Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2018

KALIAN AKAN DIPIMPIN OLEH ORANG YANG SEPERTI KALIAN

Suatu hari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang : “Mengapa saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib, namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau ?"

Jawab Ali : “Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka didukung oleh orang - orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang sepertimu”. (Syadzaraat Adz Dzhahab 1 / 51).

Seorang pemimpin adalah cerminan (sebagian besar) rakyatnya, perilaku pemimpin adalah gambaran perilaku (sebagian besar) rakyatnya.

Jadi, ketika penguasa berbuat seenaknya,  memperkaya diri sendiri bersama kelompoknya, merampok uang negara dan memenjarakan rakyat tak berdosa, penyebabnya adalah dosa rakyat yang melalaikan kewajiban, mengingatkan serta menasihati penguasa dan tenggelam dalam maksiat.

Demikian pula ketika rakyat tidak lagi percaya pada penguasa, bersikap keras dan berusaha untuk menggantinya, itupun akibat kesalahan penguasa yang tidak amanah, tidak bertanggung jawab, lebih membela kepentingan asing dari pada bangsanya sendiri. Penguasa namun tidak menguasai persoalan rakyatnya, penguasa yang hanya sibuk dengan urusan dan kesenangannya sendiri.

Ada sebuah ungkapan yang sangat masyhur, "KALIAN AKAN DIPIMPIN OLEH ORANG YANG SEPERTI KALIAN".

Ungkapan ini bukan hadits Nabi SAW meski sangat terkenal di tengah masyarakat. Untaian kalimat ini adalah sebuah kata hikmah yang sering diungkapkan oleh para sejarawan dan ahli sosial. Seakan ungkapan tersebut sudah menjadi kaidah baku dalam masalah kepemimpinan dan didukung oleh penelitian terhadap sejarah.

Faktanya, hampir semua jama’ah atau kelompok masyarakat itu dipimpin oleh orang yang sesuai dengan kualitas masyarakatnya, baiknya maupun buruknya. Jadi, setiap pemimpin adalah cerminan rakyatnya, sebagaimana ketika Allâh Azza wa Jalla menjadikan Fir’aun sebagai penguasa bagi kaumnya, karena mereka sama seperti Fir’aun.

"Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik". (TQS. Az-Zukhruf/43:54).

Dalam ayat Al Qur'an diatas Allâh Azza wa Jalla menegaskan bahwa kaum Fir’aun adalah orang-orang fasik, oleh karena itu, Allâh SWT menjadikan orang yang seperti mereka sebagai penguasa mereka.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “al-khafîf berarti orang dungu yang tidak beramal dengan ilmunya, dan ia selalu mengikuti hawa nafsunya".

Dua tahun ini, 2018 dan 2019, bangsa Indonesia akan memilih pemimpinnya. Tahun 2018 ada gelaran Pilkada Serentak untuk memilih Bupati /Walikota dan Gubernur. Tahun 2019 ada Pemilihan Presiden dan anggota DPR /DPRD /DPD.

Ungkapan pemimpin adalah cerminan rakyatnya akan menemukan pembenarannya dalam sistem demokrasi seperti Indonesia. Mereka yang terpilih sebagai penguasa, baik di tingkat daerah maupun pusat, adalah yang dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia.

Dalam sistem demokrasi, dan pemilihan langsung, nilai seorang kyai sama dengan santri, yaitu satu kertas suara. Bahkan tidak ada bedanya seorang profesor dengan pekerja kotor, keduanya hanya berhak mencoblos sekali. Orang baik dan jujur akan kalah dengan orang jahat dan korup karena mendapat lebih banyak.

Jika sebagian besar rakyat memilih si A, meski dia fasik dan lemah, maka si A tetap jadi seorang penguasa. Namun jika sebagian rakyat memilih si B karena dia baik dan amanah, maka jadilah negeri ini dipimpin oleh orang yang amanah.

Kita akan dipimpin oleh orang yang seperti kita. Jika kita memilih pemimpin karena amplop 💯 ribuan, maka kita akan dipimpin oleh penguasa yang doyan mengumpulkan 💯 ribuan juga.

Bahkan jika kita memilih berdasarkan "pokoke", maka kita akan dipimpin oleh orang yang mengelola negara dengan cara pokoke.

Jika kita ingin mendapatkan pemimpin yang baik, maka kita harus memperbaiki diri kita sendiri dulu dan sebagian besar masyarakat. Jika kita ingin mendapatkan pemimpin yang cerdas dan berwibawa, maka kita harus mencerdaskan diri sendiri dulu dan sebagian besar rakyat Indonesia.

Jika sebagian besar rakyatnya plonga plongo dan suka menyebarkan hoax, maka mereka akan dipimpin oleh penguasa yang plonga plongo dan hoby memproduksi hoax.

Bahkan jika sebagian besar rakyat tidak peduli urusan negara dan politik, rakyat hanya sibuk dengan urusan pekerjaannya, maka mereka akan dipimpin oleh penguasa yang tidak peduli pada urusan rakyat, dan hanya sibuk dengan apa yang dia sebut KERJA KERJA KERJA.

Jadi, siapa pun yang terpilih nanti sebagai Presiden Republik Indonesia dan Gubernur Jawa Tengah adalah cerminan sebagian besar masyarakat Jawa Tengah.

Pendukung pasangan Ganjar-Yasin tentu adalah gambaran keduanya, mereka akan mempengaruhi orang agar berpikiran seperti mereka, dan memilih pemimpin yang seperti mereka.

Begitu pun sebaliknya, pendukung pasangan Sudirman Said - Ida Fauziyah adalah orang-orang yang seperti keduanya, mereka pun akan bekerja keras mengajak orang lain untuk memilih dan mencoblos nomor 2.

Jadi, jika masyarakat Jateng ingin dipimpin oleh orang baik dan jujur seperti Sudirman Said dan Ida Fauziyah, maka pendukungnya juga relawannya harus bekerja keras dan berkeringat mengajak masyarakat untuk memenangkan keduanya.

Jika orang baik tidak OBAH dan tidak peduli dengan politik, dia akan dipimpin oleh orang jahat yang menipu rakyat atas nama politik.

Sudah saatnya Jawa Tengah dipimpin oleh orang baik dan memperjuangkan agama seperti Sudirman Said dan Ida Fauziyah..

Mari, hari Rabu besok tanggal 27 JUNI, jangan golput, datanglah ke TPS, COBLOS NOMOR 2...!

Mari menangkan kebaikan dan kejujuran, menangkan para ulama, kyai, santri dan para petani...!

Mari Mbangun Jateng Mukti Bareng bersama Sudirman Said dan Ida Fauziyah...!

#2018PilgubJateng
#2018GantiGubernur
#2018JatengBersih
#2018JatengBaru
#2018JatengMaju

Kebumen, 25 Juni 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar