Cari Blog Ini

Senin, 29 Mei 2017

Kepentingan Amerika, Inggris dan Israel Zionis dibalik Teror Bom Kampung Melayu

RAKYAT INDONESIA...
SADAR DAN BERSATULAH...!!!

Dua hari pasca ledakan bom yang menewaskan tiga personel polisi dan melukai 15 orang lainnya di halte busway Kawasan Kampung Melayu, Rabu malam (24/5), Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab.

"Pelaku ledakan yang menyerang polisi Indonesia di Jakarta adalah milisi ISIS," ujar ISIS dalam pernyataannya di Amaq, seperti dikutip dari Channel News Asia , Jumat, 26 Mei 2017.

ISIS banyak mengaku bertanggung jawab atas beberapa teror bom yang terjadi di berbagai negara, seperti Spanyol, Inggris, dan Perancis.

Tuduhan sebagian masyarakat tanah air, bahwa teror bom Kampung Melayu adalah rekayasa polisi gugur sudah. Secara logika akal sehat, tuduhan tersebut juga ngawur dan mencederai hati nurani. Bagaimana mungkin institusi polri men-skenario pembantaian terhadap anggotanya sendiri...?

Menurut data BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), hingga hari ini tercatat 120 anggota polisi yang menjadi korban teror bom di tanah air, 50 diantaranya meninggal dunia. Sangat menyakitkan dan tidak beralasan tuduhan, bahwa polri ada dibalik teror bom di tanah air.

Pengakuan ISIS ini mestinya membuka mata masyarakat Indonesia akan ancaman keamanan yang sesungguhnya. Sejak kejadian Bom Thamrin, bom Bekasi, bom Cirebon hingga bom Kampung Melayu, ISIS selalu mengklaim bertanggung jawab.

Artinya, ISIS lah biang kerok kekacauan dan perpecahan yang terjadi di Indonesia.

ISIS juga tidak otomatis identitas dengan Islam. Mengarahkan telunjuk kepada entitas muslim sebagai teroris juga salah besar. Islam mengajarkan kedamaian dan keselamatan. Tidak ada satu pun ajaran Islam yang membolehkan pemeluknya melakukan aksi bunuh diri. Jangankan mengganggu ketertiban umum, membiarkan ada duri di tengah jalan saja sudah dianggap kemaksiatan.

Aksi Damai Bela Islam 411, 212 dan seterusnya adalah contoh bagaimana ajaran Islam diterapkan. Tertib, damai, bersih, aman, rapi bahkan rumput pun terjaga dari injakan kaki seorang muslim.

Lantas, bagaimana mungkin menyamakan ISIS yang kejam dan sadis dengan Islam yg damai dan santun...?

Apa dan siapa sesungguhnya ISIS itu...?

Dari banyak sumber yang terpercaya disebutkan bahwa ISIS sebagai organisasi teroris terbentuk atas inisiatif Amerika Serikat dan sekutunya.

Seorang mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Amerika (US NSA _National Security Agency), Edward Snowden, seperti dilansir Globalresearch, menyebut ISIS sebagai produk kerjasama antara Inggris, Amerika Serikat dan Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstrimis dunia dalam satu tempat.

Dalam berita itu disebutkan pula bahwa Snowden mengungkapkan strategi yang dikenal sebagai operasi “Sarang Lebah”. Dokumen NSA menunjukkan operasi “Sarang Lebah” bertujuan melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi itu adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya.

Baca Baca http://islampol.blogspot.co.id/2017/05/isis-adalah-bentukan-mossad-israel.html?m=1

Mantan Ibu Negara Amerika Serikat, Hillary Clinton yang juga mantan Menteri Luar Negeri, dalam buku terbarunya berjudul Hard Choice,  mengakui bahwa ISIS dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Dikatakannya, ISIS dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama dan negara-negara barat sekutunya demi memecah belah Timur Tengah (Timteng).

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam(Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary seperti dilansir harian Mesir, Elmihwar.

Baca http://islampol.blogspot.co.id/2017/05/hillary-clinton-isis-dibentuk-oleh.html?m=1

Kapolri, Jenderal Pol. Drs. HM. Tito Karnavian, MA, Ph.D, jauh-jauh sudah mengingatkan bahwa dinamika politik dan keamanan di suatu negara tidak bisa dilepaskan dari pergulatan politik serta ideologi global.

Ketika menjadi pembicara pada dialog di kantor Center for Dialog and Cooperation among Civilisations (CDCC), Menteng, Jakarta Kamis (4/8/2016), yang dihadiri sejumlah tokoh lintas agama dan disambut langsung oleh Ketua Presedium Inter Religius Council Indonesia (IRC) Din Syamsuddin, Kapolri mengupas dinamika yang terjadi di Indonesia ketika demokrasi berhaluan pada liberalisme.

Kapolri mengutip buku Samuel P. Huntington berjudul The Clash of Civilizations, meskipun Indonesia mengembankan kerukunan agama,  tapi sisi lain berhadapan pada iklim demokrasi liberal yang membolehkan kebebasan berekspresi serta mengeluarkan pendapat termasuk menjalankan kebebasan berkeyakinan.

Akan tetapi kebebasan berlebihan ini memberikan ruang kepada kelompok lainnya bebas menyatakan kebencian kepada kelompok lain.

Menurut Jenderal Tito, pada dasarnya agama dibangun atau dibentuk untuk membentuk nilai-nilai konstruktif, perdamaian dan kasih sayang. Akan tetapi juga memiliki kekuatan yang menghancurkan ketika teks agama dipahami secara pribadi serta digunakan untuk kepentingan politik dan sosial, sehingga ketika kelompok ini terbentuk lalu kemudian terjadi konflik atas nama Tuhan lebih berbahaya efeknya pada konflik-konflik lainnya.

“Konflik terberat mengandung unsur keagamaan, karena dianggap perintah Tuhan sehingga berani siap untuk mati,” kata Kapolri.

Baca http://islampol.blogspot.in/2017/05/benturan-peradaban.html?m=1

ISIS sebagai projects intelejen Mossad dan Amerika tahu betul memanfaatkan situasi ini untuk membentuk sel-sel yang didoktrin menjadi kelompok teroris.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia menjadi lahan subur tumbuhnya sel-sel teroris binaan ISIS.

Padahal sangat jelas hanyalah alat yang digunakan untuk membuat kekacauan di setiap negeri muslim dan merusak citra Islam. Di Timur Tengah, ISIS justru menyerang dan memusuhi negeri-negeri muslim seperti Turki, Irak dan Suriah. Kelompok ISIS juga mempertontonkan kekejaman dan kebiadaban yang tidak selayaknya dilakukan seorang muslim.

Jadi, harus dibedakan antara ISIS sebagai kelompok teroris dan Islam sebagai agama damai. ISIS yang membawa simbol-simbol Islam digunakan oleh penjajah seperti Amerika dan Israel untuk membuat kekacauan dan perpecahan di negara-negara selain Timur Tengah termasuk Indonesia.

Ketika suatu negara sudah kacau dan masyarakat terpecah belah hingga terjadi konflik bersenjata, disitulah kepentingan Kapitalis akan hadir, dalam bentuk penguasaan ekonomi, sumber daya alam dan pasokan senjata.

Dalam kasus di Indonesia, yang diadu domba saat ini adalah antara entitas muslim dengan institusi polri. Polri sebagai institusi dengan infrastruktur lengkap dan kewenangan besar berusaha dibenturkan dengan mayoritas penduduk Indonesia yang muslim.

Diperlukan kearifan dan kesadaran tinggi pada diri petinggi polri dan pemimpin-pemimpin ormas Islam untuk segera menyadari upaya adu domba dan pecah belah ini. Polri dan Islam adalah tidak pernah berkonflik apalagi sampai berhadap-hadapan dalam sejarah republik ini.

Anggota polri adalah anak kandung rakyat yang notabene mayoritasnya muslim. Harus segera ada upaya komunikasi dan rekonsiliasi permanen antara Institusi Polri dengan seluruh elemen umat Islam agar tanah air tercinta terhindar dari perpecahan dan kehancuran.

Bersatulah bangsaku, damailah negeriku, jayalah tanah air Indonesia...

Yogyakarta, 30 Mei 2017
Dalam keheningan Malam Ramadhan
Al Faqir Miskin dan Dho'if
Arief Luqman El Hakiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar