Cari Blog Ini

Senin, 16 April 2018

10 "Dosa Besar" Rocky Gerung sehingga Layak "Di-Kurung"



Di media sosial dan beredar di grup-grup WhatsApp adanya tekanan kepada penegak hukum agar secepatnya mentersangkakan Prof. Rocky Gerung. Sebetulnya sudah lama beredar kabar bahwa RG dilaporkan ke polisi atas pernyataan-pernyataannya yang secara fulgar mengkritik pemerintah dan Presiden Joko Widodo.


Jika kita cermati secara seksama, kasus yang terakhir muncul, yaitu kontroversi kata fiksi dalam kaitannya dengan kitab suci hanyalah trigger dari tumpukan dendam yang mendalam pada RG. Karena jejak digital mengungkap bahwa jauh sebelumnya juga ada pihak yang menyebut bahwa kitab suci adalah fiksi yang diyakini. Bahkan orang itu lebih ngawur menyebut bahwa dia hanya dongeng.

Kelompok yang melaporkan RG juga tidak ada track record pembelaan terhadap isu agama, sehingga wajar jika muncul kesan bahwa mereka tidak betul-betul membela agama (kitab suci), tapi ada dendam lain yang melatarbelakangi.

RG memang bukan pendukung Jokowi namun juga tidak bisa disebut pendukung Prabowo, dia berada pada posisi unik yang mengajak masyarakat untuk berpolitik secara sehat, politik nalar dan logis, etis dan beradab. RG tidak punya beban dan tendensi, sehingga ucapannya bebas dan lepas, terkesan fulgar. Pilihan kata dan diksinya sangat cermat, mencerahkan, sulit dibantah dan dilawan, tapi mengandung humor cerdas dan berkelas.

Paling tidak ada 10 "Dosa" Ucapan RG yang membuat merah telinga (para pendukung) Jokowi, sehingga RG layak dimejahijaukan.

1. Pembuat Hoax Terbaik adalah Penguasa

Ucapan ini keluar dan ditonton jutaan mata masyarakat Indonesia. Namun masuk akal, karena penguasa memiliki segala sarana dan prasarana untuk membuat berita bohong.

2. Cebong itu kelompok ber-IQ 200 tapi satu kolam digabung

Jelas ini ucapan yang sangat merendahkan dan menusuk tulang hingga ulu hati. jadi viral dan bahan ejekan.

3. Jokowi tidak punya Kapasitas dan Kosakatanya Terbatas

Ini disampaikan RG ketika mengomentari pidato dan pernyataan Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan.

4. Elektabilitas Jokowi Mangkrak

Ini disampaikan oleh RG ketika mengomentari hasil survey kepuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Tentu pernyataan ini sangat menyakitkan dan merugikan kelompok pendukung Jokowi.

(Yang berikutnya adalah terhangat yang RG sampikan dalam tayangan ILC tvOne, Selasa 10 April 2018.)

5. Reaksi presiden adalah palsu, dan pasti palsu karena dia bereaksi terhadap pidato, jadi presiden tidak berpidato.

6. Orang yang berekasi terlalu keras pada hal yang fiksi berarti mengalami instabilitas psikhis (keiawaan). Publik pasti tahu siapa yang dimaksud.

7. Secara estetika yang mengendarai Chopper berat badannya minimal 90 kg, karena untuk keseimbangan. Publik juga tahu siapa yang dimaksud.

8. Mematahkan, mempecundangi dan menelanjangi secara khsusu kepada pendukung Jokowi, Akbar Faisal dari Nasdem dengan ucapan tidak perlu percaya dan mendengar setumpuk data yang dipaparkan. Lebih menusuk lagi ucapan bahwa orang yang suka menggunakan slide Powe Poin, karena dia tidak punya Power dan tidak punya Poin. Bahkan RG permalukan AF dengan menyebut bahwa kompilasi adalah kata paling buruk dalam metodologi. Ketika tampilan infografis dari hasil kompilasi berarti ada info yang disembunyikan.

9. Membuka fakta yang selama ini terlewat bahwa pemerintahan Jokowi-JK tidak mengagendakan HAM dan isu Lingkungan Hidup sebagai prioritas. Ini sangat sensitif, dan bisa jadi menyadarkan publik yang selama ini mendukung dan mencari suaka di istana, untuk berbalik dukungan, khususnya di kalangan civil society.

10. Perilaku kaosphobia dan pemburu hastag #2019GantiPresiden adalah Pemburu yang Dungu. Ucapan ini sangat menusuk dan publik tahu siapa yang dimaksud.

Itulah 10 "Dosa Besar" Prof. Rocky Gerung sehingga ia layak ditersangkakan dan dimejahijaukan. Kalau masalah fiksi dan kitab suci, itu mah apa atuh...

Silakan baca juga http://islampol.blogspot.co.id/…/4-tahun-penuh-kebencian.ht… dan http://islampol.blogspot.co.id/…/ilc-edisi-selasa-1042018-k…

Yogyakarta, 15 April 2018
Arief Luqman El Hakiem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar