Cari Blog Ini

Senin, 11 Juni 2018

NGAJI POLITIK

"as siyasah juz un min ajzais syari'ah"
(Politik adalah bagian dari beberapa bagian syariat /Islam)

Malam ini saya berkesempatan mendengar taushiyah luar biasa dari Al Mukarom Romo Kyai Haji Yusuf Chudhori, pengasuh pondok pesantren API (Asrama Perguruan Islam) Tegalrejo, Magelang. Bukan taushiyah biasa menurut saya, namun sebuah pencerahan yang membuka wawasan dan menjawab keraguan yang selama ini berkecamuk dalam benak saya, mungkin juga kebanyakan umat Islam lainnya.

Ngaji Politik menurut saya, karena topik yang dibahas perihal politik (as siyasah) dalam pandangan para ulama dan kyai, khususnya para kyai NU (nahdhiyin). Gus Yusuf, sapaan akrabnya, adalah putra dari tokoh NU (Nahdlatul Ulama)  dan kyai kharismatik, Simbah Kyai Chudhori Al Maghfurlah, pendiri ponpes API Tegalrejo, Magelang. Adik dari KH Abdurrahman Chudhori (almarhum), yang juga kyai kharismatik, dan tokoh nasional.

As siyasatu juz un min ajzais syari'ah begitu Gus Yusuf di awal taushiyahnya, yang dihadiri para santri ponpes Mbathil, Tanjungsari, Buluspesantren dan para alumni ponpes Tegalrejo. Politik adalah bagian tak terpisahkan dari banyak bagian dalam syariat Islam. Maka mempelajari, mengerti dan memahami politik wajib hukumnya bagi kaum muslim.

Bukan berarti kaum muslim harus jadi politisi, atau pengurus partai politik, atau menjadi pejabat politik. Namun sudah dianggap cukup dengan mengerti dan memahami serta memilik sikap politik. Jika umat Islam sudah meninggalkan politik maka Islam dan kaum muslim akan dimakan oleh politik. Maksudnya dirugikan, dipermainkan dan bisa jadi Islam /umat Islam akan dihancurkan oleh kebijakan atau keputusan politik.

Politik itu seni dan strategi, yaitu seni MENGATUR dan DIATUR, seni MEMIMPIN dan DIPIMPIN, strategi MEMILIH dan DIPILIH, strategi MENDUKUNG dan DIDUKUNG, juga strategi MEREBUT dan MEMPERTAHANKAN kekuasaan.

Kaum muslim harus mengetahui dengan benar bagaimana cara mengatur pemerintahan ketika jadi pejabat, dan seni menegur (mengkritik /mengingatkan) seorang pemimpin ketika menjadi rakyat. Umat Islam juga harus menguasai strategi merebut kekuasaan dengan benar dan mempertahankannya.

Bukan semata-mata kekuasaan atau jabatan, namun kekuasaan yang membawa kemanfaatan, kemaslahatan dan keberkahan. Yang membawa kebahagiaan, keselamatan dan kesejahteraan rakyat di dunia dan akhirat (fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah).

Maka bagi umat Islam, nasbul imamul 'adil waajibun (memilih /mengusahakan pemimpin yang adil atau amanah adalah wajib hukumnya). Umat Islam tidak boleh golput dalam pemilu (baik Pilgub maupun Pilpres). Karena membiarkan terpilihnya pemimpin yang zhalim dan fasik, pemimpin yang membawa mafsadat (kerusakan) adalah dosa besar.

Tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik, tahun yang menentukan arah masa depan Jawa Tengah dan negara Indonesia. Tanggal 27 Juni 2018 masyarakat Jateng akan menentukan siapa yang akan memimpin provinsi ini dalam lima tahun ke depan (Pilgub). Kemudian 19 April 2019 rakyat Indonesia akan memilih Presiden dan Wakil Presiden juga anggota legslatif yang akan menentukan nasib bangsa ini lima tahun yang akan datang (Pilpres /Pileg).

Sebagai umat terbesar di negeri ini dan ormas Islam terbesar, warga nahdhiyin hendaknya bisa menjadi penentu warna politik dan kebijakan pemerintahan dengan mendudukan orang-orang adil dan amanah pada kursi kekuasaan.

Bahkan secara khusus, Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj, ketika berkunjung ke kantor PWNU Jawa Tengah, menyeru kepada para kyai, para ulama dan warga NU baik struktural maupun kultural untuk "ja'alal imamla 'adil" (berupaya secara sungguh-sungguh mewujudkan /menjadikan pemimpin-pemimpin yang adil). Yang amanah, yang mencintai rakyat, mencintai para ulama /kyai, mencintai petani dan nelayan, jauh dari perilaku maksiat, tidak tersandung kasus pidana terutama korupsi dan memperjuangkan nilai-nilai agama, serta setia kepada Pancasila dan UUD 1945.

Jadi kepada rakyat Indonesia dan masyarakat Jawa Tengah, khususnya yang selama ini menyatakan ndherek dhawuh para kyai, para ulama dan masyayikh, serta tokoh-tokoh NU... sampean semua dapat salam dari Gus Yusuf Tegalrejo, Magelang.

Begitulah pesan Gus Yusuf dan wasiat para kyai sepuh NU yang beliau sampaikan di sela-sela jagongan selepas mengisi taushiyah. Kami sempat makan malam bersama dengan para kyai yang lain, menyantap hidangan pra-sahur sambil jagongan gayeng membahas dinamika politik Jawa Tengah juga nasional.

Jadi, UMAT ISLAM HARUS MELEK POLITIK dan MEMILIKI SIKAP POLITIK...!!!

Salam Perubahan...
Salam Jateng Baru...
Salam Indonesia Baru...

#2018PilgubJateng
#2018JatengBaru
#2018JatengMaju
#2018JatengBersih
#2018JatengMuktiBareng
#2019PilpresPileg

Arief Luqman El Hakiem
Pegiat Media dan Pemerhati Kebijakan Publik

@ Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia (12 Juni 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar