Cari Blog Ini

Minggu, 08 Juli 2018

REUNI AKTIFIS 9 MINUS 8

Beberapa orang yang menamakan diri sebagai aktifis 98 kemarin Sabtu (7/7) menggelar acara yang diberi label Rembug Nasional di JI-Expo Jakarta.

Acara yang diinisiasi oleh Faizal Assegaf, Adian Napitupulu dan kawan-kawan dihadiri pula oleh Presiden Joko Widodo dan beberapa politis.

Sah-sah saja Adian Napitupulu mengklaim dan mencatut nama aktifis 98 meski tidak semua tokoh kunci dalam Gerakan Reformasi tahun 1998 hadir dan mendukung acara tersebut. Justru di lapangan nampak beberapa orang yang sama sekali tidak terlibat dalam aksi mahasiswa 1998.

Dari dokumentasi yang beredar di media nampak beberapa orang yang dipastikan bukan aktifis 98. Mereka para lansia, anak-anak dan beberapa politisi yang tidak pernah tahu untuk apa mereka dikumpulkan. Bahkan tercyduk beberapa peserta mengenakan identitas partai politik tertentu.

Sebagai bagian dari pergerakan mahasiswa 1998, saya lebih suka menyebut acara mereka sebagai Konsolidasi Kekuasaan yang digagas oleh para Aktifis 9 Minus 8. Adian Napitupulu yang politisi PDI-P membajak nama Aktifis 98 untuk memuaskan syahwat pribadinya.

Ada beberapa alasan kenapa saya menyebut demikian ;

1. Gerakan 1998 adalah gerakan moral yang dimotori oleh para mahasiswa menyikapi situasi tanah air waktu itu. Aksi mahasiswa yang dimotori oleh BEM dan organisasi mahasiswa seperti KAMMI, HMI, IMM, PMII dan sebagainya bukan gerakan politik.

2. Rembug Nasional kemarin Sabtu (7/7) juga tidak layak disebut sebagai rembug nasional, tapi lebih layak disebut sebagai konsolidasi mempertahankan kekuasaan Jokowi dan kelompoknya.

3. Pernyataan sikap yang dihasilkan adalah omong kosong dan hanya propaganda yang lebih merupakan pernyataan politik Faizal Assegaf, Adian Napitupulu dan kawan-kawan.

4. Penolakan Adian Napitupulu dan kawan-kawan terhadap Otoriterianisme, Militerisme dan praktek KKN hanya pencitraan. Fakta 4 tahun sebagai partai pendukung pemerintah berbanding terbalik.

5. Isu HAM bukan prioritas Pemerintahan Jokowi, makanya selama 4 tahun tidak ada progress penanganan kasus HAM, Trisakti, Kematian Munir dan tragedi 98.

6. Dukungan Jokowi 2 periode jelas melanggar konstitusi, karena saat ini Jokowi adalah Presiden definitif, bukan Capres. Dan belum tentu Jokowi maju lagi sebagai Capres Agustus besok.

7. Dukungan kepada pemerintahan Jokowi atas nama mengemban tugas negara bukan karakter asli gerakan mahasiswa. Karena gerakan mahasiswa adalah Gerakan Moral yang mengawal dan mengontrol jalannya pemerintahan.

8. Tuntutan tanggal 7 Juli sebagai Hari Bhineka Tunggal Ika hanya karena ada acara Adian Napitupulu dan kawan-kawan sangat naif dan tendensius. Dimana letak urgensi dan dasar filosofisnya ? Acara deklarasi dukungan politik kug dijadikan hari penting ?

Jadi, acara yang disebut rembug nasional oleh Adian Napitupulu dan Faizal Assegaf kemarin hanyalah akal-akalan sekelompok orang yang harus kekuasaan dan trik menggaet anggaran hingga 10 miliar.

Semoga para aktifis 98 yang tidak minus menyadari dan mengetahui hal ini.

Salam Revolusi Sampai Mati !

#KamiTidakTakut
#KamiTidamDiam
#KamiBebasMerdeka

Jakarta, 8 Juli 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik juga Aktifis 98 UNS Solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar