Cari Blog Ini

Kamis, 28 Juni 2018

PEMENANG ITU PASTI DIKEHENDAKI, NAMUN BELUM TENTU DIRIDHOI

Mendudukkan Kembali Makna RIDHO, IRADAH dan TAKDIR

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan maupun di lautan. Serta tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya. Demikian pula tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh al-Mahfuzh)," (TQS Al-An’âm /6: 59).

Dalam setiap kompetisi dan kontestasi pasti ada yang menang dan ada yang kalah, ada yang puas ada yang kecewa, ada yang bersuka cita ada yang beduka cita, ada yang berpesta ada yang nelangsa. Meski semuanya telah berusaha dan berdoa memohon kemenangan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak ada bedanya, apakah itu kontestasi politik, perebutan kepemimpinan, pertandingan olahraga atau kompetisi apapun. Hanya akan ada satu orang / tim yang keluar sebagai pemenang. Termasuk dalam perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia dan gelaran Pilkada di Indonesia. Pada pentas Piala Dunia hanya akan ada satu timnas yang berhasil menjadi juara dengan membawa pulang piala. Dan pada gelaran Pilkada juga hanya akan ada satu orang yang menjadi Gubernur, Bupati atau Walikota.

Dalam berbagai diskusi obrolan kemudian muncul ungkapan, "Ini sudah takdir", "Si A diridhoi, si B dan si C atau si D tidak dirihoi untuk memimpin", "Doanya dikabulkan, doa kami tidak", dan seterusnya.

Benarkah setiap yang keluar sebagai pemenang pasti yang DIRIDHOI oleh Tuhan ?
Benarkah setiap yang kalah berarti DOA-nya tidak DIKABULKAN Tuhan ?
Haruskah kita berterimakasih kepada Tuhan, dan pantaskah kita kecewa pada TAKDIR Tuhan ?

Untuk menjaga persatuan dan kesatuan, demi menjunjung tinggi persaudaraan dan keharmonisan, agar terpelihara semangat dan keimanan, marilah kita duduk dan berdiskusi membahas hal ini, tentu saja sambil menikmati secangkir kopi.

Pertama kita harus mendudukkan dan menyepakati beberapa istilah, yaitu Ridho, Iradah, dan Takdir, termasuk juga Ikhtiar dan Doa.

Kata RIDHO (رِضَى ) berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya, menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela, cinta. Allah Ridho berarti Dia menyukai, menyenangi dan mencintai sesuatu, khususnya apa yang dilakukan dan direncanakan oleh manusia. Manusia Ridha berarti kita menerima dengan senang hati, ikhlas dan rela segala apa yang diberikan oleh Allah SWT baik berupa peraturan (hukum) atau pun qada’ atau takdir dari-Nya, baik buruknya, menyenangkan atau mengecewakan dalam pandangan manusia.

IRADAH merupakan salah satu sifat Allah SWT yang berarti berkehendak. Dia menghendaki sebagian hal dari segala kemungkinan pada mumkinul wujud. Semisal, Allah SWT menghendaki terlahirnya manusia dan alam raya yang pada awalnya tidak ada, tapi kemudian Dia menciptakan alam juga manusia dan menjadikannya ada. Inilah tanda bahwa Allah SWT berkehendak dan tidaklah Dia terikat oleh apapun dan siapa pun. Allah SWT memiliki kehendak yang sangat luas, termasuk kepemimpinan dalam komunitas manusia di dunia.

TAKDIR menurut bahasa adalah menetapkan segala sesuatu, atau menerangkan kadar atas sesuatu. Sedangkan penyebutan kata qadha’ adakalanya disejajarkan dengan kata qadar (takdir). Sebab, kedua kata tersebut mempunyai arti yang sama, meskipun kata takdir mempunyai arti segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah SWT menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Adapun kata qadha’ lebih merupakan pelaksanaan atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT menurut atau sesuai dengan takdir-Nya.

IKHTIAR adalah sekumpulan usaha, daya dan upaya manusia sesuai dengan kadar kemampuannya untuk mewujudkan cita-cita dan harapannya. Ikhtiar adalah domain syari'ah yang wajib hukumnya ketika manusia memiliki cita-cita. Sedangkan qadha' (takdir) adalah domain aqidah dimana manusia wajib meyakini bahwa semua yang terjadi setelah ikhtiar adalah keputusan-Nya. Baik ataupun buruk, menyenangkan atau mengecewakan, manusia wajib menerimanya.

DOA adalah untian kalimat yang berisi permohonan dan harapan agar Allah SWT mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan cita-cita manusia. Doa adalah domain syari'ah yang merupakan bagian dari ibadah. Shalat juga merupakan rangkaian doa yang paling legkap dan sempurna, dengan syarat rukun yang baku. Doa manusia ada yang dikabulkan dan ada yang (tidak/belum) dikabulkan, namun pasti mendapat pahala, karena berdoa berarti beribadah kepada-Nya.

Allah SWT meletakkan ridho pada doa dan ikhtiar manusia yang baik dan sesuai syariat. Lawan kata dari ridho adalah marah, murka dan benci. Allah SWT tentu murka dan benci pada niat dan perbuatan manusia yang tidak baik dan melanggar syariat-Nya. Allah SWT tidak mungkin ridha, dan pasti membenci kecurangan, kelicikan dan kebohongan. Dia pasti murka pada kezaliman, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan seorang penguasa.

Lantas pertanyaannya, kenapa ada penguasa yang zalim, kejam dan sewenang-wenang ?
Kenapa Allah SWT seperti membiakan orang yang licik dan culas menjadi penguasa dalam suatu negeri ?
Kenapa Allah SWT tidak mencegah seorang pencuri, pemerkosa, penipu bahkan pembunuh melakukan aksinya ?
Padahal itu semua dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT.

Disinilah kita harus jernih meletakkan makna ridho dan iradah. Segala sesuatu yang terjadi di kolong langit ini berjalan atas iradah (kehendak) Allah SWT, termasuk kejahatan dan kezaliman. Bahkan termasuk kemenangan yang diraih dengan cara licik dan curang sekalipun.

Kita tentu masih ingat "Gol Tangan Tuhan" dari Diego Armando Maradona pada babak perempat final ajang Piala Dunia Meksiko tahun 1986 ke gawang Peter Shilton, kiper timnas Inggris. Tanggal 22 Juni 1986 adalah hari kelam bagi rakyat Britania Raya. Mereka telah dicurangi oleh Maradona dan diperlakukan tidak adil oleh Bin Naser, wasit asal Tunisia yang kala itu memimpin pertandingan, kemudian mengesahkan gol tersebut pada menit ke-51.

Berbeda dengan publik Argentina, mereka tidak peduli dan tetap berpesta merayakan kemenangan curang tersebut. Beberapa kelompok bahkan memuja Maradona lebih dari seorang legenda. Ia ditasbihkan oleh beberapa orang yang masuk dalam kelompok anggota Persudaraan Diego, sebagai orang suci.

Bahkan mereka membuat kepercayaan yang bernama Iglesia Maradoniana atau Gereja Maradona. Kepercayaan pemuja Maradona itu didirikan pada 30 Oktober 1998 atau bertepatan dengan ulang tahun ke-38 Sang Legenda di Rosario, Argentina. Gol "Tangan Tuhan", atau The Hands of God itu kemudian diabadikan sebagai nama Kapel di gereja tersebut.

Inilah qadha' dan takdir Tuhan, Argentina menang sebagai kampiun Piala Dunia meski dengan cara curang. Namun kita juga mencatat, sejak saat itu, 1986, Tim Tango seperti mendapat kutukan. Mereka tidak pernah lagi merengkuh trophy Piala Dunia meski didukung oleh barisan pemain bintang sekelas dewa, seperti Maradona, Gabriel Batistuta, Diego Semeone, Javier Zanneti, Angel Di Maria, Sergio Aguero, bahkan "sang messiah" Leonel Messi.

Sama seperti ketika seorang pencuri dan pemerkosa berhasil melancarkan aksinya. Mereka berhasil melakukan sesuatu yang jahat dan keji, yang pasti merugikan orang lain. Bisa jadi sampai mati mereka tidak ketahuan dan tidak mendapat hukuman, namun mereka tidak mungkin lepas dari hukuman Tuhan, karena yang mereka lakukan pasti tidak diridhio Tuhan.

Jadi, dalam konteks Pilkada Serentak 2018 di Indonesia, tidak otomatis yang terpilih sebagai kepala daerah adalah mereka yang mendapat ridho dari Allah 'aza wajalla, lihat dulu apa yang mereka lakukan untuk meraih kemenangan dan mempertahankan kekuasaan, termasuk bagaimana nanti mereka menjalankan pemerintahan.

So, kepada semua pihak yang berkompetisi dalam ajang Pilkada Serentak 2018, baik yang didukung maupun mendukung, tidak perlu terlalu euforia. Tetap jaga kedamaian dan utamakan persaudaraan, tempatkan silaturahmi diatas segalanya.

Pihak yang menang tidak perlu UMUK dan JUMAWA, karena inilah awal dari 5 tahun Anda mengemban amanah (tanggung jawab) untuk membela kepentingan rakyat. Salah melangkah, bisa-bisa Anda berakhir menjadi "pasien" KPK dan selamanya tercatat sebagai koruptor dan pengkhianat bangsa.

Pihak yang kalah tidak perlu NGAMUK dan KECEWA, karena inilah awal Anda mengontrol, mengawasi dan mengkoreksi penguasa. Mengkritik dan menasihati pemimpin juga merupakan perjuangan dan ibadah agung yang tentu mendapat pahala dari-Nya.

Salam Indonesia Raya !

Selamat menunaikan ibadah Shalat Jum'at
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar