Kepada,
Yth. Basuki Tjahaya Purnama
Di JAKARTA
Semoga keselamatan bagi orang yang mengikuti
petunjuk-Nya,
Pak Basuki…
Surat Terbuka saya yang pertama (saya tidak tahu,
Anda membaca atau tidak) hanya yang pasti tidak mendapat jawaban dari Anda.
Banyak respon dari masyarakat, baik dari pendukung Anda maupun yang tidak
mendukung Anda. Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak benci Anda, juga tidak
cinta Anda. Saya juga tidak ada urusan secara pribadi dengan Anda. Ini adalah
semata-mata, wujud cinta dan kepedulian saya pada DKI Jakarta, ibu kota Negara
saya tercinta, Indonesia.
Dalam surat terbuka saya yang kedua, saya mau
menceritakan dan menyarankan Anda untuk belajar pada orang yang saya kenal
dengan baik. Karena saya pernah menjadi tetangganya semasa saya kuliah di Solo.
Saat ini beliau adalah Walikota Surakarta, perah menjadi pendamping bapak Joko
Widodo sebagai wakil walikota selama dua periode (2005-2010 dan 2010-2012).
Sejak tahun 2012, beliau menjadi walikota menggantikan Jokowi yang terpilih
menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kisahnya mirip dengan Anda kan ?
Pak Basuki…
Baiklah, saya ceritakan profil beliau.
Kumis
melintang, kulit hitam, dulu suka mabuk-mabukan dan jadi preman. Kalimat
pembuka yang menggambarkan superman dari Surakarta dengan karir politik dari
ketua RT hingga Wali Kota. Inilah sosok preman dari Solo yang menjadi pasangan
Joko Widodo, dan akhirnya naik tahta, menjadi orang nomor satu di Kota
Suarkarta. Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo demiakian namanya.
Nama Fransiskus
Xaverius tersemat didepan nama pemberian orang tuanya. Tidak mulus menjadi
orang nomer dua di Surakarta, sebab pernah ditolak gara-gara nama F.X tersebut.
Dengan kerendahan hati dia mendekati pemimpin ormas yang menolaknya lalu
mengajaknya komunikasi, dan sekarang menjadi partner dan kawan dekat.
"Komunikasi atau penting tembunge"
begitu katanya dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul. Hal itu beliau
sampaikan dalam sebuah Talk Show dengan tema "from zero to be a leader, dari preman menjadi superman"
di Kampus UKSW, Salatiga pada tanggal 26 Nopember 2013. Bagaimana seorang
preman yang bertobat dan menjadi pemimpin yang melayani dan disegani. Lebih
baik mantan preman daripada mantan pastur, kira-kira begitu terjemahannya.
Pak Basuki…
Rudy, panggilan
akrab FX. Hadi Rudyatmo, pernah menjadi wakil Jokowi selama 7 (tujuh) tahun
(2005-2012). Mulai tahun 2012 sampai 2015, Rudy melanjutkan tampuk pimpinan
Surakarta yang ditinggalkan Jokowi. Pada tahun 2015, Rudy mengikuti pilkada
Kota Suarkarta sebagai calon walikota berpasangan dengan Achmad Purnomo, dan
diusung oleh PDIP. Lawannya adalah pasangan Anung Indro Susanto-Mohammad Fajri
yang diusung oleh Koalisi Solo Bersama (KSB), meliputi partai Golkar, Gerindra,
Demokrat, PPP, PKS dan PAN.
Hasil
rekapitulasi suara yang digelar KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Surakarta,
pasangan Rudy-Purnomo menjadi pasangan terpilih dengan meraih 169.902 suara
(60,39%), pasangan Anung-Fajri meraih 111.462 suara (39,61%), sedangkan suara
tidak sah /golput sebesar 116.762. FX Hadi Rudyatmo
resmi menjadi Walikota Surakarta. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa
beliau bukan muslim seperti mayoritas pemeluk agama di Kota Surakarta, atau
yang lebih dikenal Kota Solo (lebih dari 85% penduduk Solo adalah muslim). Kita
juga sering mendengar bahwa Wong Solo itu temperamen, mudah marah. Anda tentu
masih ingat peristiwa Mei 1998 di Solo? Belum lagi munculnya aliran-aliran
garis keras yang mengatasnamakan agama Islam sebagai alasan untuk membuat
kerusuhan demi kepentingan suatu golongan. Kita semua tahu Kota Solo ini kota
yang keras.
Meski begitu, di masa
pemerintahan Jokowi kita juga tahu bahwa masyarakat Solo kemudian menjelma
menjadi masyarakat yang mau diatur dan mudah ditata, ya karena katanya sebagian
besar mereka merasa diwongke, atau istilah lainnya dimanusiakan. Lalu bagaimana
pemerintahan ala Rudy sekarang? Saya rasa tak jauh berbeda dengan apa yang
dilakukan Jokowi, Rudy yang sudah mendampingi Jokowi selama hampir dua periode
pasti tahu bagaimana cara menciptakan suasana yang kondusif di Kota Bengawan
tersebut. Masyarakat juga melihat, program-program yang dijalankan oleh
walikota baru tersebut merupakan program lanjutan dari pemerintahan terdahulu,
ataupun program-program baru yang memiliki fungsi yang sama, yakni memberi
kenyamanan bagi masyarakatnya.
Pak Basuki…
Sampai disini kita menemukan
ada persamaan antara Anda dengan Rudy.
Anda dan Rudy sama-sama
non-muslim,
sama-sama pernah mendampingi
Jokowi,
sama-sama melanjutkan
kepemimpinan yang ditinggalkan Jokowi,
sama-sama maju sebagai kepala
daerah dengan status petahana, sama-sama diusung oleh PDIP.
Namun ada perbedaan besar
antara Anda dengan Rudy.
Rudy pernah jadi preman, Anda
pasti tidak pernah jadi preman,
Rudy suku Jawa tulen, Anda
bukan,
Rudy Marhaenis sejati yang
setia dengan satu partai yaitu PDIP, sementara Anda adalah politisi kutu loncat
yang plin plan demi kekuasaan (Anda pernah menjadi anggota DPR dari Golkar,
pernah maju pilkada dari PIB, pernah jadi wakil gubernur dari Gerindra, dan
sekarang tidak jelas partaiya. Anda pernah sesumbar maju pilkada DKI lewat
jalur independen, kemudian Anda jilat muntahan Anda sendiri dengan maju lewat
jalur partai),
Rudy rendah hati, ramah dan
tidak sombong sementara Anda terlalu PD, congkak dan sombongnya selangit,
Rudy tidak pernah
membawa-bawa agama, bahkan merangkul pemeluk Islam dalam kampanyenya, sementara
Anda hoby membawa isu SARA dan menantang pemeluk Islam dalam kampanyenya,
Rudy tidak pernah menggunakan
fasilitas Negara dalam kampanye, bahkan selama menjabat walikota enggan tinggal
di rumah dinas, sementara Anda kampanye masih dengan pakaian dinas,
Rudy bicaranya kalem dan
tenang, sementara Anda biacaranya pedas, kasar dan suka menyinggung.
Pak Basuki…
Masih banyak kelebihan Rudy
yang tidak Anda miliki, yang membuat beliau pantas terpilih sebagai kepala
daerah dengan perolehan suara diatas 60%. Apa saja kehebatan yang dimiliki Rudy
? Berikut diantaranya;
-
Tak seperti kebanyakan
pejabat di Indonesia, meski dua kali terpilih menjadi Wakil Walikota,
kekayaannya biasa saja. Bahkan Rudy menolak tinggal di rumah dinas yang sudah
disediakan dengan alasan biar selalu dekat dengan rakyat pemilihnya.
-
Meski beliau seorang
Katholik, tidak ada satu pun Gereja Katholik baru yang dibangun selama
kepempimpinan beliau. Umat Katholik pun tidak pernah merasa diistimewakan,
biasa saja seperti masa-masa sebelumnya.
-
Setiap lebaran tiba, Pak Rudy
ini selalu melakukan open
house dan tak lupa berbagi
kebahagiaan dengan warga sekitar.
-
Saat hingar bingar kenaikan
BBM Maret 2012 lalu. Dengan menggunakan atribut partainya, Rudy turun ke jalan
memprotes kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintah pusat. Tidak peduli adanya
suara keras dari Mendagri yang mengancam akan menegur pejabat daerah yang
menolak kebijaksanaan pemerintah pusat.
-
Selama menjabat sebagai Wakil
Walikota Solo, Rudy mengaku memiliki resep agar hubungannya dengan Jokowi
selalu harmonis. Tidak rebutan jabatan apalagi rebutan duit.
Pak Basuki…
Anda terlalu gaduh. Kebijakan
Anda banyak yang kontroversial. Ketegasan seorang pemimpin bukan dari cara
bicaranya yang keras, ngotot, meledak-ledak, congkak dan arogan. Ketegasan
seorang pemimpin adalah dari kebijakannya yang pro rakyat, tanpa kompromi,
sikap yang konsisten, dan itu bias disampaikan dengan bahasa yang santun dan
rendah hati. Lihat pendahulu Anda yang sekarang jadi Presiden Republik
Indonesia, atau lebih jauh, lihat Bang Ali Sadikin yang menjadi gubernur
terbaik DKI Jakarta, atau lihatlah FX. Hadi Rudyatmo.
Pak Basuki…
Saya sarankan kepada Anda,
Belajarlah pada Rudy…
Yogyakarta, 10 Oktober 2016
Arief Luqman el Hakiem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar