Cari Blog Ini

Minggu, 25 September 2016

Sepatumu Terlalu Besar, Nak...!!!

Sepatumu Terlalu Besar, Nak....!!!

JAKARTA- (25/9/2016) Namanya Muhammad Izzuddin Al Qassam, jagoan ku yg no 3. Umurnya belum genap 2 tahun tp pintar, lucu dan menggemaskan.

Suatu pagi dia jalan2 memakai sepatu bundanya. Lucu sekali. Al Qassam pun nampak senang, sambil jalan dibuat2 berwibawa, bolak balik kesana kemari.

Tiba-tiba, GUBRAAAKKK... jatuh dia, kesrimpet sepatunya sendiri. Menangis... "Sudah nak, diam jangan menangis, sepatu nya terlalu besar sayang. Ga pantes dan membuatmu jatuh".

Sahabat Indonesia tercinta...

Pangkat, jabatan dan kekayaan tidak ubahnya spt sepatu buat kita. Hanya alas kaki utk melindungi dan membantu kita berjalan menapaki tangga kehidupan. Tujuan akhirnya jelas, menghadap Sang Maha Kuasa utk melaporkan hasil pengabdian dan prestasi kita di dunia.

Saat ini banyak manusia yg tidak tau diri. Tidak berpikir bahwa sepatu yg terlalu besar itu bisa membuat dia jatuh. Betapa banyak orang yg berebut pangkat dan jabatan, menggunakan segala cara utk menumpuk kekayaan. Namun pada akhirnya, pangkat jabatan dan kekayaan yg mereka miliki justru membuat mereka jatuh dan terhina.

Jabatan itu amanah, amanah adl kepercayaan, kepercayaan itu beban dan tanggung jawab. Jabatan itu bukan kehormatan atau kemuliaan. Maka tidak heran ketika, Umar bin Abdul Aziz terpilih sbg Khalifah menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik pada hari Jum’at tanggal 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, kalimat pertama yg diucapkan adl Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun, bukannya Alhamdulillah atau mengadakan pesta, sebagaimana kebanyakan pejabat di negeri ini.

Saat diumumkan di depan publik namanya disebut sebagai pengganti, seluruh hadirin pun serentak menyatakan persetujuannya. Tapi tidak dengan Umar. Sang Khalifah menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesunggukan.

“Demi Allah, ini sama sekali bukanlah atas permintaanku, baik secara rahasia ataupun terang-terangan,” ujar cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab ini.

Sahabat Indonesia tercinta...

Amanah tidak perlu diminta, tp akan datang sendiri jika seorang manusia sudah siap dan layak. Tuhan tahu kapasitas hamba yg pantas mengemban amanah.

Abu Dzar al Ghifari, suatu ketika bermaksud meminta jabatan kepada`Rasulullah Saw. "Wahai Rasulullah, tidakkah anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?", kata Abu Dzar kepada Beliau. Sembari menepuk bahu Abu Dzar, Rasulullah bersabda: "Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar." Demikianlah cerita Abu Dzar seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Sahihnya.

Siapa yang tak kenal Abu Dzar Al Ghifari?. Beliau adalah sahabat dekat Rasulullah Saw, seorang lelaki dari Bani Ghifar yang sangat pemberani. Abu Dzar masuk Islam di saat kaum Qurays mendustakan Rasulullah dan bergegas bergabung dengan Rasulullah di Madinah saat ia mendengar Rasul telah berhijrah. Kedekatannya dengan Rasulullah tak dapat diragukan lagi. Ia senantiasa menempel kemanapun Rasulullah pergi. Tempat tinggalnya di Masjid Nabawi dan senantiasa menjadi pelayan Rasulullah.

Keberaniannya tak dapat disangsikan. Abu Dzar mengumumkan ke-Islamannya secara terang-terangan di dekat Ka’bah, padahal Rasulullah telah berpesan untuk menyembunyikannya. Alhasil Abu Dzar babak belur dikeroyok kaum Qurays. Namun Rasulullah SAW tau betul bahwa abu Dzar Al-Ghifari tdk punya kapasitas utk menjadi seorang pemimpin ato pejabat.

Sahabat Indonesia tercinta...

Jaman sudah jungkir balik. Orang berlomba memperebutkan amanah dan tanggung jawab. Mereka tdk melihat kapasitas diri dan kepantasan diri. Seperti anak kecil yg memaksakan diri memakai sepatu ibunya. Tidak elok dan berisiko mencelakakan diri sendiri.

Hanya karena ambisi kekuasaan dan keserakahan, seseorang mengajukan diri jadi pemimpin. Atau karena bisikan jahat para pengikut seseorang didorong-dorong utk mencalonkan diri jadi pejabat.

Jika sudah demikian yg terjadi maka tunggulah kehancurannya. Jika amanah dipegang oleh yg bukan ahlinya maka tinggal tunggu waktu saja. Jika kita beruntung, kita akan menyaksikan akhir dr sebuah ketamakan.

Orang yg hancur krn jabatan nya. Orang yang terhina karena kekayaan nya. Menurut eyang Kakung, "Ora Kuat Drajat". Jadi seseorang jatuh, terhina dan hancur justru karena jabatan yang diperebutkan nya.

Hati-hati dengan sepatu mu nak... Kalau terlalu besar akan memberatkan mu dalam melangkah dan membuat mu terjatuh.

Mari kita selalu berdoa menirukan munajat para penjelajah bahari di kesilaman. ”Ya Tuhan, selamatkan kami. Lautan di Tanah Air ini luas dan ombaknya ganas menerjang. Bahtera kami oleng, sedang nakhodanya mencari selamat sendiri!” Amin..

Salam #DamaiIndonesiaKoe (Arif Yuswandono).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar