Saya tertarik mengulas kegiatan dua tokoh besar negeri ini dalam merayakan pergantian tahun baru dari 2017 ke 2018. Tokoh yang sedang menjadi sorotan publik tanah air, Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.
Untuk merayakan tahun baru 2018 Anies menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial seperti Nikah Massal dan panggung hiburan rakyat di Lapangan Merdeka Monas, Jakarta. Sementara Jokowi lebih memilih merayakan bersama anak cucunya di Yogyakarta.
Seorang pemimpin dinilai dari kebijakan dan keberpihakannya kepada rakyatnya, bukan sekedar pada keluarga dan pencitraannya. Dari momen kecil ini kita bisa mengukur kelas dan kualitas kedua tokoh tersebut.
Anies Menjadi Saksi Pernikahan 473 Pasangan Pengantin
Ini adalah terobosan luar biasa dan fundamental. Secara spiritual, Anies telah menyelamatkan 473 pasangan dari dosa dan perbuatan nista menjadi ibadah yang bernilai pahala. Keluarga adalah modal dasar membangun sebuah peradaban yang luhur dan mulia. Pernikahan adalah bangunan dasar untuk tegaknya sebuah bangsa.
Secara administratif, pernikahan yang sah dan legal akan memudahkan pencatatan serta pendataan penduduk. Memudahkan anak-anak mendapatkan hak-haknya seperti jaminan kesehatan, pendidikan dan kesetaraan sosial.
Kebijakan Anies menyelenggarakan pernikahan massal bagi penduduk Jakarta jelas sangat membantu dan berkesan. Apalagi Anies dan Sandiaga Uno, sebagai Wakil Gubernur turut menjadi saksi bagi ratusan pasangan tersebut. Sungguh momen yang tak kan terlupakan selama hidup mereka.
Ini sekaligus mematahkan pencitraan yang dibangun tim Jokowi pada saat sang presiden blusukan menghadiri pernikahan anggota Paspampres dan anak pegawai istana. Beda kelas dan beda tim pembisik.
Jokowi Jalan-jalan di Malioboro Bersama Anak Cucu
Dari pantauan media, kegiatan presiden Jokowi selama perayaan tahun baru adalah menikmati liburan bersama keluarga di Yogyakarta. Dia terlihat jalan santai di sepanjang jalan Malioboro bersama Kaesang, tidak lupa berbelanja ini itu sambil foto-foto dengan penggemarnya.
Pada kesempatan lain dia mengundang 3 orang pemudi asal Madiun untuk menginap di Gedung Agung Yogyakarta. Bukan hal istimewa dan tidak memberikan dampak apapun.
Dari kegiatan dua tokoh besar tersebut menunjukkan kelas dan kualitas mereka. Juga mencerminkan kesiapan tim pembisik dan perencanaan di belakangnya dalam memanfaatkan setiap momentum.
Kegiatan Anies sangat fundamental dan berdampak jangka panjang, sementara kegiatan Jokowi hanya berhenti pada pencitraan yang tidak ada efek apapun.
Itulah bedanya pemimpin yang naik karena polesan dan karbitan, dengan pemimpin yang disiapkan dengan matang dari dirinya sendiri.
Semoga negeri ini diberikan pemimpin yang berkelas dan berkualitas yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Yogyakarta, 1 Januari 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pemerhati Kebijakan Publik dan Pegiat Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar