Cari Blog Ini

Rabu, 28 September 2016

Negeri Para Pecundang

Negeri Para Pecundang

JAKARTA- (29/9/2016) Namanya Mario Teguh, terkenal dengan salam supernya. Siapa yang tidak mengenalnya, kata-katanya magic dan menghipnotis, acara Mario Golden Ways nya menjadi salah satu tontonan favorit masyarakat Indonesia.

Mungkin dia sedang kebagian jatah, membuktikan kata-katanya, bagaimana rasanya jatuh dan dicaci-maki, bagaimana rasanya dibenci dan di-bully. Jika dia bisa bangkit dan lepas dari situasi ini, maka saya termasuk yang mengucapkan selamat, "Anda memang super". Tapi jika sang super Mario hilang dan tenggelam, maka ungkapan, "Hidup tidak semudah kata-kata Mario Teguh" jadi benar secara absolut.

Tapi yang menarik adalah munculnya fenomena para Netizen yang beramai2 menyampaikan kesaksian sisi buruk Mario Teguh. Ada cerita soal kebijakan Mario Teguh yg mematok tarif ratusan juta rupiah utk acara off air, fasilitas kamar suite presiden, jemputan harus Alphard, sang istri harus ditanggung hoby shopingnya dan sebagainya.

Ada juga cerita dr pihak keluarga soal sifat Mario Teguh yang arogan, ngeyel dan tidak mau menerima masukan. Dan masih banyak lagi netizen maupun portal berita serta website yang mengungkap sisi negatif Mario Teguh.

Sebelumnya jg ada fenomena sang penasihat spiritual, Gatot Brajamusti, yang biasa dipanggil Aa Gatot. Setelah tertangkap basah sedang berpesta barang haram jenis sabu-sabu di sebuah hotel di Mataram, Aa Gatot menjadi bulan-bulanan media. Sisi kelamnya menjadi sajian rutin setiap harinya. Dari mulai perilaku sex yang menyimpang, cara-cara penyembuhan yg janggal, aksi tipu-tipu nya dan berita kamar raja jin yg diduga jd tempat mesumnya.

Kemudian yang terbaru adalah fenomena sang manusia uang dari Probolinggo, Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Seorang pemimpin "pesantren" yang menjadi pesakitan karena diduga mendalangi pembunuhan dua orang santri. Berita sisi buruk dan kesesatan Kanjeng Dimas juga rame diunggah di media online.

Mereka _Mario Teguh, Gatot Brajamusti, Kanjeng Dimas_ mungkin salah atau bahkan sesat. Tetapi yang tidak lebih baik adalah orang-orang yang baru sekarang mengungkapkan kesalahan dan kesesatan tersebut, giliran sudah jatuh dan terhina, ramai2 muncul kesaksian ini itu soal keburukan dan sisi negatifnya.

Selama ini kemana saja wahai para penghujat, dan orang2 yang kadang sok tahu menceritakan kejelekan orang lain? Yang celaka adalah mereka yang ikut2an menyebar berita tersebut, dishare via medsos maupun Grup WhatsApp atau BBM. Ini adalah perilaku pengecut yang mengeroyok musuh yang sudah tidak berdaya.

Karuan saja skr Anda berani bicara kejelekan Mario Teguh, Gatot Brajamusti atau Kanjeng Dimas. Karena mereka sudah lemah dan tidak berdaya. Coba, dulu di saat mereka kuat dan diatas. Anda mungkin termasuk pemuja dan penggemarnya.

Sama seperti yang terjadi dengan nasib Presiden kedua Indonesia, HM Soeharto, giliran beliau jatuh dan tidak berdaya, masyarakat beramai-ramai menghujat dan menjelek-jelekkan. Tanpa sadar bahwa mereka pernah hidup, menikmati dan mengambil untung pada masa pemerintahan Orde Baru.

Karakter seperti ini mirip dengan perilaku burung bangkai _Gagak, Condor, Hering dan sebangsanya _, yang mencabik2 binatang ketika dlm keadaan lemah, sakit atau bahkan sudah menjadi bangkai. Menjijikkan dan memalukan manusia yang bermental sepeti burung bangkai. Mental pengecut dan pecundang.

Termasuk mental pecundang adalah ikut2an memuji-muji dan menyanjung-nyanjung tokoh atau pejabat yang sedang kuat dan diatas. Tanpa tahu yang sesungguhnya dan kenal secara nyata, mereka ikut2an menuliskan barisan kalimat indah untuk memuji sang tokoh atau pejabat. Mirip anjing penjilat yang mengais-ngais kaki tuannya.

Kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini berisi orang2 yang bermental pengecut, pecundang dan penjilat. Berani menghina dan mencaci-maki disaat seseorang jatuh tak berdaya. Tetapi berebut memuji dan memuja disaat ada tokoh atau pejabat sedang dalam kondisi kuat dan berkuasa.

Inilah kondisi bangsa kita saat ini. Dipenuhi para pecundang yang mengabaikan akal dan nurani. Inilah negeri kita saat, yang berisi para pengecut dan penjilat. Selama bangsa ini tetap memelihara mental pecundang jangan harap menjadi bangsa yang kuat dan bermartabat.

Sudah saatnya bangsa ini bangkit dan memperbaiki diri. Jangan gemar menghina dan mencaci-maki. Jangan berlebihan memuji dan menyanjung. Dunia ini berputar, yang diatas suatu saat akan dibawah, yg berkuasa suatu saat akan jatuh, yang dicinta suatu saat akan dibenci, kawan bisa jadi lawan, musuh bisa jadi teman.

_Ojo sulap, Ojo kagetan, Ojo gumunan, Ojo latah_ (jangan mudah silau, jangan mudah kaget, jangan mudah keheranan dan jangan ikut-ikutan latah).

Salam #DamaiIndonesiaKoe
(Arif Yuswandono)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar