari makar?
Jangan sampai aksi membesar?
Mengapa pula isu agama
Dijadikan isu bersama?
Mengapa pula ulama?
Menjadi inspirasi mereka?

Dua jam lamanya
Jaka diwawancara
Kini terpana pak polisi
Direnungkannya lagi dan lagi
Terngiang ucapan Jaka
Kami tak punya sawah
Hanya punya kata

Kami tak punya senjata
Hanya punya suara
Kami tak tamat SMA
Hanya mengerti agama
Tak kenal kami penguasa
Hanya kenal para ulama

Kami tak mengerti
Apa sesungguhnya terjadi
Desa semakin kaya
Tapi semakin banyak saja
Yang bukan kami punya

Kami hanya kerja
Tapi mengapa semakin susah?
Kami tak boleh diam
Kami harus melawan
Bukan untuk kami
Tapi untuk anak anak kami

Pulanglah itu si Jaka
Interogasi cukup sudah

Kini petinggi polisi sendiri
Di hatinya ada yang sepi
Dilihatnya itu burung garuda
Menempel di dinding dengan gagah
Dilihatnya sila ke lima
Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kini menangis itu polisi
Cegugukan tiada henti
Dari mulut burung garuda
Terdengar merdu suara
Lagu Leo kristi yang indah
Salam dari Desa

Terdengar nada:
"Katakan padanya padi telah kembang
Tapi bukan kami punya".

Leo Kristi merupakan musisi yang tenar satu angkatan dengan mendiang Gombloh dan Franky Sahilatua. Mereka pun sempat membuat band bernama Lemon Tress dengan aliran rock. Ia meninggal pada hari Minggu (21/5) setelah terserang penyakit Disentria Amoeba (radang usus). [ian]

Senin, 22 Mei 2017

TAHUKAH ANDA... APA ITU GAP...??!

Tak sedikit dari kita yang senang menggunakan Topi / Kaos / Jaket dengan Logo GAP, namun tahukah sobat apakah arti sebenarnya dari tulisan tersebut?

Seperti yang telah dilansir oleh website terkemuka di Inggris mirror.co.uk ( GAP - Gay And Proud? Retailer slammed by parenting group for pro-homosexual advertising campaign ) bahwa satu juta ibu telah menyerukan untuk memprotes papan kampanye iklan dari GAP Inc yang telah menampilkan sepasang gay yang saling berpelukan. Papan reklame tersebut dinilai tidak mencerminkan moral dan pendidikan bagi generasi muda.

Billboard atau papan reklame diatas menunjukkan sepasang gay dalam 1 kaus dengan kata-kata "menjadi terang, menjadi satu" tentunya menuai kecaman dari para ibu yang tidak ingin anak mereka menjadi seorang homosexual atau lesbian.

Para penjual produk GAP juga diminta untuk tidak menjual produk GAP sebagai bentuk protes dari iklan yang dianggap eksploitasi anak-anak di media dengan menunjukan iklan yang tidak bermoral dan dapat merusak generasi muda. Saat ini sudah lebih dari 1 juta ibu yang tergabung dalam project website
ONEMILLIONMOMS.com yang telah meminta JC Penney dan Urban Outfitters gay Pro untuk menghentikan kampaye branding yang dilakukan oleh mereka.

Selain itu salah satu kelompok Kristen juga menghimbau kepada para penjual untuk perlu mempertimbangkan masalah moralitas atau tetap netral dengan tidak menjual produk dari GAP Inc.

Mereka juga menghimbau bahwa "Mendukung GAP bukanlah pilihan, Kita harus tetap netral dalam perang budaya ini agar iklan mereka tidak menjadi celah untuk mempengaruhi para generasi muda menjadi tidak bermoral.

Issue GAP sendiri sudah terdengar sejak tahun 2011 yang lalu, beberapa media telah menginformasikan bahwa GAP merupakan singkatan dari Gay and Proud. Gay and Proud merupakan istilah bahwa Anda adalah seorang Gay dan Anda bangga akan hal itu. Tanpa disadari banyak dari sobat pembaca / rekan sobat pembaca yang tidak mengetahuinya. Sehingga tanpa maksud apapun menggunakan pakaian merek tersebut, namun bagi mereka yang mengetahuinya tentu akan menganggap Anda adalah seorang Gay atau Homo Seksual.

Puluhan pemuda di Kanada membuang baju / topi / jacket GAP mereka setelah mengetahui arti sebenarnya dibalik tulisan tersebut, seperti yang diceritakan pada akun facebook milik Houssam Saidi seorang warga Kanada keturunan Saudi ini dibawah ini :

Apakah kalian mengetahui arti GAP? GAP adalah singkatan Gay and Proud dengan arti Gay dan Bangga..
Apakah kalian bangga bahwa kalian adalah seorang Gay??

Demi Allah sahabatku segera buang baju / jaket kalian dengan tulisan GAP karena saya tidak mau Kalian terjerumus kedalam perang budaya saat ini. Apakah kalian ingin dianggap seorang Gay atau Homoseksual?

Tidak!

Maka sekarang jauhilah baju / jacket / topi dengan tulisan tersebut dan sebarkan kepada teman dan saudara kita yang lainnya.

Jangan sampai anak-anak kita mengikuti keninginan kaum homoseksual agar dapat mengikuti keinginan mereka dan merusak moral anak-anak kita.

Berikut ini adalah salah satu sumber yang menyatakan bahwa GAP mendukung Homo Seksual pada anak-anak :

One Million Moms are calling for a billboard campaign showing a gay couple hugging under one t-shirt to be removed, branding it “immoral advertising”

“Immoral advertising”: The GAP ad which has come under fire from a parenting group
Clothing retailer GAP has come under fire from a parenting group over a new advertising campaign which features a gay couple hugging under one t-shirt.

Billboards show the two men pressed cheek to cheek with their arms around each other with the slogan “Be Bright, Be One” across the image.

One Million Moms, a US organisation which aims to stop the exploitation of children in the media, blasted the campaign, branding it “immoral advertising”.

The activist group, which has previously attacked JC Penney and Urban Outfitters for their pro-gay adverts , are campaigning for the billboards to be removed. (ALH /Bhayangkara Indonesia News dari berbagai sumber).

Kamis, 11 Mei 2017

HARTONO LIEM : AHOK HANYA PION YANG SEKARANG DIBUNGKAM

Jakarta (kabarsatu) - Ahok sebenarnya BUKAN apa-apa dan BUKAN siapa-siapa. Dia hanya pion yang TIDAK BISA JALAN MUNDUR
(by Hartono Liem, mualaf Tionghoa)
Masalah yang sebenarnya adalah "the untouchable group".

Mereka merencanakan 3 fase bagi negara Indonesia, yang mereka beri nama Garuda Emas.

Fase pertama: Merobohkan penjaga garuda
Dilengserkannya Soeharto. Mengamandemen UUD45

Fase kedua: Memenggal kepala garuda
Menguasai Ibukota negara RI. jika ibukota bisa dikuasai, semua bisa dikuasai.

Fase ketiga: Memangsa Garuda
Inilah fase dimana kedaulatan negara RI sudah hilang dan diambilalih oleh kelompok tersebut.

Semua lini telah mereka kuasai.
Dari birokrasi, eksekutif, legeslatif, yudikatif, pertahanan dan keamanan, ekonomi, media, ormas-ormas berbasis agama yang besar, aktifis sosial, aktifis buruh, mahasiswa. Hampir semua lini telah mereka kuasai, jika mempergunakan hitungan ala manusia, mustahil ada yang mampu membedung kekuatan mereka, hampir mustahil.
Ibaratnya negara Indonesia sudah berada di pucuk sendok mereka, tinggal "hap", maka Indonesia sudah tamat.

TETAPI sehebat-hebatnya rencana manusia, Allah lah penentunya, Allah Swt membuat cerita FILM yang hebat luar biasa.

Ahok KESELEO lidahnya sewaktu berada di Kepulauan Seribu tentang surah Almaidah 51.

Inilah TITIK BALIK dari cerita film yang disutradarai oleh Allah SWT. Muslim seperti digerakkan untuk BANGKIT MELAWAN gerombolan "the untouchable grup" tersebut, hal yang DILUAR perkiraan mereka, karena mereka sudah merasa aman disebabkan karena telah DIJINAKANnya 2 organisasi massa Islam yang terbesar di Republik ini.
Mereka bingung, kalut, kacau. Hal yang tinggal menunggu FINISHING berubah menjadi BOLA LIAR yang tidak tahu ditebak akhirnya.

MEREKA SUDAH HAMPIR memperoleh kesempatan yang kedua dengan beredarnya chatt serta monolog dari seorang wanita yang bernama firza yang mengaku ada perselingkuhan dengan Habib Rizieq yang nota bene adalah Panglima dari gerakan perlawanan itu, skenario yang cukup bagus yang mereka buat untuk MENGHANCURKAN PERLAWANAN itu. Mereka SUDAH DIATAS ANGIN.

Namun Skenario Allah Ta'ala sungguh luar biasa cantiknya, sebuah cerita film yang menguras andrenalin para penontonnya, tiba-tiba, Ahok KESELEO NGOMONG LAGI kali ini kepada KH Ma'ruf Amin dan BLAAARR... meledaklah reaksi yang keras dari NU, Banser, Ansor yang selama ini sudah mereka jinakan.

Cerita menjadi SERU kembali, dan berjalannya waktu, maka skenario Firza Hats sudah bisa dinetralisir oleh umat Islam.

Para the untouchable MARAH BESAR kepada Ahok karena peristiwa itu, mereka mulai pesimis dengan rencana mereka MEMENGGAL KEPALA GARUDA.
Rupanya sekarang sudah hadir lagi PENJAGA GARUDA yang lebih tangguh, lebih banyak dan lebih keras dari penjaga yang sebelumnya: UMAT ISLAM.

Mereka sadar bahwa Ahok sudah tamat, sudah selesai. mereka saat ini merencanakan plan B.

Bagaimana bisa selamat dari badai AHOK ini. Satu cara agar mereka bisa selamat dari badai Ahok adalah membungkam Ahok dengan memasukan kepenjara tanpa diberi kesempatan untuk TERIAK. Intinya mereka sudah mengaku kalah. ibarat main sepak bola, sudah kalah 5-0 dan waktu tinggal 30 menit lagi.

TETAPI jika kita lengah, kita memandang rendah, memandang enteng kepada mereka, bersiap-siaplah menerima kenyataan Garuda telah dipenggal kepalanya.
Hati-hati dan waspada!!!!

*Sumber: fb penulis

NB: Tulisan ini ditulis Hartono Liem pada 12 Februari 2017. Banyak terjadi 'Rencana-rencana Allah' pasca itu. Kekalahan telak Ahok di putaran dua Pilkada DKI yang tak terduga. Dan akhirnya vonis 2 tahun penjara. Pemindahan ke Mako Brimob (untuk isolasi Ahok biar gak 'bernyanyi'?). DLL.

Peristiwa-peristiwa yang semuanya hanya karena Kuasa Allah.
ﻭَﻣَڪَﺮُﻭﺍْ ﻭَﻣَڪَﺮَ ﭐﻟﻠَّﻪُۖ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﺧَﻴۡﺮُ ﭐﻟۡﻤَـٰﻜِﺮِﻳﻦَ

"Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (QS Ali Imran: 54)

Seperti pesan Hartono Liem, EPISODE Ahok ini belum berakhir, Umat Islam sebagai Penjaga NKRI harus tetap "Hati-hati dan waspada" jangan sampai Garuda terpenggal.[ pi/ART]

Selasa, 09 Mei 2017

AHOK dan MISTERI ANGKA 51

Gema Rakyat – Mungkin ini hanya otak-atik angka. Mungkin ini hanya kebetulan. Namun karena terjadinya berulang-ulang, minimal ada satu pelajaran yang perlu kita renungi bersama; jangan pernah berusaha merendahkan Al Qur’an.

Ahok akhirnya divonis hukuman dua tahun penjara pada hari ini, tanggal 9 Mei 2017. Jika dijumlahkan, ternyata angka di dalamnya membentuk hasil 51. Dan ternyata, beberapa kali Ahok terbelit masalah dan mengalami kejatuhan pada angka 51, sesuai ayat yang ia nistakan.

Aksi Bela Islam 411

Sebelum Aksi 411 memang ada Aksi Bela Islam I. Namun, gaungnya belum besar. Barulah pada Aksi 411 jumlah peserta aksi mencapai jutaan dan melibatkan umat Islam dari berbagai provinsi.

Aksi 411 juga menandai bahwa masalah Ahok telah menjadi masalah nasional. Bahkan setelah itu menjadi perhatian internasional.
Sesuai namanya, Aksi 411 digelar pada tanggal 4 November 2016. Yang jika dijumlahkan angkanya menghasilkan 51.

4 + 11 + 20 + 16 = 51

Kekalahan Ahok pada Pilkada DKI Jakarta

Ahok akhirnya terjungkal dalam Pilkada DKI Jakarta pada putaran kedua yang digelar pada tanggal 19 April 2017.

1 + 9 + 4 + 20 + 17 = 51

Ahok Divonis 2 Tahun Penjara
Ahok akhirnya divonis dua tahun penjara setelah terbukti menodai Surat Al Maidah ayat 51. Hakim menjatuhkan vonis pada tanggal 9 Mei 2017.

9 + 5 + 20 + 17 = 51

Angka-angka ini bisa jadi hanya kebetulan. Namun seperti di bagian awal, minimal ada satu pelajaran yang perlu kita renungi bersama; jangan pernah berusaha merendahkan Al Qur’an. Sebab siapa saja yang menistakan Al Qur’an dan tidak mau bertaubat; ia akan hancur di dunia atau binasa di akhirat. [GR / tby /islampol.blogspot.co.id]

Senin, 08 Mei 2017

YUSRIL IHZA MAHENDRA : PEMERINTAH TIDAK BISA BEGITU SAJA MEMBUBARKAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Pemerintah tidak begitu saja dapat membubarkan ormas berbadan hukum dan berlingkup nasional, kecuali lebih dahulu secara persuasif memberikan surat peringatan selama tiga kali. Jika langkah persuasif tidak diindahkan, barulah Pemerintah dapat mengajukan permohonan untuk membubarkan ormas tersebut ke pengadilan.

Dalam sidang pengadilan, ormas yang ingin dibubarkan oleh Pemerintah tersebut, diberikan kesempatan untuk membela diri dengan mengajukan alat bukti, saksi dan ahli untuk didengar di depan persidangan. Keputusan pengadilan negeri dapat dilakukan upaya kasasi ke Mahkamah Agung.

Berdasarkan Pasal 59 dan 69 UU No 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas dilarang melakukan berbagai kegiatan yang antara lain menyebarkan rasa permusuhan yg bersifat SARA, melakukan kegiatan separatis, mengumpulkan dana untuk parpol dan menyebarkab faham yang bertentangan dengan Pancasila.

Atas dasar alasan itulah maka ormas berbadan hukum dapat dicabut status badan hukum dan status terdaftarnya, yang sama artinya dengan dibubarkannya ormas tersebut.

Sehubungan dengan rencana Pemerintah sebagaimana dikemukakan Menko Polhukam Wiranto untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI, saya berpendapat Pemerintah harus bersikap hati2, dengan lebih dulu menempuh langkah persuasif baru kemudian menempuh langkah hukum untuk membubarkannya.

Langkah hukum itupun benar2 harus didasarkan atas kajian yang mendalam dengan alat bukti yang kokoh. Sebab jika tidak, permohonan pembubaran yang diajukan oleh Jaksa atas permintaan Menkumham itu bisa dikalahkan di pengadilan, oleh para pengacara HTI.

Rencana pembubaran HTI adalah persoalan sensitif karena HTI adalah ormas Islam. Walaupun belum tentu semua umat Islam Indonesia sefaham dengan pandangan keagamaan HTI, namun keberadaan HTI selama ini dihormati dan diakui kiprah dakwahnya.

Di kalangan umat Islam akan timbul kesan yang makin kuat bahwa Pemerintah tidak bersahabat dengan gerakan Islam, sementara memberi angin kepada kegiatan-kegiatan kelompok kiri, yang fahamnya nyata-nyata bertentangan dengan falsafah negara Pancasila.

Pemerintah wajib mencari tahu apa sebabnya, gerakan-gerakan keagamaan Islam di tanah air akhir-akhir ini menguat dan sebagian meninggalkan sikap moderat dan menempuh cara-cara radikal. Hal yang lazim terjadi adalah, radikalisme muncul karena suatu kelompok merasa dirinya diperlakukan tidak adil, termiskinkan dan terpinggirkan.

Pemerintah harus bersikap proporsional memperlakukan semua komponen bangsa, sehingga semua golongan, semua komponen merasa sebagai bagian dari bangsa ini. Yang lemah terlindungi dan yang yang kuat tercegah dari tindakan sewenang-wenang.

Demikian keterangan saya.
Jakarta, 8 Mei 2017
Yusril Ihza Mahendra ( Ketua Umum PBB )

Jumat, 05 Mei 2017

TAHUKAH ANDA...? PEMBERIAN GELAR HAJI ADALAH WARISAN BELANDA

Kalau Anda Tahu Sejarah GELAR HAJI, Itu Warisan Penjajah Belanda, Karena TAKUT Pada Orang Yang Baru Pulang Dari SAUDI

“SEJARAH GELAR HAJI DI INDONESIA”

berhaji-ke-mekahTahukah anda bahwa gelar tambahan “HAJI” itu hanya terjadi di Indonesia ???

Di Arab Saudi maupun negara belahan dunia manapun ketika seseorang pulang menunaikan ibadah Haji tidak ada yang menambahkan gelar tersebut di depan nama mereka.

Bahkan kita tidak pernah memanggil Rosulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan gelar “Haji Muhammad” atau kepada sahabat-sahabat Rasulullah dengan sebutan “Haji Abubakar Ash-Shiddiq”, “Haji Umar bin Khath-thab”, “Haji Utsman bin Affan” maupun “Haji Ali bin Abi Thalib”.

Lalu bagaimana sejarahnya gelar “HAJI” itu bisa muncul di Indonesia…?

Pada zaman pendudukan Belanda, banyak pahlawan Indonesia yang menunaikan ibadah Haji (seperti Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dll.) dan kepulangan mereka dari ibadah Haji banyak membawa perubahan untuk Indonesia, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik.
Hal ini merisaukan pihak penjajah Belanda.

Maka salah satu upaya Belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar “Haji” di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah Haji dan telah kembali ke Tanah Air.

Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903. Pemerintahan kolonial-pun mengkhususkan Pulau Onrust dan Pulau Khayangan di Kepulauan Seribu jadi gerbang utama jalur lalu lintas perhajian di Indonesia.

Pemakaian gelar “H” akan memudahkan pemerintah kolonial untuk mencari orang tersebut apabila terjadi pemberontakan.
Kebiasaan tersebut pada akhirnya menjadi turun temurun hingga saat ini, dan uniknya sekarang pemakaian gelar “H” tersebut malah menjadi kebanggaan.

Tak lengkap rasanya bila pulang melaksanakan ibadah Haji kalau tak dipanggil “Pak Haji” atau “Bu Hajjah”.

Ritual ibadah yang berubah makna menjadi prestise…???

Wallahu ‘alam bish shawab.

ASAL-USUL GELAR HAJI ADALAH KONSPIRASI BELANDA UNTUK MENANGKAP PARA HAJI NUSANTARA

Dahulu di zaman penjajahan Belanda, Belanda sangat membatasi gerak-gerik umat muslim dalam berdakwah, segala sesuatu yang berhubungan dengan penyebaran agama terlebih dahulu harus mendapat izin dari pihak pemerintah Belanda. Mereka sangat khawatir apabila nanti timbul rasa persaudaraan dan persatuan di kalangan rakyat pribumi, yang akan menimbulkan pemberontakan, karena itulah segala jenis acara peribadatan sangat dibatasi.

Pembatasan ini juga diberlakukan terhadap ibadah haji. Bahkan untuk yang satu ini Belanda sangat berhati-hati, karena pada saat itu mayoritas orang yang pergi haji, ketika ia pulang ke tanah air maka dia akan melakukan perubahan.

Contohnya adalah Pangeran Diponegoro yang pergi haji dan ketika pulang melakukan perlawanan terhadap Belanda. Imam Bonjol yang pergi haji dan ketika pulang melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan pasukan Paderinya.

Muhammad Darwis yang pergi haji dan ketika pulang mendirikan Muhammadiyah, Hasyim Asyari yang pergi haji dan kemudian mendirikan Nadhlatul Ulama, Samanhudi yang pergi haji dan kemudian mendirikan Sarekat Dagang Islam, Cokroaminoto yang juga berhaji dan mendirikan Sarekat Islam. Hal-hal seperti inilah yang merisaukan pihak Belanda.

Maka salah satu upaya belanda untuk mengawasi dan memantau aktivitas serta gerak-gerik ulama-ulama ini adalah dengan mengharuskan penambahan gelar haji di depan nama orang yang telah menunaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903.

Di Kepulauan Seribu, di Pulau Onrust dan Pulau Khayangan (sekarang Pulau Cipir), orang-orang yang pulang haji, banyak yang di karantina di sana. Ada yang memang untuk dirawat dan diobati karena sakit akibat jauhnya perjalanan naik kapal, dan ada juga yang disuntik mati kalau dipandang mencurigakan. Karena itu gelar haji menjadi semacam cap yang memudahkan pemerintah Hindia Belanda untuk mengawasi mereka yang dipulangkan ke kampung halaman.

Problematika haji Indonesia

Memakai Gelar Haji Orang Islam Indonesia pada umumnya jika selesai menunaikan Ibadah Haji, maka sering di panggil Pak Haji Fulan atau Ibu Hajah Fulanah, bahkan ada sebagian orang yang dengan sengaja menambahkan gelar Haji di depan namanya untuk penulisan dalam dokumen atau surat-surat penting dengan berbagai alasan, diantaranya ada yang mengatakan itu merupakan Syiar, supaya orang tertarik untuk segera mengikuti menunaikan ibadah haji.

Ada pula yg beralasan bahwa Ibadah Haji adalah Ibadah yang besar dan memerlukan biaya besar jadi orang tersebut merasa rugi kalau namanya tidak memakai gelar Haji/Hajah, atau jaman dulu masih sedikit orang yang mampu (dalam hal materi) mengeluarkan biaya untuk menunaikan Ibadah haji, sehingga jarang sekali orang yang bisa melaksanakan haji, maka jika pada suatu desa atau kampung ada orang Islam yang menunaikan Haji dan di kampungnya atau desanya hanya dia satu-satunya yang pernah menunaikan Haji, maka jika di kampung/desa itu di sebutkan Pak Haji (tanpa menyebut nama aslinya) maka sekampung/sedesa pasti tahu siapalah orang yang di maksud Pak Haji itu.

Padahal Ibadah Haji itu tidak berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain seperti : – Syahadat – Sholat – Puasa – Zakat – Haji

Ternyata Ibadah Haji itu merupakan salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan Allah. Jadi jika ada orang menunaikan Haji terus namanya harus di tambahkan Haji, kalau begitu alasannya semestinya jika dia menunaikan ibadah-badah yang lain juga di tambahkan ke dalam namanya, seperti Zakat, puasa, Sholat dan Sahadat (mengapa cuma haji ??? yang dipakai sebagai gelar).

Tidak ada yang digelari dengan Pak syahdat,Pak Shalat, Pak puasa,Pak Zakat,.. Lucu kan,. kok cuma pak haji saja,.

So.. masih merasa bangga dengan sebutan PAK HAJI?

(Dari berbagi sumber).

Rabu, 03 Mei 2017

Julukan Islam Radikal dari Islamfobia

Media-media asing menyebut kemenangan Anies-Sandi sebagai kemenangan Islam radikal, Islam garis keras, dan Islam fundamentalis. Sejumlah, bahkan banyak, pihak di dalam negeri juga menyebut hasil Pilkada DKI 2017 sebagai kemenangan Islam radikal.

Para penuduh ini seperti sedang membuat orang-orangan sawah bahwa politik identitas sebagai hantu yang harus diusir. Intinya orang Islam itu tidak Pancasilais, anti-Bhinneka Tunggal Ika, dan tentu saja tak layak hidup di NKRI.

Bagi yang lama bergelut sebagai aktivis pergerakan Islam, tuduhan ini bukan stigmatisasi baru. Propaganda lama yang selalu diputar kala ada kebangkitan Islam politik. Jangankan Anies-Sandi, BJ Habibie pun saat mendirikan ICMI dan menjadi presiden mendapat stigma sama. Tentu saja itu lucu, geli, dan norak. Yang menuduh adalah orang-orang hebat. Tentu bukan karena mereka tak paham. Mereka paham sepaham-pahamnya.

Lalu mengapa mereka membuat tuduhan semacam itu?

BJ Habibie tak pernah mesantren. Ia juga tak pernah ikut taklim. Saat SMA bersekolah di sekolah Kristen. Lalu sebentar kuliah di ITB, dilanjutkan kuliah di Jerman. Di negeri itu, ia menempuh pendidikan sarjana hingga meraih gelar doktor. Selanjutnya ia meniti karier di negeri itu hingga dipanggil pulang oleh Soeharto. Setelah sebentar di Pertamina, Habibie menjadi menristek. Ia hanya bergulat dengan itu.

Namun panggung politik di akhir dekade 1980-an - saat generasi santri pertama yang bersekolah setelah kemerdekaan mencapai usia mapan dan menuntut ruang lebih baik -- membuat diriya terpilih menjadi ketua umum ICMI pada 1990.

Inilah interaksinya yang intens dengan kalangan Islam untuk kali pertama. Ia menjadi mendadak santri. Para pendiri ICMI adalah tokoh Islam dari kampus, birokrasi, dan LSM yang lahir pada 1940-an.

Nurcholish Madjid, M Dawam Rahardjo, M Amien Rais, Adi Sasono, dan lainnya di antara para pendiri itu. Mereka tentu jauh dari fakta sektarian dan anti-Pancasila. Namun gerakan ini distigma sebagai sektarian dan anti-Pancasila.

Indonesia diharu biru dengan stigma itu. Habibie yang sebelumnya menjadi idola bangsa Indonesia, dari anak-anak hingga orang tua, menjadi orang paling rendah. Butet Kertaradjasa bahkan paling jago memarodikan dengan menirukan mimik, gerak, dan suaranya. Habibie menjadi bahan tertawaan.

Saat ia menjadi presiden, seolah tiada hari tanpa demonstrasi. Hingga akhirnya pertanggungjawabannya ditolak MPR. Habibie demokrat sejati. Karena pertanggungjawabannya ditolak, ia menolak dicalonkan kembali menjadi presiden pada periode berikutnya. Masa kekuasaannya yang singkat, dicatat dengan tinta emas. Ia membebaskan semua tahanan politik. Bahkan di antara mereka kemudian menjadi tokoh yang ikut mendemo dirinya di hari-hari tanpa sepi unjuk rasa itu.

Ia juga melakukan liberalisasi di berbagai sektor. Tak hanya di bidang politik, tapi juga ekonomi. Perundang-undangan yang menjadi basis kebebasan sipil dilahirkan. Tak ada regulasi yang ia lahirkan sebagaimana yang distigmakan itu.

Ia dikenal sebagai satu-satunya presiden yang berhubungan baik dengan semua golongan dan semua mantan presiden - kecuali dengan Soeharto. Kini, ia legenda dan teladan dalam moralitas bernegara dan berbangsa.

Sebagian orang yang memusuhinya, kini menyesali kelakuannya menjatuhkan Habibie.

Bagaimana dengan Anies dan Sandi? Saat mahasiswa, Anies aktif di HMI. Ia menempuh pendidikan di sekolah negeri di Yogyakarta. Setelah itu, ia kuliah di Fakultas Ekonomi UGM. Pendidikan master dan doktoralnya di Amerika Serikat (AS).

Pulang dari sana, ia menjadi direktur riset di Indonesia Institute. Lalu menjadi rektor Universitas Paramadina, universitas yang didirikan Nurcholish Madjid. Ia juga memimpin gerakan Indonesia Mengajar. Pemikirannya liberal dan sekuler. Ia pembaca manifesto saat deklarasi ormas Nasdem. Ia ikut konvensi capres Partai Demokrat, namun kemudian menjadi juru bicara pasangan Jokowi-Kalla pada Pilpres 2014. Dari situ, ia menjadi deputi di Kantor Transisi yang dipimpin Rini M Soemarno.

Lalu ia menjadi mendikbud di kabinet Jokowi. Ia tak pernah mengikuti gerakan keagamaan berbasis pengajian.

Sandi adalah anak kosmopolit. Pendidikan SD dan SMA di sekolah Kristen dan Katolik. Setelah itu, ia menempuh pendidikan sarjana dan masternya di AS. Sebelum menjadi pebisnis, ia pegawai di Bank Summa, juga menjadi ekspatriat di Singapura dan Kanada.

Setelah krisis global, ia menjadi pebisnis. Ia memiliki hubungan baik dengan taipan William Soerjadjaja, bahkan menjadi mitra bisnis Edwin Soerjadjaja. Ia bermitra dengan teman-temannya saat SMA maupun saat kuliah di AS, dari beragam etnik dan agama. Ia tak pernah ikut gerakan keagamaan berbasis pengajian. Ia pernah menjadi ketua umum HIPMI dan kini salah satu ketua Kadin. Akhirnya, ia terjun ke politik menjadi wakil ketua umum Gerindra.

Anies dan Sandi, tipikal generasi yang dididik keluarga baik-baik. Kedua orang tua Anies dosen di Yogyakarta. Mien Uno, ibunda Sandi, pendidik di sekolah kepribadian. Ayahnya, profesional di bidang pertambangan. Mereka menanamkan kehidupan religius kepada anak-anaknya. Namun kini, setelah menang pada Pilkada DKI Jakarta, keduanya mendapat stempel dan gelar baru: wakil Islam radikal.

Fakta terbuka di masa lalu masih begitu lekat dalam ingatan. ICMI memang organisasi kaum cendekiawan. Namun organisasi ini berpretensi untuk menjadi clearing house bagi seluruh elemen Muslim di Indonesia. Kendati begitu, di seluruh elemen kepemimpinan, yang bertahta adalah para cendekiawan dan ulama. Kini, Anies-Sandi hanya diusung Gerindra dan PKS. Namun ustaz-ustaz umumnya berlabuh mendukung pasangan ini. Ada pretensi untuk menghimpun seluruh pemilih Muslim.

Sejak 2015, para ustaz bergerak mengerem laju Ahok. Mereka mengusung banyak nama, namun tak ada nama Anies. Mereka juga melobi ke PDIP agar tak mencalonkan Ahok. Silakan pilih kandidat lain dan mereka siap berkampanye mendukungnya. Ketua umum ormas Islam besar bahkan harus dua kali melakukan lobi serupa. Para ustaz dan ulama sudah mendeteksi penolakan keras terhadap Ahok. Bukan hanya dari FPI saja misalnya. FPI itu kecil sekali. Umat yang terbesar tetaplah berasal dari NU dan Muhammadiyah.

Hal itu kemudian dibuktikan data exit poll , sekitar 60 persen Muslim menolak Ahok. Dari data exit poll juga terungkap afiliasi politik mereka yang beragam, termasuk dari Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Namun stempel dan stigma telah dilekatkan. Tak perlu defensif. Ini bukan hal baru. Santai saja. Intinya, jika ada wakil dari Islam politik yang lahir dari rahim yang tak dikehendaki maka jadilah ia radikal, anti-Pancasila, anti-NKRI, anti- Bhinneka Tunggal Ika.

Lebih baik Anies dan Sandi membuktikan diri dengan kerja yang baik. Tapi jangan kaget pula jika nanti keriuhan akan terus terjadi seperti masa Habibie. Ini namanya Islamofobia alias anti-Islam. (Nasihin Masha).

Selasa, 02 Mei 2017

Karaoke dan Arogansi Sosial

Beberapa bulan terakhir ini di Kebumen ramai pro kontra seputar karaoke. Situasi ini dipicu munculnya spanduk liar yang dipasang sekelompok orang yang mengatasnamakan umat Islam Kebumen. Spanduk provokatif tersebut dipasang di sejumlah titik strategis di Kebumen.

Kelompok yang mengaku bernama FUI (Forum Umat Islam) Kebumen menyatakan mendukung program Bupati salah satunya dengan menutup tempat karaoke. Mereka beralasan bahwa karaoke membawa dampak negatif bagi masyarakat dengan adanya penularan HIV AIDS, perselingkuhan hingga perceraian dan maraknya miras.

Memang saat ini, Pansus (Panitia Khusus) DPRD Kebumen tengah menggodok Raperda Pariwisata yang di dalamnya memuat pasal tempat karaoke sebagai salah satu destinasi wisata. Pembahasan Raperda Pariwisata sudah memasuki tahap paripurna, tinggal agenda mendengarkan pandangan umum fraksi.

Jika kita mengkaji dengan prasangka baik, maka kita patut mengapresiasi kelompok tersebut yang peduli dengan kondisi generasi muda yang memprihatinkan, khususnya di Kebumen. Kenakalan remaja, pergaulan bebas, pelecehan dan pencabulan hingga pesta miras memang sering kita dengar beritanya terjadi pada remaja di Kebumen.

Namun, dari sisi yang lebih obyektif, apakah kondisi tersebut sepenuhnya salah dari adanya tempat karaoke ? Apakah penutupan tempat karaoke merupakan satu-satunya solusi yang tepat ? Ataukah pro kontra ini menunjukkan adanya fenomena arogansi dan intimidasi sekelompok masyarakat dengan mengatasnamakan agama dan moral ?

Karaoke (dari bahasa Jepang カラオケ) adalah sebuah bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan teks lirik yang ditunjukkan pada sebuah layar televisi . Di Asia , karaoke sangat populer.

Secara etimologis kata karaoke merupakan kata majemuk: "kara" (空) yang berarti "kosong" (seperti dalam karate ) dan "oke" yang merupakan bentuk pendek dari " orkestra". Karena kata majemuk ini setengah asing (Inggris) dan setengah Jepang, maka ditulis dengan aksara katakana dan bukan kanji . Tempat karaoke yaitu gedung atau ruangan khusus untuk hiburan bernyanyi karaoke.

Sedang menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 16 tahun 2014 tentang Standar Usaha Karaoke, pasal 1 ayat (2) dijelaskan bahwa Usaha Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa usaha karaoke secara hukum adalah usaha yang legal dan dilindungi oleh undang-undang. Usaha karaoke masuk kategori usaha hiburan sebagai destinasi wisata. Sehingga di kota-kota besar di Indonesia banyak kita jumpai tempat-tempat karaoke.

Dari tinjauan moral agama, Islam misalnya maka kita lihat disini ada dua fakta yang akan dihukumi. Yaitu bernyanyi dan menyewakan tempat serta fasilitas menyanyi. Hukum bernyanyi dalam Islam adalah mubah, sebagaimana kaidah ushul berbunyi "Aal ashlu fil af'al at taqayyud bi ahkamisy syar'i" (hukum asal perbuatan terikat dengan hukum syara'). Ada 5 hukum syara' yaitu wajib, sunah, mubah, makruh dan haram.

Di dalam literatur Islam tidak ada satu ulama pun yang mengharamkan bernyanyi atau yang kadang disebut nasyid. Sementara menyewakan tempat dan fasilitas bernyanyi maka hukumnya pun mubah atau halal. Hasil dari penyewaan tempat dan fasilitas ini pun halal dan thoyibah (baik).

Jadi secara objektif dari tinjauan hukum negara dan agama, usaha karaoke adalah usaha yang halal dan legal. Setiap warga negara berhak dan boleh membuka usaha karaoke sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana usaha warung makan dan restoran, usaha kelontong dan sembako, usaha hotel dan penginapan serta usaha-usaha halal lainnya.

Bahwa ada dampak positif dan negatif dalam sebuah perkara, itu adalah persoalan lain. Kelompok yang menuntut ditutupnya usaha karaoke melihat dari dampaknya, tidak melihat dari usaha inti dari karaoke. Disinilah kesalahan pertama dimulai. Jika hanya melihat dari dampak negatif, maka semua usaha memiliki dampak negatif.

Usaha hotel dan penginapan berdampak penyalahgunaan untuk perselingkuhan dan prostitusi terselubung. Usaha warnet dan game online berdampak pada pemborosan dan merusak waktu belajar anak. Usaha mall dan tempat perbelanjaan berdampak pada gaya hidup konsumtif dan hedonis. Usaha pariwisata berdampak pada penyalahgunaan sebagai tempat mesum dan pemborosan.

Jika yang disalahkan adalah usahanya maka ini cara berpikir picik dan arogan. Seperti ada oknum polisi yang nakal maka bubarkan institusi polisinya. Ada anggota DPR yang korup maka bubarkan lembaga DPR-nya. Ada perselingkuhan di lingkungan sekolah maka tutup sekolahnya. Sangat naif.

Tuduhan bahwa tempat karaoke sebagai pemicu penularan virus HIV AIDS maka ini adalah salah besar. Penularan virus HIV AIDS hanya bisa terjadi jika ada hubungan seksual dan melalui jarum suntik atau transfusi darah serta dari ibu menyusui kepada bayinya. Tempat karaoke bukan tempat mesum, bukan tempat suntik menyuntik atau tempat donor darah, apalagi tempat menyusui.

Tuduhan bahwa tempat karaoke menjadi penyebab perceraian dan perselingkuhan juga merupakan tuduhan yang tidak berdasar. Silakan datang ke Pengadilan Agama, minta data pasangan yang bercerai untuk tahu sebabnya mereka berpisah, atau apakah yang bercerai itu penggemar karaoke atau bukan.

Tuduhan bahwa tempat karaoke menjadi tempat pesta miras juga tidak benar. Seluruh tempat karaoke di Kebumen tidak menjual minuman beralkohol, dan dengan tegas melarang pengunjung nya mengkonsumsi miras. Sementara jika miras adalah alasannya, kenapa tidak ditutup saja pabrik dan produsennya ?

Kemudian dari pada itu, bahwa tidak ada alasan hukum dan obyektif untuk menutup usaha karaoke, maka tuntutan sekelompok orang tersebut adalah bentuk arogansi dan intimidasi sosial.

Pemerintah dalam hal ini Bupati dan DPRD Kebumen harus obyektif dan tetap berpegang pada koridor hukum serta moral, bukan hanya menurut pada sekelompok orang yang memaksakan kehendak tanpa landasan yang jelas. Pemerintah dikelola untuk melindungi dan menaungi seluruh lapisan masyarakat bukan hanya untuk memenuhi hasrat sekelompok orang saja.

Akhirnya, apapun bentuk usaha, dan apapun dampaknya, itulah yang menjadi tanggung jawab kita semua untuk mengantisipasi nya. Semoga Kebumen lebih baik dan lebih maju dengan lahirnya orang-orang yang tercerahkan, bukan orang-orang yang kolot dan idiot.

Salam Kebumen Kudu Tambah Maen
*Arief Luqman El Hakiem*

Salam Hormat Bapak Mohammad Yahya Fuad Kang Achmad Marzoeki Achmad Marzoeki Hargo Yohanes II Badruz Zaman Muhsinun CY Fahmi Syarif Adi Hamid Fuadi Mundir Hasan Monte Selvanus Luigi Kusuma Guntur Imam Samudra Supri Yadi Wisanggeni