Cari Blog Ini

Minggu, 03 Juni 2018

STICK and CARROT

Istilah ini familiar dalam dunia sirkus dimana seorang pawang dalam melatih hewan sirkus menggunakan sebatang tongkat (stick) untuk memukul jika tidak patuh, dan memberikan seikat wortel (carrot) pada hewan-hewan penurut. Dari teknik sang pawang /majikan ini lahirlah istilah STICK and CARROT.
Sebetulnya Stick and Carrot adalah pepatah lama yang menawarkan kombinasi kepemimpinan terhadap reward dan punishment untuk mempengaruhi perilaku yang diinginkan.
Ini berasal dari praktek lama di mana sais pedati akan mengikat Wortel pada tali yang melekat pada Tongkat panjang dan menjuntai di depan keledai, hanya keluar dari jangkauannya. Sang sais juga memiliki tongkat cemeti yang digunakan untuk mencambuk belakang keledai. Keledai berjalan ke depan menarik gerobak karena ingin memakan wortel, namun wortel selalu berada di luar jangkauan dan juga berlari karena menghindari rasa sakit dari pukulan tongkat cemeti.
Istilah ini juga kembali kembali populer ketika Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush mencanangkan Perang Terhadap Terorisme (War On Terorism) pasca Tragedi WTC, tahun 2001 silam. Di hadapan rakyat Amerika dan dunia internasional, Bush memberikan ultimatum kepada seluruh pemimpin dunia untuk memilih, apakah akan bersama Amerika atau bersama teroris (Either, you are with us or you are with the terrorists).
Stick and Carrot ala Bush diwujudkan dalam bentuk invasi dan embargo kepada negara-negara yang tidak kooperatif dengan Amerika seperti Afghanistan, Irak dan Libya. Kemudian carrot (wortel) diberikan dalam bentuk bantuan keuangan dan pelatihan kepada negara-negara yang tunduk memerangi teroris bersama Amerika.
Strategi presiden Bush ini adalah rekomendasi Cheryl Bernard dari Rand Corp, lembaga think-thank AS. Dalam laporan berjudul Civil Democratic Islam, Partners, Resources and Strategies, (2003), dibahas strategi dan taktik pemikiran yang perlu dilakukan Barat untuk menghadapi perang global (Global War) pasca 11 September 2001 dan pasca Perang Dingin (Cold War) yang ditandai keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991.
Cheryl menyarankan, agar AS merangkul kepala negara dan kelompok Islam moderat, tradisionalis juga sekuler yaitu yang menerima demokrasi ala Amerika dan nilai hidup Barat lainnya. Sebaliknya, AS disarankan agar menghadang dan memusuhi negara-negara dan kelompok Islam fundamentalis/ekstremis.
Sebutan fundamentalis/ekstrimis bahkan teroris ditujukan Barat pada negara dan person atau kelompok yang menolak demokrasi ala Amerika dan nilai Barat, serta memandang Islam sebagai ideologi. Barat memang sengaja menciptakan prahara (adu domba) di internal suatu negara dan dalam tubuh umat Islam demi menjaga eksistensi penjajahannya.
Dahulu semasa era kolonialisme Belanda, kita mengenal devide et empera yang dipelopori Snouck Hurgronje. Kolonialisme Belanda atas kontribusi Snouck menciptakan politik adu domba, politik belah bambu dalam tubuh umat. Penjajah memihak, mendukung dan menunggangi pihak tertentu dengan reward-reward yang dijanjikan. Tersilaukan oleh perhiasan dunia, saudara pun kemudian dijadikan musuh, sementara penjajah dijadikan sahabat.
Sekarang pun kita mengenal mengenal pula istilah stick and carrot. Pihak yang mau bersahabat dengan penjajah dan penguasa bonekanya, diberikan wortel dan tentu dimanfaatkan untuk kepentngan si pemberi wortel. Termasuk untuk bersinergi melawan dan memusuhi pihak yang ditarget mendapat pukulan tongkat.
Dari devide et empera sampai stick and carrot, semuanya sama saja. Dalam tubuh masyarakat diletuskan prahara dan pecah belah. Sementara yang mengambil untung dari itu semua, yang terbahak-bahak kepuasan di balik itu semua adalah para penjajah dan segelintir orang yang sedang bekuasa.
Entahlah dengan Indonesia, apakah penguasanya juga menerapkan strategi Stick and Carrot atau bahkan lebih sadis politik belah bambu divide et impera model Snouck Horgronje ?
Semoga Bangsa Indonesia bukan keledai dan hewan sirkus yang dungu juga penurut,
Dan semoga penguasa negeri ini juga bukan sais pedati dan tukang sirkus yang kejam mencambuk hanya untuk hiburan dan lucu-lucuan.
Wallahu a'lam...
Marilah kita selalu berdoa menirukan munajat para penjelajah bahari di kesilaman.
”Ya Tuhan, selamatkan kami. Lautan di tanah air ini luas dan ombaknya ganas menerjang. Bahtera kami oleng, sedang nakhodanya mencari selamat sendiri !”
Amin..
Salam Pancasila !
Salam Bhineka Tunggal Ika !
Salam Indonesia Merdeka !
dalam kesunyian latar mboeri oemahku, di malam ke 19 Ramadhan 1439 H bertepatan 4 Juni 2018
Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pengamat Kebijakan Publik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar