Cari Blog Ini

Jumat, 25 Agustus 2017

Saracen Dan Industri Hoax

islampol.blogspot.co.id - Kondisi politik di era pemerintahan Joko Widodo membuka peluang tumbuhnya bisnis penyebaran kebencian di dunia maya. Bisnis yang dikenal dengan istilah e-hate ini bukanlah barang baru.

Pelaku bisnis e-hate mengeruk keuntungan dengan cara memprovokasi lewat berita-berita bohong (hoax) yang secara terus menerus diproduksi sesuai pesanan. Mereka menyebarkan konten-konten yang menyudutkan suku, agama, ras, atau pandangan politik yang berlawanan dengan si pemesan.

Indonesia, menjadi sasaran empuk pelaku-pelaku bisnis kebencian yang memiliki daya rusak sangat besar untuk persatuan negara.

Di Indonesia, bisnis kebencian mulai nyata. Pelakunya, sindikat Saracen.
Polisi menangkap tiga orang pengelola Saracen. Lewat media sosial, seperti Facebook, dan twitter Saracen menyebarkan konten berisi ujaran kebencian. Bahkan, Saracen mengelola situs berita khusus untuk memuaskan pemesan.

Kepolisian membenarkan, konten bermuatan SARA yang disebarkan sindikat Saracen merupakan pesanan dari pihak tertentu. Mereka tarif puluhan juta untuk setiap konten yang mereka produksi dan sebarkan.

Tak tanggung-tanggung, Saracen memiliki ratusan ribu akun media sosial yang siap menggerakan konten-konten provokasi itu, sehingga berseliweran di jagat maya.

Menurut pengamat media sosial Nukman Luthfie menyebut maraknya bisnis kebencian itu, tidak bisa dilepaskan dari panasnya situasi politik di Indonesia.

Nukman berpendapat selalu ada pihak yang tidak suka kepada pihak lagi, bisa pemerintah, partai politik, tokoh politik, agama, hingga suku tertentu.

“Pasar itu ada, kemudian diisi oleh orang-orang yang berani supply konten-konten yang dipesan sama mereka,” kata Nukman saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (24/8).

Menurut Nukman para pembuat konten ujaran kebencian itu paham betul adanya peluang di pasar tersebut.

Nukman menuturkan, para pembuat konten ujaran kebencian tersebut tidak peduli terhadap latar belakang pemesan konten. Meski berbeda ideologi, agama, suku, asalkan si pemesan mampu membayar, mereka akan melayaninya.

“Tidak peduli ideologi, bisa sekarang melayani A, pada saat bersamaan bisa melayani lawan dari A,” ucapnya.

Selain itu, kata Nukman pembuat konten juga tidak memiliki kepedulian terhadap efek yang akan ditimbulkan di masyarakat.

Menurutnya, kepedulian para pembuat konten tersebut hanya pada keuntungan yang akan mereka peroleh setelah membuat dan menyebarkan konten ujaran kebencian sesuai dengan pesanan.

“Enggak tahu moral,” ujar Nukman.

Dihubungi terpisah, pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ade Armando mengatakan sindikat Saracen berhasil memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi untuk menyebarkan ujaran kebenciaan.

Menurut Ade, kemajuan teknologi tersebut seharusnya bisa digunakan sebagai alat demokratisasi di Indonesia, sehingga masyarakat bisa berkomunikasi dengan bebas, termasuk dalam mengontrol pemerintah.

“Tapi sekarang dimanipulasi, dan dimanfaatkan untuk kepentingan penyebaran fitnah dan hoax,” kata Ade.

Ade menuturkan, munculnya sindikat seperti Saracen tidak bisa dilepaskan dari fenomena politik yang terjadi sejak 2014 silam.

Menurutnya saat itu polarisasi politik menjadi sangat keras, sehingga mengakibatkan praktik menyebarkan ujaran kebencian dan berita bohong untuk menjatuhkan lawan politik menjadi praktik yang lazim.

“Mentransformasi bukan hanya peluang politik tapi bisnis secara cerdik, dalam politik, orang bisa melalukan segala cara,” ujarnya.

Dilihat dari aspek peluang bisnis, Ade berpendapat pengelola Saracen telah berhasil membuat nilai ekonomi dari media sosial menjadi sebuah keuntungan.

Ade berpendapat, Saracen menawarkan diri untuk menjadi alat perang bagi kekuatan-kekuatan yang memiliki ideologi bertentang dengan pemerintah.

Sindikat Saracen, kata dia, tentunya tak sembarangan dalam melayani pesanan. Mereka akan melihat latar belakang pemesan.

Kata dia, jika dilihat dari orang-orang pengelola Saracen diduga merupakan kelompok anti-Jokowi.

“Seandainya ada kubu Jokowi meminta mereka menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan lawan mereka saya yakin itu tidak akan dilakukan karena mereka punya ideologi,” tutur Ade.

Lantas, siapa sebenarnya pemesan ujaran kebencian, kelompok anti-Jokowi, atau kelompok pro-Jokowi? (ugo/asa)
cnn

***

Seorang facebooker yang mengaku sebagai anggota Jasmev (Jokowi Ahok Social Media Volunteer) yang sudah tobat, Fanya Fanila, semalam, Sabtu, 14 Maret 2015 mengunggah sebuah tips untuk menghadapi serangan pasukan cyber pendukung Jokowi – Ahok.

Ternyata, melawan pasukan cyber pendukung Jokowi – Ahok tak sulit. Begini caranya.

“Cara melawan Jokowi sebenarnya sungguh sangat sederhana, yaitu dengan kebenaran, sebab seperti kata kalimat bijak, kebenaran akan membebaskanmu. Kebenaran macam apa yang dapat digunakan untuk menghantam Jokowi dan Jasmev yang tidak punya etika itu? Kebenaran mengenai Jokowi dan Jasmev itu sendiri, sebab yang harus selalu diingat adalah semua hal yang ditampilkan Jokowi dan Jasmev adalah ilusi, sekedar trik sulap untuk menipu mata rakyat, sesederhana itu, dan tidak rumit.,” demikian tulis Fanya.

Alasan Jasmev membully pihak yang membuka rahasia trik sulap Jokowi, menurut Fanya, adalah untuk mengubur rahasia itu sekaligus mengubur pihak yang membukanya dengan membully.

Satu-satunya cara melawan Jokowi adalah dengan membuka kebenaran tentang Jokowi, dan Jasmev.

“Contoh, Jokowi dan pihak di belakang Jasmev, Kartika Djoemadi memiliki satu persamaan signifikan, yaitu sama-sama pembohong dan penipu, bila Jokowi telah lebih dari enam puluh kali berbohong kepada rakyat Jakarta, maka Kartika Djoemadi telah berbohong kepada publik karena mengaku-ngaku lulusan Phd dari Amsterdam dan bekerja di Universitas Paramadina padahal tidak benar dan sudah dibantah oleh pihak universitas,” demikian tulis Fanya lagi.

Membongkar kebohongan Jokowi, Kartika Djoemadi dan Jasmev, tambah Fanya, sesungguhnya tidak sulit karena mereka telah melakukan begitu banyak kebohongan sehingga bahkan bila Stan Greenberg turun tangan langsung dia juga tidak akan mampu mengubur semuanya dengan sempurna.

“Membongkar kebohongan Jokowi itu sangat gampang sebab kebohongan itu secara gamblang terpampang di depan mata setiap warga dan rakyat Indonesia,” tulis Fanya.

“Memperhatikan sepak terjang Jokowi selama 1,5 tahun terakhir saya berhasil menemukan rumus cara menemukan kebohongan Jokowi dan rumus tersebut adalah setiap kalimat, setiap kata, setiap huruf dan setiap titik yang keluar dari mulut Jokowi dan Jasmev adalah kebohongan, sehingga tugas kita menemukan kebenaran yang tentu saja bertolak belakang dari apa yang disampaikan Jokowi dan Jasmev,” imbuhnya.

Tugas selanjutnya susah-susah gampang, yaitu bertahan melawan gempuran Jasmev yang mencoba mencegah informasi tentang kebohongan Jokowi tersebar kepada khalayak ramai.

Bagi yang tidak tahu cara melawan troll internet seperti Jasmev maka melawan mereka adalah sangat sulit dan makan hati, tapi bagi yang sudah tahu caranya maka melawan Jasmev luar biasa gampang sehingga kita bisa menang dalam 1000 pertempuran melawan Jasmev dengan mata tertutup.

Untuk melawan Jasmev yang perlu kita ketahui adalah bahwa mereka termasuk sebagai Troll internet.

Apa itu troll?

Troll internet adalah kelompok pengguna internet yang biasanya masuk ke sebuah diskusi tentang suatu topik dengan tujuan mengacaukan diskusi tersebut, baik dengan tiba-tiba memaki dan berkata kasar sehingga memancing keributan atau berpura-pura bego.

Troll sebenarnya sudah ada sejak dunia message board ada di internet, namun salah satu troll bayaran pertama di Indonesia atau troll profesional adalah Jasmev.
Lantas bagaimana cara melawan mereka? Gampang, lagi-lagi dengan kebenaran.

Quote:Pertama dengan menyadari bahwa orang yang kita hadapi adalah Jasmev yang sedang ngetroll, dan setelah itu kita memiliki dua pilihan, yaitu dengan cuekin Jasmev alias troll itu dan membiarkan sang troll ngomong sendiri

Quote:Kedua melawan troll dengan terus menulis kebenaran mengenai Jokowi terlepas dari upaya mereka melencengkan topik yang sedang dibahas.

Pilihan pertama gampang, tapi pilihan kedua ada seni tersendiri, dan yang terpenting adalah terlepas usaha Jasmev mengubah topik baik dengan kata-kata kasar ataupun mengalihkan topik, maka kita harus membalikan ke topik semula dan terus berusaha supaya kendali pembahasan sepenuhnya berada di tangan kita dengan terus kembali kepada kebenaran mengenai kebohongan Jokowi.

Fanya pun memberi ilustrasi bagaimana cara mengendalikan trit (thread, red) yang sudah disusupi Jasmev.

Quote:Kita: Kenapa Jokowi berbohong kepada warga Jakarta? Kemarin bilang mau mengurus Jakarta selama lima tahun, kok sekarang nyapres?

Quote: Jasmev : kamu pasti panasbung, utusan Prabowo bla bla bla.

Quote:Kita: tidak ada hubungan, sekarang jawab, kenapa Jokowi berbohong? Masa pemimpin suka berbohong dan meninggalkan tanggung jawab?

Quote: Jasmev : Dasar panasbung yang tidak mau melihat Indonesia maju.

Quote:Kita: Pemimpin pembohong tidak akan pernah bisa memajukan Indonesia. Kenapa kita harus memilih pemimpin pembohong?

Quote: Jasmev : dibayar berapa kamu oleh lawan Jokowi?

Quote:Kita: Di atas ada beberapa pertanyaan, kok tidak dijawab sih?

Quote: Jasmev : pasukan nasi bungkus lu, cela Jokowi karena gak bisa korupsi di bawah Jokowi yah?

Quote:Kita: Selain pembohong, Jokowi juga membiarkan temannya Michael Bimo korupsi pengadaan bus transjakarta, jadi kenapa kita harus milih dia mengurus Indonesia? Jawab, atau tidak bisa jawab?
Demikianlah tips yang disajikan Fanya Fanila.

Memang, meski pilpres sudah usai, tapi pasukan cyber pendukung Jokowi – Ahok masih terasa keberadaannya di ruang media sosial. Untuk mengawal Jokowi dan Ahok, mereka masih sering menggunakan teknik-teknik troll seperti yang diungkap Fanya di atas.
Untuk menghadapinya, sudah pernahkah Anda mencoba tips ini? Jika belum, mungkin tips Fanya tadi bisa bermanfaat.

sumber :
http://m.kaskus.co.id/thread/5507dbc51cbfaace098b456b/tobat-mantan-jasmev-bagi-tips-gratis-hajar-pasukan-cyber-pro-jokowi-ahok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar