Cari Blog Ini

Rabu, 06 Juni 2018

UJI NYALI PANCASILA (Mengenang 117 Tahun Bung Karno)


Hari ini, Rabu 6 Juni 2018 tepat 117 tahun kelahiran Bung Karno  (6 Juni 1901), Sang Proklamator dan Pencetus nama Pancasila. Pancasila memang sudah final dan harga mati sebagai dasar negara Republik Indonesia. Falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dicetuskan pada 1 Juni, disepakati pada 22 Juni dan diformalkan pada 18 Agustus 1945.

Polemik yang berkembang saat ini adalah pada tataran tafsir dan keberadaan lembaga penjaga Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Ditambah dengan besaran hak keuangan yang diterima oleh dewan pengarah BPIP dan para pegawainya.

Sejak Indonesia merdeka sejatinya tidak pernah ada persoalan dengan Pancasila. Meski bentuk dan sistem pemerintahannya beberapa kali mengalami perubahan, namun Pancasila tetap abadi sebagai dasar dan Garuda sebagai lambang negara. Jadilah Garuda Pancasila.

Pancasila kembali menjadi perdebatan tatkala ada pihak-pihak yang merasa paling berhak menafsirkan, dan mengklaim paling benar dalam mengamalkan. Ketika ada kelompok yang mengaku paling Pancasila, maka mereka akan menuduh kelompok lain yang berbeda sebagai anti Pancasila.

Bahkan pemerintah juga terjebak dalam diskursus mualaf Pancasila, sehingga Presiden Joko Widodo dan jajaran petinggi negara merasa perlu memasang gambar diri dengan tulisan SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA...!

Entahlah, itu ditujukan kepada siapa, atau untuk menjawab pertanyaan siapa ?

Karena sejak era Orde Lama, Orde Baru, hingga masa 10 tahun pemerintahan SBY, menurut saya Pancasila baik-baik saja. Bung Karno sebagai pencetus kata Pancasila dan Bapak Proklamator saya lihat tidak pernah ada gambar dengan ucapan seperti itu.

Presiden Soeharto yang menjalankan Pancasila secara murni dan konsekuen, dibuktikan dengan adanya P4, BP-7 dan program Penataran P4, juga tidak pernah melakukan yg demikian. Termasuk juga Presiden Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono, mereka siap tidak pernah melakukan yg seperti itu, atau yang menyerupai itu.

Kalau jargon "Saya Indonesia, Saya Pancasila", dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan, memangnya siapa yang bertanya ? Seluruh dunia tahu Joko Widodo itu orang Indonesia, bahkan presiden, juga tahu dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Apalagi rakyat Indonesia, sangat tahu lah...

Namun yang pasti jargon tersebut telah membuat bangsa ini terbelah, seolah-olah orang atau kelompok orang yang tidak memasang gambar seperti itu adalah anti Pancasila. Kelompok atau ormas yang tidak seperti itu diopinikan menentang Pancasila.

Pada puncaknya jargon dan opini tersebut sudah memakan korban. Ada benturan-benturan personal, ujaran kebencian yang berujung penjara hingga ormas yang dibubarkan atau didesak untuk dibubarkan.

Jadi, ekstremnya yang terjadi saat ini adalah, jika kalian tidak sama seperti saya, maka Anda anti Pancasila dan ormas atau partainya harus dibubarkan.

Sementara sejak BP-7 dibubarkan dan P4 dihapuskan pada era reformasi hingga saat ini, tidak ada acuan dan pedoman baku untuk menerapkan serta mengamalkan ideologi Pancasila.

Seringkali Pemerintahan Jokowi dan jajarannya mengambil keputusan atau menghukum seseorang yang dituduh anti Pancasila dengan dasar yang absurd.

Maka tidak jarang, kesan yang muncul di masyarakat adalah adanya standar ganda dalam kebijakan dan analogi pisau dalam aturan, hukum tajam ke bawah tumpul ke atas. Atau tepatnya, hukum ditegakkan untuk kelompok yang berseberangan, namun diabaikan ketika yang melanggar kelompok pendukung dan relawan.

UJI NYALI PANCASILA

Nah untuk mengatasi persoalan diatas dan sebagai masukan program perdana buat BPIP, saya mengusulkan diadakan lomba Uji Nyali Pancasila.

Kenapa uji nyali, karena pihak-pihak yang disertakan sebagai peserta betul-betul diuji nyali dan mentalnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui, siapa sebetulnya yang paling Pancasila dan yang pantas disebut tidak Pancasila.

Bagaimana Caranya ?

Caranya adalah dengan memutar seluruh rekaman, berita media terpercaya dan jejak digital di dunia maya tentang sepak terjang dan kelakuan para peserta Uji Nyali Pancasila. Semua data dan fakta tersebut akan dinilai kesesuaiannya dengan ideologi Pancasila.

Apakah kelakuan mereka sesuai atau bertentangan dengan Pancasila. Apakah cuitan mereka di dunia maya selaras atau menyimpang dari Pancasila. Apakah rekaman video dan berita-berita tentang peserta menunjukkan pribadi yang Pancasila atau anti korupsi.

Siapa Pesertanya ?

Pesertanya saya usul ada dua kelompok. Pertama adalah orang dan kelompok orang, ormas dan partai yang mengaku paling Pancasila. Kedua adalah orang, kelompok orang, ormas dan partai yang dituduh anti Pancasila.

Jadi secara konkret, orang2 seperti Ade Armando, Permadi Arya, Deny Siregar, Ruhut Sitompul, Guntur Romli, saya usulkan jadi peserta. Ormas seperti NU, Muhammadiyah, KOKAM, BANSER, ANSOR, FPI, FUI dan yang sejenisnya juga jadi peserta. Untuk partai, sebaiknya semua jadi peserta, kelakuan kader dan jajaran pimpinan nya biar dinilai level Pancasila nya.

Siapa Jurinya ?

Nah sebagai juri yang memberikan penilaian adalah kumpulan anak TK dan SD. Kenapa mereka ?

Ya, karena jika yang menilai hakim apalagi anggota Dewan Pengarah BPIP, dikuatirkan tidak fair dan terjadi konflik kepentingan. Dan juga belum ada standar serta kriteria untuk menilai tingkat ke-Pancasila-an seseorang.

Tapi jika kita yakini bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sesuai hati nurani, maka manusia yang masih bersih dan suci adalah anak-anak yang belum dewasa (baligh).

Biarkan anak-anak melihat, membaca dan menyaksikan kelakuan serta cuitan para peserta Uji Nyali, dan memberi penilaian, kira-kira sesuai Pancasila atau tidak.

Jadi nanti akan ketahuan, siapa yang selama cuma teriak-teriak paling Pancasila, tapi nol besar dalam kelakuan.

Juga akan kelihatan, siapa yang diam dan santai saja, namun merekalah sejatinya penjaga nilai-nilai dan ideologi Pancasila.

Kalau cuma berteriak, seorang koruptor pun bisa dengan lantang berucap, "KATAKAN TIDAK, PADA KORUPSI". Tapi sekarang di bui.

Kalau cuma ngomong, seorang penjahat pun bisa ngomong segudang kebenaran.
Kalau cuma ceramah dan khutbah, seorang pemerkosa pun bisa jadi tukang ceramah dan ahli agama.

Kalau cuma ngaku, seorang pelacur pun bisa mengaku perawan. Seorang suami mengaku masih bujangan, atau seorang istri ngaku belum punya pasangan.

Yang terbaru adalah Bupati Purbalingga, dia beberapa kali mengajar dan berpesan tentang moral Pancasila, tapi terkena OTT KPK. Apa ini sesuai nilai Pancasila ?

Atau jauh sebelumnya, Setya Novanto juga ikut menulis cuitan lengkap dg fotonya, Saya Indonesia Saya Pancasila, namun ternyata koruptor besar e-KTP, perampok uang negara...

Jadi, singkat nya Uji Nyali Pancasila ini untuk membuktikan siapa paling Pancasila, siapa mualaf Pancasila dan siapa yang sebetulnya anti Pancasila...!!!

Salam Pancasila
Salam Bhineka Tunggal Ika

Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar