Cari Blog Ini

Sabtu, 01 Oktober 2016

Surat Terbuka Buat Ahok

Kepada,
Yang Terhormat Basuki Tjahaya Purnama
Di JAKARTA

Semoga kebaikan dan keselamatan tercurah atas orang-orang yang mengikuti petunjuk-NYA.

Pak Basuki...
Saya memanggil dengan panggilan pendek, Pak Basuki, karena itu nama Anda.
Saya menulis surat ini bukan karena saya cinta atau benci Anda. Juga bukan karena saya pendukung atau bukan pendukung Anda. Saya juga tidak ada masalah pribadi dengan Anda. Jadi, sebelumnya mohon maaf jika nanti ada kata-kata saya yang menyinggung dan kurang berkenan.

Saya menulis surat ini berkaitan dengan pilkada DKI Jakarta, dimana Anda menjadi salah satu kontestan, calon gubernur. Saya menulis surat ini karena saya ingin mengeluarkan uneg-uneg saya. Saya memang bukan penduduk Jakarta, saya juga tidak punya KTP Jakarta, artinya saya tidak memiliki hak pilih dalam geleran pesta demokrasi di Jakarta.

Tetapi saya bekerja di Jakarta, teman-teman saya banyak yang penduduk Jakarta, saudara-saudara saya juga banyak yang ber-KTP Jakarta. Jakarta adalah ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara yang saya cintai. Jakarta adalah simbol dan representasi negara saya, Indonesia. Jadi, tidak ada salahanya kan, saya ikut berbicara dan berkomentar soal pilkada DKI Jakarta ?

Pak Basuki yang terhormat...
Sekali lagi, saya tidak benci Anda, saya juga tidak memusuhi Anda. Saya tidak peduli dengan agama Anda, suku Anda, makanan dan minuman Anda. Itu urusan pribadi Anda bukan urusan saya. Yang saya pedulikan adalah Jakarta, ibu kota negara saya, tempat dimana saya bekerja dan saudara-saudara saya tinggal.

Saya menginginkan dan mengharapkan Jakarta yang aman, damai, bersih, bebas banjir dan bebas macet. Saya juga memimpikan Jakarta yang maju dan modern dimana penduduknya hidup rukun dan sejahtera. Semoga Anda punya keinginan yang sama. Mungkin ini juga keinginan seluruh penduduk Jakarta dan sebagian besar rakyat Indonesia. Sampai disini kita punya keinginan yang sama, Pak Basuki...

Pak Basuki yang terhormat...
Saya tidak suka bicara yang menyinggung SARA (suku, agama dan ras). Saya juga tidak suka membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama dan ras. Tetapi kenyataannya, saya dengan Anda memang berbeda. Saya Muslim, Anda bukan, saya tidak tahu agama Anda karena saya tidak pernah melihat KTP Anda. Saya suku Jawa, Anda bukan, saya sendiri juga tidak yakin dengan suku Anda.

Sekali lagi saya tidak suka biacara yang menyinggung SARA. Tetapi saya mau mengungkapkan perasaan dan hati nurani saya. Hati sanubari saya mengharapkan, Jakarta dipimpin oleh orang yang seagama dengan saya Islam. Apakah hati nurani saya salah ?
Saya ingin mengucapkan assalamu alaikum kepada gubernur Jakarta, sementara kalimat tersebut hanya dikhususkan untuk sesama muslim. Saya memimpikan shalat berjamaah bersama gubernur DKI Jakarta, shalat Jumat bersama, juga shalat ied bersama, mengumandangkan takbir bersama, bahkan seandainya mungkin, menunaikan ibaah haji bersama. Apa saya salah, Pak Basuki ?

Pak Basuki yang terhormat...
Saya pernah melihat Anda secara langsung, menonton di televisi, youtube dan berita-berita tentang Anda di berbagai media massa. Bahkan, saya banyak mendengar cerita tentang Anda, baik dari orang yang suka maupun yang benci. Saya akui, Anda memang hebat. Banyak prestasi yang telah Anda raih, banyak perubahan di Jakarta selama kepemimpinan Anda.

Tetapi, ada beberapa hal yang saya tidak suka dari diri Anda. Apakah saya salah, jika saya tidak menyukai beberapa sifat yang ada pada diri Anda ? Saya tidak suka dengan gaya bicara Anda yang terlalu percaya diri, terkesan congkak dan sombong. Saya juga tidak suka sikap Anda yang tidak konsisten dan begitu mudah berganti partai demi meraih kekuasaan. Apakah saya salah, Pak Basuki ?

Dengan semua sifat Anda, saya tidak menyalahkan dan membenci Anda. Mungkin memang itu tabiat Anda. Hanya saja, saya menginginkan pemimpin Jakarta yang santun dan rendah hati. Yang berbicara dengan lemah lembut dan bersikap low profile. Orang yang konsisten dan tidak plin plan. Saya mengharapkan pemimpin Jakarta yang amanah dan relegius. Apakah saya salah, Pak Basuki ?

Pak Basuki yang terhormat...
Kesimpulannya, ada kesamaan keinginan antara saya dengan Anda, tetapi ada juga keinginan saya yang tidak ada pada diri Anda. Saya akan bercerita keinginan saya dengan saudara dan teman-teman saya di Jakarta. Saya akan mengajak saudara dan teman-teman saya di Jakarta agar memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan dan mimpi saya. Apakah saya salah, Pak Basuki ?

Jika saya salah, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya...

Jakarta, 1 Oktober 2016 bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1438 Hijriyah

Hormat Saya
Arief Luqman el Hakiem (Yuswandono)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar