Cari Blog Ini

Senin, 19 Februari 2018

Jangan Gampang Sakit Hati Kalau Mau Berpolitik (Surat Terbuka Buat Maruarar Sirait, Ketua SC Piala Presiden)

Maruarar Sirait, Ketua SC Piala Presiden juga Kader PDIP


Kepada,
Saudara Maruarar Sirait, Ketua SC Piala Presiden
di Jakarta
Semoga keselamatan tercurah atas orang yang mengikuti petunjuk...
Bung Ara yang terhormat,
Sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya menulis surat terbuka ini, semoga sampai dan sempat dibaca oleh Anda. Surat ini saya tulis semata-mata sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan akan kondisi bangsa makin keruh.
Bung Ara,
Terlebih dahulu saya mengapresiasi dan angkat jempol untuk keberanian dan jiwa kesatria Anda dengan mengakui kesalahan, meminta maaf dan menyatakan bertanggung jawab 100% atas insiden "Penghadangan" Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan pada perhelatan final Piala Presiden 2018 di GBK (Gelora Bung Karno), Sabtu 17 Februari 2018.
Jauh sebelumnya, saya termasuk yang kagum dan respek dengan Anda. Muda, cerdas, kritis dan berintegritas. Saya respek melihat aksi Anda pada saat ikut dalam Pansus Century, saya juga antusias waktu Anda orasi menolak kenaikan harga BBM. Tapi itu dulu, sekarang entahlah...
Bung Ara,
Anda terlibat dan menjadi Ketua SC Piala Presiden sejak pertama kali digelar tahun 2015, tentu sangat paham tata aturan dan SOP (Standard Of Procedure) acara sebesar itu. Anda juga punya pengalaman panjang sebagai anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), tentu sangat paham Undang-Undang tentang Protokoler dan Ketatanegaraan. Anda juga kader senior di PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), tentu sangat mengerti etika politik dan pentingnya menjaga suasana kkondusif menjelang hajat politik nasional, Pilkada Serentak 2018. Anda juga seorang intelektual yang tentu sangat mengedepankan akal sehat dan rasionalitas.
Namun, Bunga Ara,
Semua hal positif yang melekat pada diri Anda sontak tercoreng, karena "noda kecil" yang Anda lakukan sebagai Ketua SC Piala Presiden kemarin. Tragedi penghadangan Gubernur DKI kemarin menjadi catatan buruk dalam karir politik Anda.
Sebagai masyarakat intelek, tentu saya bertanya-tanya, "Gerangan apa yang terjadi pada diri Anda, sehingga melakukan hal konyol, bodoh dan norak seperti ini ?"
Apa yang Anda lakukan telah memberi dampak luas pada situasi perpolitikan di Indonesia. Ketegangan memuncak, suhu politik memanas, dan yang pasti membawa efek negatif pada elektabilitas Presiden Joko Widodo yang digadang-gadang akan diusung lagi oleh partai Anda sebagai Calon Presiden pada tahun 2019.
Bung Ara,
Saya yakin, ini bukan Anda. Atau malah ini sejatinya diri Anda ? Yang kehilangan logika dan akal sehat hanya karena politik sesaat. Yang bisa melakukan blunder konyol demi citra dan kekuasaan semu.
Dan yang masih menjadi tanya besar pada benak saya adalah, benarkah tragedi penghadangan tersebut murni inistiatif Anda, atau ada pihak lain yang membisikkan pada telinga Anda ? Ataukah ada kekuatan besar yang memaksa Anda melakukan perbuatan bodoh tersebut ?
Saya juga bertanya-tanya, motif apa yang membuat Anda berpikiran untuk menghadang Gubernur DKI Jakarta.
Tidak sadarkah bahwa perbuatan Anda akan menjadi polemik berkepanjangan di tanah air, di tengah persiapan bangsa mengahdapi Pilkada Serentak 2018 ?
Tidak sadarkah bahwa perbuatan Anda telah memicu perpecahan yang lebih luas di kalangan anak bangsa ?
Tidak sadrkah bahwa perbuatan Anda mengancam keutuhan dan ikatan persaudaraan yang dengan susah payah dibangun dan dijaga para pendiri bangsa ?
Akhirnya, Bung Ara,
Semoga kejadian ini menjadi pelajaran besar yang bisa diambl hikmahnya dalam perjalanan karir politik Anda...
Tetap jaga akal sehat, jaga semangat dan akal sehat untuk mewujudkan Indonesia Hebat...
Oya, satu lagi, Jangan Gampang Marah Kalau Mau Berpolitik ya...
Yogyakarta, 20 Februari 2018
di keheningan 1/3 malam terakhir Selasa Legi
Arief Luqman El Hakiem






Tidak ada komentar:

Posting Komentar