Cari Blog Ini

Senin, 18 Juni 2018

GERAKAN SELAMATKAN JOKOWI, SELAMATKAN NKRI !

Dalam satu taushiyah akhir Ramadhan 1439 Hijriah kemarin, KH. Yusuf Chudhori, pengasuh pondok pesantren API (Asrama Perguruan Islam) Teglrejo, Magelang, menyampaikan bahwa Bapak  Presiden Joko Widodo adalah orang baik, lugu dan polos juga pekerja keras. Namun hawalaiy (orang-orang di sekeliling)-nya yang jahat dan berbahaya. Jokowi dikelilingi oleh orang-orang licik dan culas, yang tega melakukan apapun demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Saya sendiri mengamini apa yang disampaikan oleh Gus Yusuf ketika kami duduk ngobrol selepas beliau memberikan taushiyah di hadapan para santri dan kyai alumni ponpes Tegalrejo, di Pondok Pesantren Mbathil, Buluspesantren, Kebumen.

Saya mengenal Jokowi jauh sebelum beliau menjadi Presiden Republik Indonesia, ketika itu saya masih mahasiswa di Fakultas Ekonomi UNS (Universitas Sebelas Maret) Surakarta di tahun 1996-an. Beiau seorang pengusaha mebel (furniture) yang ramah dan pemurah, memiliki gedung pertemuan Graha Shaba di daerah Sumber, Banjarsari, Solo.

Terpilih sebagai walikota Solo selama 2 periode, kemudian mengantarkannya sebagai Gubernur Pemprov DKI Jakarta, Jokowi masih sebagai pribadi yang polos dan punya etos kerja bagus. Di tengah masa kepemimpinannya di ibukota, Jokowi mulai dilirik dan dikelilingi orang-orang baru, para politisi dan pengusaha bahkan konglomerat. Ibarat gula, Jokowi mulai dikerubungi semut-semut yang ingin menghisap manisnya.

Magnet Jokowi mampu menarik para politisi senior dan konglomerat kelas paus untuk mendukungnya menduduki jabatan yang lebih tinggi, yaitu Presiden Republik Indonesia. Sejatinya Jokowi tidak pernah bermimpi dan terpikirkan sama sekali untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini, namun orang-orang disekelilingnya terus menggosok dan merayu. Bahkan jajaran pimpinan PDI-P, partai yang menjadi tempat Jokowi bernaung tidak satu suara dalam mengusung Jokowi sebagai capres pada Pilpres tahun 2014.

Saya masih ingat betul, dalam berbagai wawancara Jokowi mengatakan tidak mikir untuk nyapres. Ucapannya yang terkenal adalah COPRAS CAPRES, wong mikir Jakarta saja sudah pusing. Secara pribadi saya juga yakin Jokowi merasa sungkan dan berhutang budi pada Prabowo Subianto yang mengantarkannya menjadi Gubernur DKI. Bagaimanapun juga Prabowo memiliki andil besar dalam memenangkan pasangan Jokowi-Ahok pada Pilgub DKI 2012, melawan petahana Fauzi Bowo (Foke) yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli.

Namun Jokowi hanyalah kader partai, petugas partai, yang ketika partai sudah memutuskan dan memerintahkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali siap dan bersedia. Rupanya para politisi senior dan para konglomerat pendukung Jokowi berhasil meyakinkan Megawati Soekarnoputri, sebagai Ketua Umum PDI-P untuk mengalah dan menyerahkan tiket capres kepada Jokowi.

Demikian yang tertulis, demikian yang terjadi. Jokowi akhirnya menjadi orang nomor satu di republik ini. Ada 3 (tiga) politisi kawakan yang selalu mendampingi Jokowi dan sangat dominan pengaruhnya dalam perjalanan kebijakan Jokowi sebagai presiden, mereka adalah Luhut Binsar Pandjaitan, Rini Soemarno dan Andi Wijayanto. Bahkan PDI-P sendiri merasa bahwa Jokowi "dibajak" dan dikendalikan oleh ketiga orang tersebut.

Luhut tadinya sebagai Kepala KSP (Kantor Staf Presiden) yang masa presiden sebelumnya tidak pernah ada, kemudian menjadi Menteri Kordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, terakhir diangkat sebagai Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman. Kemudian Rini Soemarno kokoh sebagai Menteri BUMN. Posisi Andi Wijayanto sebelumnya sebagai Menteri Sekretaris Kabinet sebelum diganti oleh Pramono Anung.

Posisi Kepala KSP diisi oleh Teten Masduki pasca ditinggalkan oleh Luhut, kemudian sekarang dijabat oleh mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Muldoko. PDI-P pernah berusaha menyingkirkan Rini Soemarno melalui Pansus Pelindo yang merekomendasikan pencopotan dirinya dari posisi Menteri BUMN, namun kandas, Rini terlalu kuat ruapnya.

Kebijakan Rini sangat membahayakan dan sering menimbulkan pro-kontra, seperti menjaminkan 3 bank pemerintah (Bank Mandiri, BRI, BNI) untuk mendaptkan hutang, menjual beberapa aset BUMN untuk dikelola swasta, membolehkan orang asing menduduki posisi pimpinan di BUMN dan lain sebagainya. Rini memang liat dan sangat kuat, kasusnya cepat tenggelam, dia sendiri aman dari pemberitaan, namun pengaruhnya sangat dominan.

Berbeda dengan Luhut, dia termasuk temperamental, meledak-ledak di media dan selalu pasang badan membela semua kebijakan pemerintah, termasuk proyek reklamasi Teluk Jakarta. Luhut bahkan sempat dijuluki Menteri Segala Urusan, karena hampir semua persoalan dia komentari dan dia supervisi.

Setelah Trio Istana (Luhut Pandjaitan, Rini Soemarno, Andi Wijayanto), rombongan berikutnya yang masuk lingkaran Jokowi (juga melalui PDI-P) adalah para aktifis pergerakan seperti Fadjroel Rahman, Teten Masduki, Budiman Sudjatmiko, Adian Napitulu, Rieke Dyah Pitaloka, Ulin Ni'am Yusron dan pasukan medsos yang dikenal dengan sebutan JASMEV.

Pasukan medsos ini mengendalikan seluruh akun medsos, pemberitaan media dan program pencitraan Jokowi. Sebut saja situs berita Beritasatu.com, Seword.com, KataKita dan sebagainya yang secara rutin memposting berita seputar Jokowi. Tidak jarang mereka "tercyduk" membuat berita hoax dan menulis ujaran kebencian. Admin pada akun-akun Jokowi beberapa kali melakukan mis dan blunder, seperti ketika memposting foto-foto Bandara Kertajati, padahal itu foto bandara di Oman, cuitan tentang perayaan ultah JKT-48, soal shalat Idul Fitri presiden dan terakhir adalah cuitan Fadjroel Rahman yang mengklaim ratusan bus pemudik sumbangan Jokowi, padahal itu adalah bus yang disediakan oleh Pemprov Jawa Tengah.

Para politisi dan penjilat Jokowi juga terus mengelilingi dan secara membabibuta memuji menyanjung Jokowi. Ada yang menyebut Jokowi seperti Khalifah Umar bin Kahattab, mirip Bung Karno, seperti Nabi Yusuf AS, bahkan ada yang mengatakan Jokowi adalah utusan Tuhan untuk Indonesia. Akun-akun medsos pemuja Jokowi juga tidak kalah heboh dan membahayakan. Mereka kerap kali memposting foto-foto yang diklaim sebagai prestasi Jokowi, padahal itu lokasi di luar negeri, membuat kata-kata yang justru menjadi boomerang, seperti klaim jalan tol dan masih banyak lagi.

Jadi benar kata Gus Yusuf, Jokowi adalah pribadi baik dan santun, namun dikelilingi oleh orang-orang jahat dan ambisius. Sejatinya Jokowi dibajak dan dimanfaatkan oleh orang-orang tersebut untuk kepentingan mereka dan kelompoknya.

Di akhir-akhir taushiyahnya Gus Yusuf berpesan pada jamaah, Jokowi harus dijaga, dilindungi, didampingi dan diselamatkan oleh para santri dan kyai. Para ulama sepuh dan kalangan nahdhiyin wajib hukumnya menjaga Presiden Joko Widodo dari pengaruh orang-orang jahat di sekeliingnya, yang hendak mengacaukan negeri ini, mengadu domba antar kaum muslim dan hendak mengerdilkan Islam dengan kebijakan-kebijakan yang merugikan umat Islam.

Saatnya para santri dan kyai turun gunung, keluar pesantren untuk menjaga keutuhan NKRI dan persatuan bangsa Indonesia. Saatnya kaum muslim untuk melek politik dan kembali berjuang mengembalikan kejayaan bangsa, meninggikan agama dan budaya Nusantara...

Salam Indonesia Raya !
Salam Bhineka Tunggal Ika !
Salam Pancasila !

#SaveJokowi
#SaveNKRI

Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar