Cari Blog Ini

Sabtu, 04 Februari 2017

AHOK ; BELAJARLAH PADA RUDY Surat Terbuka Buat Basuki Tjahaya Purnama (2)



Kepada,
Yth. Basuki Tjahaya Purnama
Di JAKARTA

Semoga keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya,

Pak Basuki…
Surat Terbuka saya yang pertama (saya tidak tahu, Anda membaca atau tidak) hanya yang pasti tidak mendapat jawaban dari Anda. Banyak respon dari masyarakat, baik dari pendukung Anda maupun yang tidak mendukung Anda. Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak benci Anda, juga tidak cinta Anda. Saya juga tidak ada urusan secara pribadi dengan Anda. Ini adalah semata-mata, wujud cinta dan kepedulian saya pada DKI Jakarta, ibu kota Negara saya tercinta, Indonesia.

Dalam surat terbuka saya yang kedua, saya mau menceritakan dan menyarankan Anda untuk belajar pada orang yang saya kenal dengan baik. Karena saya pernah menjadi tetangganya semasa saya kuliah di Solo. Saat ini beliau adalah Walikota Surakarta, perah menjadi pendamping bapak Joko Widodo sebagai wakil walikota selama dua periode (2005-2010 dan 2010-2012). Sejak tahun 2012, beliau menjadi walikota menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Kisahnya mirip dengan Anda kan ?

Pak Basuki…
Baiklah, saya ceritakan profil beliau.
Kumis melintang, kulit hitam, dulu suka mabuk-mabukan dan jadi preman. Kalimat pembuka yang menggambarkan superman dari Surakarta dengan karir politik dari ketua RT hingga Wali Kota. Inilah sosok preman dari Solo yang menjadi pasangan Joko Widodo, dan akhirnya naik tahta, menjadi orang nomor satu di Kota Suarkarta. Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo demiakian namanya.

Nama Fransiskus Xaverius tersemat didepan nama pemberian orang tuanya. Tidak mulus menjadi orang nomer dua di Surakarta, sebab pernah ditolak gara-gara nama F.X tersebut. Dengan kerendahan hati dia mendekati pemimpin ormas yang menolaknya lalu mengajaknya komunikasi, dan sekarang menjadi partner dan kawan dekat. "Komunikasi atau penting tembunge" begitu katanya dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul. Hal itu beliau sampaikan dalam sebuah Talk Show dengan tema "from zero to be a leader, dari preman menjadi superman" di Kampus UKSW, Salatiga pada tanggal 26 Nopember 2013. Bagaimana seorang preman yang bertobat dan menjadi pemimpin yang melayani dan disegani. Lebih baik mantan preman daripada mantan pastur, kira-kira begitu terjemahannya.

Pak Basuki…
Rudy, panggilan akrab FX. Hadi Rudyatmo, pernah menjadi wakil Jokowi selama 7 (tujuh) tahun (2005-2012). Mulai tahun 2012 sampai 2015, Rudy melanjutkan tampuk pimpinan Surakarta yang ditinggalkan Jokowi. Pada tahun 2015, Rudy mengikuti pilkada Kota Suarkarta sebagai calon walikota berpasangan dengan Achmad Purnomo, dan diusung oleh PDIP. Lawannya adalah pasangan Anung Indro Susanto-Mohammad Fajri yang diusung oleh Koalisi Solo Bersama (KSB), meliputi partai Golkar, Gerindra, Demokrat, PPP, PKS dan PAN.

Hasil rekapitulasi suara yang digelar KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Surakarta, pasangan Rudy-Purnomo menjadi pasangan terpilih dengan meraih 169.902 suara (60,39%), pasangan Anung-Fajri meraih 111.462 suara (39,61%), sedangkan suara tidak sah /golput sebesar 116.762. FX Hadi Rudyatmo resmi menjadi Walikota Surakarta. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa beliau bukan muslim seperti mayoritas pemeluk agama di Kota Surakarta, atau yang lebih dikenal Kota Solo (lebih dari 85% penduduk Solo adalah muslim). Kita juga sering mendengar bahwa Wong Solo itu temperamen, mudah marah. Anda tentu masih ingat peristiwa Mei 1998 di Solo? Belum lagi munculnya aliran-aliran garis keras yang mengatasnamakan agama Islam sebagai alasan untuk membuat kerusuhan demi kepentingan suatu golongan. Kita semua tahu Kota Solo ini kota yang keras.

Meski begitu, di masa pemerintahan Jokowi kita juga tahu bahwa masyarakat Solo kemudian menjelma menjadi masyarakat yang mau diatur dan mudah ditata, ya karena katanya sebagian besar mereka merasa diwongke, atau istilah lainnya dimanusiakan. Lalu bagaimana pemerintahan ala Rudy sekarang? Saya rasa tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Jokowi, Rudy yang sudah mendampingi Jokowi selama hampir dua periode pasti tahu bagaimana cara menciptakan suasana yang kondusif di Kota Bengawan tersebut. Masyarakat juga melihat, program-program yang dijalankan oleh walikota baru tersebut merupakan program lanjutan dari pemerintahan terdahulu, ataupun program-program baru yang memiliki fungsi yang sama, yakni memberi kenyamanan bagi masyarakatnya.

Pak Basuki…
Sampai disini kita menemukan ada persamaan antara Anda dengan Rudy.
Anda dan Rudy sama-sama non-muslim,
sama-sama pernah mendampingi Jokowi,
sama-sama melanjutkan kepemimpinan yang ditinggalkan Jokowi,
sama-sama maju sebagai kepala daerah dengan status petahana, sama-sama diusung oleh PDIP.

Namun ada perbedaan besar antara Anda dengan Rudy.
Rudy pernah jadi preman, Anda pasti tidak pernah jadi preman,
Rudy suku Jawa tulen, Anda bukan,
Rudy Marhaenis sejati yang setia dengan satu partai yaitu PDIP, sementara Anda adalah politisi kutu loncat yang plin plan demi kekuasaan (Anda pernah menjadi anggota DPR dari Golkar, pernah maju pilkada dari PIB, pernah jadi wakil gubernur dari Gerindra, dan sekarang tidak jelas partaiya. Anda pernah sesumbar maju pilkada DKI lewat jalur independen, kemudian Anda jilat muntahan Anda sendiri dengan maju lewat jalur partai),
Rudy rendah hati, ramah dan tidak sombong sementara Anda terlalu PD, congkak dan sombongnya selangit,
Rudy tidak pernah membawa-bawa agama, bahkan merangkul pemeluk Islam dalam kampanyenya, sementara Anda hoby membawa isu SARA dan menantang pemeluk Islam dalam kampanyenya,
Rudy tidak pernah menggunakan fasilitas Negara dalam kampanye, bahkan selama menjabat walikota enggan tinggal di rumah dinas, sementara Anda kampanye masih dengan pakaian dinas,
Rudy bicaranya kalem dan tenang, sementara Anda biacaranya pedas, kasar dan suka menyinggung.

Pak Basuki…
Masih banyak kelebihan Rudy yang tidak Anda miliki, yang membuat beliau pantas terpilih sebagai kepala daerah dengan perolehan suara diatas 60%. Apa saja kehebatan yang dimiliki Rudy ? Berikut diantaranya;
-          Tak seperti kebanyakan pejabat di Indonesia, meski dua kali terpilih menjadi Wakil Walikota, kekayaannya biasa saja. Bahkan Rudy menolak tinggal di rumah dinas yang sudah disediakan dengan alasan biar selalu dekat dengan rakyat pemilihnya.
-          Meski beliau seorang Katholik, tidak ada satu pun Gereja Katholik baru yang dibangun selama kepempimpinan beliau. Umat Katholik pun tidak pernah merasa diistimewakan, biasa saja seperti masa-masa sebelumnya.
-          Setiap lebaran tiba, Pak Rudy ini selalu melakukan open house dan tak lupa berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar.
-           Saat hingar bingar kenaikan BBM Maret 2012 lalu. Dengan menggunakan atribut partainya, Rudy turun ke jalan memprotes kebijakan kenaikan BBM oleh pemerintah pusat. Tidak peduli adanya suara keras dari Mendagri yang mengancam akan menegur pejabat daerah yang menolak kebijaksanaan pemerintah pusat.
-          Selama menjabat sebagai Wakil Walikota Solo, Rudy mengaku memiliki resep agar hubungannya dengan Jokowi selalu harmonis. Tidak rebutan jabatan apalagi rebutan duit.

Pak Basuki…
Anda terlalu gaduh. Kebijakan Anda banyak yang kontroversial. Ketegasan seorang pemimpin bukan dari cara bicaranya yang keras, ngotot, meledak-ledak, congkak dan arogan. Ketegasan seorang pemimpin adalah dari kebijakannya yang pro rakyat, tanpa kompromi, sikap yang konsisten, dan itu bias disampaikan dengan bahasa yang santun dan rendah hati. Lihat pendahulu Anda yang sekarang jadi Presiden Republik Indonesia, atau lebih jauh, lihat Bang Ali Sadikin yang menjadi gubernur terbaik DKI Jakarta, atau lihatlah FX. Hadi Rudyatmo.

Pak Basuki…
Saya sarankan kepada Anda, Belajarlah pada Rudy…

Yogyakarta, 10 Oktober 2016

Arief Luqman el Hakiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar