Cari Blog Ini

Minggu, 25 September 2016

ABIMANYU ; Kstaria yang Dikorbankan

ABIMANYU ; Satria yang Dikorbankan

JAKARTA- (26/9/2016) Dalam pewayangan Jawa, Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana.

Ia merupakan putra Arjuna , salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi
Subadra , putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Ia mempunyai 13 orang saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa, Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati, Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada.

Abimanyu merupakan makhluk kekasih dewata . Sejak dalam kandungan ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala hal. Dikisahkan bahwa karena pertapaannya yang khusyuk, Abimanyu mendapatkan Wahyu Makutha Raja, yaitu wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yang akan menjadi penerus tahta Para Raja Hastina.

Dalam pewayangan, Abimanyu adalah tokoh yang mempunyai sifat dan watak yang halus, baik tingkah lakunya, ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Pendidikan militernya diajarkan langsung oleh ayahnya, Arjuna.

Sedangkan ilmu kebatinannya ia dapatkan dari kakeknya, Bagawan Abiyasa . Abimanyu tinggal di kesatrian Palangkawati, setelah mengalahkan Prabu Jayamurcita.

Abimanyu turut serta membela ayahnya dalam perang di Kurukshetra, yang menjadi klimaks wiracarita
Mahabharata. Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Korawa menantang Pandawa untuk mematahkan formasi tempur melingkar yang dikenal sebagai Cakrabyuha.

Para Pandawa menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna tahu bagaimana cara mematahkan berbagai formasi tempur. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan Raja Susarma dari Trigarta dan laskar Samsaptaka yang dikenal tahan banting.

Karena Pandawa telanjur menerima tantangan tersebut, mereka tidak memiliki pilihan selain menaruh harapan kepada Abimanyu yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mematahkan formasi Cakrabyuha, namun tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya.

Untuk meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mengawal Abimanyu dan membantu sang pemuda keluar dari Cakrabyuha.

Para Pandawa selain Arjuna, yg notabene Paman Abimanyu tahu betul bahwa sang kemenakan belum menguasai taktik keluar dari formasi Cakrabyuha, sehingga tidak mungkin selamat.

Namun sang Paman, Yudhistira meyakinkan kepada Abimanyu. “Anakku, Mahaguru Drona hari ini akan menyerang kita secara besar-besaran. Ayahmu telah berangkat ke medan pertempuran di selatan. Kalau dia tak ada, kita bisa dikalahkan musuh dan itu akan menjadi malapetaka besar bagi kita. Tidak seorang pun di antara kita yang akan mampu menembus formasi Drona, kecuali ayahmu dan mungkin engkau. Paman berharap, engkau bersedia melakukan tugas ini,” kata Yudhistira kepada Abhimanyu.

“Ya, Paman, aku bersedia melakukannya. Ayah pernah mengajarkan cara menembus formasi seperti itu, tetapi aku belum pernah mempelajari cara keluarnya,” jawab kesatria muda itu.

“Anakku yang gagah berani, tembuslah formasi yang kokoh itu dan buatlah jalan masuk agar kami dapat mengikutimu dari belakang.

Selanjutnya, kami semua akan membantumu,” tambah Yudhistira .
Pendapat Dharmaputra didukung Bhimasena, yang harus segera menyusul kemenakannya jika Abhimanyu telah berhasil masuk ke dalam formasi kembang teratai itu. Di belakang Bhimasena akan menyusul Dristadyumna, Satyaki, Raja Panchala, Raja Kekaya, dan pasukan Kerajaan Matsyadesa.

Ingat akan ajaran ayahnya dan Krishna serta meresapkan dorongan semangat dari paman-pamannya, Abhimanyu berkata, “Baiklah, aku akan memenuhi harapan ayahku dan pamanku. Kupertaruhkan keberanian dan nyawaku demi kemenangan Pandawa.”

Kita semua tahu, akhirnya Abimanyu gugur dalam peperangan tersebut. Ia maju sendirian ke tengah barisan Korawa dan terperangkap dalam formasi mematikan yang disiapkan musuhnya.

Korawa menghujani senjata ke tubuh Abimanyu sampai Abimanyu terjerembab dan jatuh dari kudanya (dalam pewayangan digambarkan lukanya arang kranjang = banyak sekali). Abimanyu terlihat seperti landak karena berbagai senjata menancap di tubuhnya.

Sahabat Indonesia tercinta...

Di gelaran pemilihan pemimpin di Indonesia, baik pilpres maupun pilkda banyak Satria yg sengaja dikorbankan seperti Abimanyu. Demi memenuhi ambisi kekuasaan dan ketamakan dunia, para pendukung ini tega mendorong-dorong seseorang utk maju memperebutkan jabatan. Baik presiden, gubernur, bupati maupun walikota.

Para pembisik ini tau betul kekuatan dan kemampuan jagoannya, peluang menangnya sangat tipis. Tapi mereka memaksakan diri sambil berharap keajaiban. Pada akhirnya Sang Ksatria hanya menjadi tumbal yang gugur di medan pilkada atau pilpres.

Ketika hati sudah tertutup jiwa serakah maka apapun akan dikorbankan, bahkan orang yang disayang sekalipun.

Ya Tuhan, kami berlindung dari sifat yang demikian. Jauhkan kami dari sifat tamak dan serakah.

Salam #DamaiIndonesiaKoe (Arif Yuswandono).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar